Satu-satunya hal yang Yui ingat saat membuka mata adalah sepatu taktis yang memiliki bahan tebal dan keras menendang dan membabat habis kesadarannya dalam satu kali tendangan di kepala ketika ia tergeletak, serta penyerbuan mendadak pada dirinya dan teman-temannya saat sedang melakukan penyisiran di reruntuhan homebase Howler yang sepertinya dilakukan oleh Raven.
Entah sudah berapa lama ia kehilangan kesadaran. Tetapi dengan lengan yang terlipat pada posisi yang sangat tidak mengenakkan hingga meninggalkan rasa ngilu ketika ia mencoba menggerakkan sendi-sendinya, Yui dapat memperkirakan bahwa ia telah tergeletak dengan posisi yang sama selama kurang lebih delapan jam lamanya. Ditambah lagi di atas permukaan dingin dan rata, cukup membuat tubuhnya terasa seperti dihimpit oleh lemari berbahan kayu jati yang berat.
Ia masih berdiam dengan posisi telentang. Perlu waktu beberapa menit lebih lama bagi tubuhnya untuk membiasakan diri dengan situasi di sekitarnya. Meski begitu, Yui tetap melakukan tugasnya untuk mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menandai apa saja benda atau ruangan penting yang bisa membantunya nanti. Sejauh dari apa yang ia dapatkan, Yui menemukan dirinya sedang dikurung di dalam jeruji besi bersama dengan Hikaru, Habu, Matsuda, dan Inoue. Di antara keempat orang itu, hanya dirinya dan Hikaru yang sudah siuman.
Sebelum menggerakkan tubuh untuk mendekati Hikaru, sekali lagi Yui memandang keluar jeruji. Dan memang benar, mereka semua tidak sendirian sebab ada dua orang penjaga dengan seragam biru yang berjaga di luar. Perlahan, Yui beringsut mendekati Hikaru dan berhenti di sampingnya. Hikaru pun meliriknya dari sudut mata. Tangannya terangkat, menggunakan jari telunjuk untuk meminta Yui tetap diam sementara pandangan matanya tertuju ke arah pintu jeruji.
Tapi memang sial, meski sudah diperingatkan seperti itu, Yui tetap tidak menduga bahwa ada orang yang datang untuk membuka pintu jeruji yang mengurung mereka. Tak hanya itu, Yui juga melihat dua orang lain yang tampaknya tengah menyeret paksa orang yang ia kenal. Setelah cukup dekat, Yui bisa melihat bahwa orang yang tengah diseret paksa itu adalah Akane. Mantan letnan itu dibawa masuk dengan keadaan yang cukup memprihatinkan—memar dan luka goresan berdarah tampak jelas di bagian tubuh yang tak tertutupi pakaian.
"Lepaskan dia juga, brengsek! Kalian akan membunuhnya!" Akane berteriak saat salah seorang petugas melemparkan tubuhnya masuk ke dalam penjara. Tampaknya luka yang ada di tubuhnya benar-benar menyakitkan hingga ia tidak bisa langsung bangkit berdiri untuk menyerang petugas yang sedang membiarkan pintu jerujinya terbuka. Ia hanya bisa mengerang, menahan nyeri dan perih yang mendera di sekujur tubuh.
Melihat itu, Yui segera berlari mendekati Akane, membantunya untuk duduk bersandar pada dinding dan mengecek kondisinya. Belum saja ia selesai dengan urusannya, petugas yang berdiri di pintu jeruji berteriak, meminta Yui untuk ikut bersamanya. "Komandan ingin bertemu denganmu. Keluar, cepat!"
"Moriya Akane?" Yui tersentak. Ia tampak ragu meninggalkan Akane yang sedang terengah-engah menahan sakit. Seolah menyadari keraguan yang ada pada wajahnya, wanita itu kemudian mencengkeram lengan Yui, membuat wanita itu menatapnya dengan raut wajah khawatir. "M—Moriya, ada darah di tanganmu. Apa yang terjadi?"
Akane menarik lengan Yui ke bawah seakan meminta Yui untuk menunduk dan mendekat. Beruntung, Yui langsung mengerti sehingga ia langsung menundukkan kepalanya sejajar dengan wajah Akane sehingga ia dapat dengan mudah membisikkan sesuatu tanpa harus mengangkat kepalanya lebih tinggi. "Yuuka dikurung oleh orang-orang ini di ruangan khusus dekat dengan ruangan komando. Ia disiksa habis-habisan di sana oleh orang yang mereka sebut sebagai Komandan. Aku akan menyusun strategi bersama yang lain di sini, dan kau, keluar dan bantu dia." bisik Akane dengan kalimat cepat yang diucapkan secara beruntun.
"Aku tidak bisa meninggalkanmu seperti ini, Moriya. Kau terluka dan—"
"Aku akan baik-baik saja. Ikuti apa yang mereka katakan, catat baik-baik di kepalamu apa yang komandan mereka inginkan. Tidak semua orang bisa bertemu dengannya, dan Yuuka mungkin sedang sial hari ini karena ia bertemu langsung dengan orang itu." Akane berhenti sejenak. Ia menarik napas dan ekspresi mengkhawatirkan itu kembali muncul pada wajahnya. "Aku percaya padamu, Kobayashi. Selamatkan Yuuka dan kita akan pulang bersama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Into The Night
FanfictionDi dalam dunia post-apocalypse yang dipenuhi oleh monster haus darah, dan manusia yang tidak memikirkan apapun selain cara untuk mempertahankan hidupnya. Proyek superhuman milik pemerintah justru berubah menjadi senjata mematikan yang menyapu habis...