Yui tersentak bangun tepat saat mendengar suara geraman serak dan hembusan napas panas tepat di samping kanan kepala. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari ada seekor serigala—mutan menyerupai serigala berada beberapa sentimeter dari wajahnya. Hewan buas itu menunjukkan gigi-giginya yang runcing, setengah terbuka dengan darah segar yang masih menetes-netes dari rahangnya. Dan yang paling membuat Yui gentar adalah; kedua mata hewan itu menyerupai dua titik kuning terang di antara gelapnya malam.
Nampaknya para hewan mutasi seperti makhluk ini telah menemukan seorang manusia lezat yang tidak melawan. Karena yang Yui tahu selanjutnya, makhluk itu membuka mulutnya lebar-lebar seperti akan menelan bulat-bulat kepalanya.
Brengsek.
Tanpa menunggu lagi, Yui memaksa tubuhnya berguling ke samping, membuat serigala itu menggigit udara kosong. Kedua mata kuningnya menatap liar ke arah Yui, menggeram dan melolong keras sebelum melompat ke atas tubuhnya yang lemah.
Bobot mutan itu lebih berat dari barbel yang biasa ia gunakan untuk latihan. Begitu makhluk itu mendarat di atas tubuhnya, Yui dapat merasakan organ-organnya terhimpit ke bawah dan membuatnya kesulitan bernapas. Dengan sorot mata yang perlahan-lahan menghitam, tangannya bergerak asal untuk menarik combat knife dari selipan sepatu bootsnya sementara tangan kirinya menahan rahang serigala buas itu. Bau busuk dan amis darah merangsek masuk ke dalam indra penciumannya karena jarak mereka yang begitu dekat. Kemudian dengan kekuatan penuh, Yui menusuk leher serigala itu dan menggerakkan pisaunya—memotong kepala serigala dan mencabutnya dari tubuh.
Tidak mempedulikan darah hitam yang mengotori wajah dan seragamnya, ia menendang tubuh besar mutan itu dan segera berlari masuk ke dalam hutan. Berdasarkan pengalamannya, makhluk mutasi seperti itu tidak akan pernah bisa mati. Meskipun Yui telah memotong kepalanya, hanya menunggu waktu bagi kepala yang baru untuk tumbuh. Nampaknya suara auman dan lolongan tadi memancing beberapa mutan lain mendekatinya. Jadi Yui terus memaksa kakinya yang terluka karena kuku tajam dan menerobos hutan tanpa arah.
Harapannya tentang melihat Risa saat ia membuka mata seketika pupus. Sang Kapten sama sekali tidak dapat ia temukan di sekitar sana. Bahkan area fasilitas sudah tak lagi menampakkan adanya makhluk hidup lain selain siluet mutan dan makhluk raksasa jenis baru—yang tidak menyadari keberadaannya.
Lagipula apa yang ia harapkan? Satu orang manusia berhasil hidup setelah melawan puluhan mutan? Watanabe Risa jelas sudah mati, menjadi onggokan daging tak berbentuk di area fasilitas dan Yui tak mau lagi membayangkan lebih rinci. Selain itu, karena Yui tidak mau menerima bahwa saat ini ia sedang merasakan duka yang luar biasa. Ia menolak untuk percaya bahwa ia adalah satu-satunya prajurit yang masih hidup dari operasi militer LEVIATHAN, Bersama dengan dua ratus anggota datasemen Red-Alert dan kapten yang paling ia hormati turut terbunuh di dalamnya.
Ia ingin menangis. Menangisi kematian Letnan Watanabe Risa, menangisi kematian dua ratus orang prajurit yang terjun bersamanya. Tapi ia tahu, seorang manusia yang didesain sebagai mesin pembunuh mematikan sepertinya tidak akan pernah memiliki waktu untuk menangis.
Meskipun ia pernah mendapatkan pelatihan bertahan hidup di hutan belantara dan kedua matanya bisa dikatakan terbiasa dengan gelapnya hutan, Yui merasa kemampuannya itu tidak berlaku sekarang. Tidak ada apapun yang bola matanya tangkap selain pemandangan yang benar-benar hitam. Suram. Mengerikan. Hanya terlihat titik-titik merah dan kuning menyala yang menandakan keberadaan mutan di sekitarnya.
Berkali-kali kakinya tersangkut pada akar pohon, membuatnya jatuh terjerembab dan bangkit lagi dengan agak timpang. Ia tidak tahu lagi seperti apa luka di tubuhnya karena rasa perih di kulit yang robek itu semakin menjadi-jadi. Sepasang mata merah mendadak muncul sekira lima meter dari depan. Yui menukik tajam dan nyaris terpeleset tanah berlumpur, suara geraman terdenger mengikuti bersamaan dengan langkah kakinya yang menginjak tanah dengan tempo cepat. Mungkin sudah sekitar satu jam ia berlari, panas dapat mulai ia rasakan merayap dari tenggorokan. Yui mulai kelelahan, tapi ia terus memaksakan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into The Night
FanfictionDi dalam dunia post-apocalypse yang dipenuhi oleh monster haus darah, dan manusia yang tidak memikirkan apapun selain cara untuk mempertahankan hidupnya. Proyek superhuman milik pemerintah justru berubah menjadi senjata mematikan yang menyapu habis...