Chapter 3: Mutant's Food

117 21 2
                                    

Yui sudah terbiasa hidup di dalam tekanan besar sejak remaja. Berada di kemiliteran sejak usia 16 tahun benar-benar membuat mental dan kepribadiannya terbentuk secara sempurna, menjadi sosok yang gagah, berani dan menjadi prajurit yang tak kenal ampun. Dapat dikatakan ia tumbuh dan berkembang bersama dengan senapan, granat, dagger, dan daging manusia. Dan setiap nyawa yang direnggut olehnya sudah tak lagi ia anggap sebagai sesuatu yang begitu berharga. Ia hanya berjuang untuk negara, untuk batalyon tempatnya berada dan komandan besar militer yang ia hormati.

Dahulu, saat outbreak masih dapat dikendalikan dan masih terdapat banyak safe zone tersebar di seluruh negara, Yui yang masih berusia delapan belas tahun dilibatkan dalam perang sipil—yang mana ia masih anggota baru dan berpangkat private. Ia masih begitu muda dan naif, bahkan menarik pelatuk saja ia gemetar setengah mati. Yui selalu menahan tangis saat ia melihat rekannya tertembak dan mati di sampingnya dengan kepala tercerai berai. Ia juga tak kuasa menahan sedih saat ia harus membunuh pemberontak negara.

Waktu itu pemberontakan terjadi dimana-mana karena ketidakpuasan survivors pada pemerintah. Mereka berkelompok dan membentuk kelompok militan besar dengan tujuan meruntuhkan pemerintahan dan menduduki markas militer. Bahkan satu gabungan pemberontak berhasil mengambil alih lapangan terbang Yoshiji—yang digunakan militer untuk menyimpan persediaan makanan untuk didistribusikan kepada para pengungsi.

Kobayashi Yui muda ditempatkan di garis depan untuk merebut kembali Yoshiji yang waktu itu berada di zona merah. Tergabung dengan pasukan Angkatan Udara, mereka menggunakan helikopter untuk menurunkan pasukan pada malam hari yang gelap. Lucu, karena saat itu komandan yang memimpin batalyon dimana Yui bertugas harus menendang pantatnya karena ia sempat ragu untuk melompat. Terjun dari ketinggian 300 meter, Yui harus merelakan ibu jari dan jari telunjuknya patah karena ia tersangkut di atap bangunan setinggi 10meter dan jatuh berguling di tanah, terpisah 4-kilometer jauhnya dari rekan-rekannya.

Ia tertinggal seorang diri di area musuh. Dengan tubuh terluka dan beberapa tulang yang patah, membuatnya dapat dengan mudah ditangkap dan dijadikan tahanan perang. Selama satu minggu Yui ditahan dan disiksa setiap malam dengan berbagai bentuk siksaan yang menyakitkan hanya agar ia mau membocorkan rencana misi. Namun, hantaman-hantaman palu dan tusukan pisau panas itu tidak mampu membuat mulutnya terbuka.

Bagi Yui, ia lebih baik mati karena melindungi rahasia pasukan daripada harus menjadi pengkhianat negara.

Tepat pada hari ke-8, pasukan pemberontak nampaknya mulai putus asa. Menganggap bahwa mereka telah menawan orang yang salah dan mereka mulai meninggalkan Yui. Private itu tak tinggal diam. Ia mengambil kesempatan itu untuk membunuh tentara-tentara pemberontak dan memberikan jalan bagi pasukannya untuk menguasai jantung lapangan terbang. Yui mendapatkan tiga tembakan di dada dan kaki, meskipun begitu ia tetap maju dengan tubuh berdarah-darah untuk memberi terror pada pasukan pemberontak.

Pihak pemberontak memberinya nama Si Tentara Merah karena beberapa alasan, dan itu cukup masuk akal. Mereka akan berteriak tentara merah di barak delapan! Untuk memperingatkan rekan mereka yang lain dan untuk itu, Yui akan mematahkan rahangnya sebelum menghilang seperti hantu.

Yui dirawat selama dua minggu dan jenderal besar militer memberinya penghargaan khusus atas keberaniannya berjuang seorang diri di garis belakang lawan. Teman-teman di batalyonnya memberinya julukan Si Anjing Gila karena kebrutalannya ketika membunuh lawan. Hal itu membuatnya mendapatkan kenaikan pangkat dan tiket emas untuk bergabung ke dalam pasukan khusus dengan nama kode Doberman dan bertugas sebagai marksman.

Jadi, seharusnya Yui sama sekali tidak masalah berada sendirian di basecamp asing karena ia pernah merasakan lebih buruk sebelumnya—diikat dan disiksa seorang diri sebagai tahanan perang. Tapi, dikorbankan pada mutan? Hell, Yui lebih memilih bertempur mati-matian di medan perang daripada melawan satu makhluk mutase yang jelas-jelas sepuluh kali lebih kuat darinya.

Into The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang