Yuuka menganggukkan kepala sekaligus melambaikan tangan pada Akiho dan Kira yang tengah duduk menikmati hangatnya api unggun kecil yang mereka buat di pelataran gedung. Di sekitar mereka tampak beberapa kayu Panjang sekaligus sebuah kotak yang Yuuka tidak tahu apa isinya sampai ia berjalan mendekat. Rupanya isi kotak tersebut adalah beberapa ekor ikan yang masih segar. Nampaknya kedua wanita itu hendak membuat ikan bakar untuk mengisi makanan tambahan malam ini.
Ide yang cukup bagus. Sudah lama mereka tidak mendapatkan makanan seperti ini. Memang lokasi SKZ-046 berada jauh di dalam hutan dan barangkali dekat dengan beberapa wilayah perairan seperti sungai atau air terjun. Mereka tidak sempat memancing sama sekali selama beberapa minggu terakhir karena terlalu fokus menelusuri tempat untuk mencari sumber makanan baru sekaligus membangun beberapa outpost.
Yuuka ingin sekali membantu Akiho dan Kira membersihkan ikan-ikan tersebut. Tapi saat ini, Akane pasti sudah menunggunya di watchtower dengan raut muka masam ditemani oleh senapan kesayangannya. Syukurlah ia tidak perlu merasa bersalah karena Endo dan Marino datang mendekat untuk membantu mereka. Yuuka segera berpamitan, tak lupa memberikan gestur berupa kepalan tangan yang diangkat ke atas untuk memberi semangat.
Keempat orang tersebut membalas lambaian tangan Yuuka, sekaligus memintanya untuk berhati-hati agar tidak menancapkan tangannya pada paku tajam yang mencuat di salah satu anak tangga, sebab Rena baru saja memperbaiki salah satu anak tangga yang ada di watchtower pertama.
Memastikan untuk menuliskan peringatan itu di dalam kepala, Yuuka kembali mempercepat langkahnya untuk menuju watchtower yang dimaksud. Bangunan tersebut sangat tinggi—mungkin beberapa meter lebih tinggi dari bangunan dua lantai yang menjadi tempat mereka tinggal sekarang. Menyerupai menara pengawas yang ada di lingkungan penjara, dengan sedikit modifikasi pada kaca-kaca jendelanya yang dibuat gelap jika dilihat dari luar.
Di puncak sana juga terdapat antena besar untuk menangkap jaringan radio yang dapat menghubungkan mereka dengan dunia luar. Terima kasih pada Inoue dan Takemoto, karena dua orang teknisi serba bisa itu rela berdiri di atas atap watchtower demi memasang tiang antena. Ya, bisa dibayangkan apa yang mereka rasakan dan lihat jika berani mengambil kesempatan untuk menengok ke bawah saat itu.
Kembali pada watchtower, Yuuka mengangkat wajahnya ke atas dan menemukan beberapa kali kilatan cahaya lilin dari sana. Sepertinya Akane membuka pintu watchtower guna membiarkan semilir angin masuk ke dalam ruangan di atas. Ia pun segera menaiki satu demi satu anak tangga untuk dapat mencapai puncak dari bangunan setinggi 20-meter tersebut.
Begitu sampai di atas, Yuuka langsung di hadapkan pada pintu tempat jaga di menara pengawas yang terbuka lebar. Cahaya kekuningan dari lilin yang ada di dalam cukup untuk menerangi satu ruangan seluas 3x3 meter tersebut. Akane sedang duduk di salah satu kursi, tepat di hadapan banyak sekali alat control yang setengahnya tidak berfungsi. Wanita itu sepertinya terlalu fokus dengan buku yang ia baca karena ia tidak menyadari kehadiran Yuuka di belakangnya.
Padahal biasanya Akane selalu tahu dan sadar jika ada orang lain yang tiba-tiba berada di dekatnya meski orang tersebut tidak bersuara. Ia akan memanggil nama orang tersebut jika ia mengenalnya, dan akan langsung berbalik seraya mengacungkan pisau dan menempelkan sisi tajamnya di leher orang tersebut. Namun kali ini Akane sepertinya lebih memilih untuk mengabaikan Yuuka.
Dia masih marah rupanya, Yuuka menghela napas. Ia bergerak untuk duduk di kursi kosong tepat di samping Akane. Disandarkanlah punggungnya yang mulai nyeri karena terlalu banyak mengangkat barang-barang berat tanpa beristirahat. Sebenarnya sakit punggung itu tidak mengganggunya, sama sekali bahkan. Justru respon pasif dari wanita berambut cokelat di sampingnya ini yang lebih membuatnya merasa tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into The Night
FanfictionDi dalam dunia post-apocalypse yang dipenuhi oleh monster haus darah, dan manusia yang tidak memikirkan apapun selain cara untuk mempertahankan hidupnya. Proyek superhuman milik pemerintah justru berubah menjadi senjata mematikan yang menyapu habis...