Andaii

747 99 6
                                    

Jemma tersenyum menyambut lelaki dengan rahang tegasnya itu yang baru saja turun dengan kemeja putihnya.

Menaruh teh hangat dimeja lalu ikut duduk di seberang sang suami.

"Pagi, sarapan dulu?" sapa Jemma.

"Ada operasi hari ini? sarapan dulu ya?"

"Gaperlu, gue sarapan di kantin nanti." jawab Jero sambil mengganti sendal rumahnya dengan sepatu hitam miliknya.

Jemma tersenyum, "Kalo gitu aku buat bekel aja ya? nanti disana kamu tinggal makan aja gimana?" tanya Jemma penuh harap.

"Hari ini aku buat nasi goreng kesukaan kamu loh, kata mama kamu suka banget nasi goreng udang kan?"

"Ck!"

Jemma terdiam, senyumnya sempat menghilang mendengar decakan Jero. Namun sebisa mungkin Jemma mengembalikkan senyuman itu.

"Denger, sampe kapan pun gue gak akan pernah makan masakan buatan lo." kata Jero lalu berlalu meninggalkan Jemma yang terdiam.

°°°

Rumah sakit adalah tujuan Jemma hari ini. Dengan langkah ringan Jemma menuju pintu ruangan yang letaknya tak jauh dari apotek disana.

Mengintip dari kaca pintu, Jemma tertawa melihat dua wanita dengan jas dokter disana yang agaknya sedang berdebat.

cklek

"I'm hereee biciss!!" seru Jemma memasuki ruangan dan langsung mengambil tempat di sofa single sedangkan dua perempuan lainnya duduk bersampingan.

"Lo bawa apa?" tanya Eca melihat kearah goodie bag yang ditaruh diatas meja.

"Gue bikin nasi goreng udang tadi pagi, karena kebanyakan jadi gue bawa buat kalian." kata Jemma.

Ranja membuka dua kotak nasi goreng disana dan mulai menyendokkan ke dalam mulutnya, sedangkan Eca malah menatap Jemma. "Kebanyakan atau emang gak dimakan lagi?" tanyanya.

Jemma memberikan cengirannya, sedangkan Eca merotasikan bola matanya dan ikut menyendokkan nasi kemulutnya, berhubung hari ini dia belum sarapan.

"Belom ada kemajuan?" tanya Ranja.

Jemma mengedikkan bahunya, "Gue juga gak tau. Lo sendiri gimana?"

Ranja menaruh sendoknya, menyandarkan punggungnya dengan mulut masih mengunyah. "Gak ngerti gue juga. Makin kesini gue kayanya ngerasa Gama makin keterlaluan."

"Keterlaluan gimana maksudnya?"

"Ya keterlaluan aja. Lo berdua tau kan alesan kita nikah apa?"

"Karena dijodohin kan?"

Ranja mengangguk, "Juga untuk ngasih keturunan yang nantinya bakal jadi penerus usaha keluarga dia karena Gama anak tunggal dan gak ada yang bisa di harepin kalo bukan dari Gama."

"Tapi gue masih gak ngerti kenapa harus lo sih Ja, kaya emangnya gak ada yang lain?" tanya Jemma.

"Keluarga Gama itu keluarga terpandang Jem. Nama baik keluarga itu nomor satu, gak mungkin mereka nikahin anak mereka sama perempuan sembarangan. Ranja emang pilihan bagus. Masih muda, cantik, bahkan di umur yang baru dua tiga temen lo yang satu ini udah jadi dokter. Gimana mungkin keluarga Gama ngelepasin yang model begini?" kata Eca.

Ranja hanya menghela nafasnya, apa yang dibilang Eca memang tak ada yang salah juga.

"Sebelum nikah sama lo bukannya Gama punya pacar?"

"Gama punya, tapi orangtuanya gak setuju karena cewenya model." jawab Ranja.

"Alesannya?"

"Jem, sebagian orang masih berpikir kalo model tuh murahan, dan orangtua Gama termasuk sebagian orang itu. Mereka dari awal gak setuju kalo Gama sama model itu, karena mereka gak mau nama anaknya jadi jelek kalo misal cewenya itu kena skandal. Lo tau sendiri bukan kalo model sering kena skandal?"

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang