New Journey-Bareng Ei

2K 346 43
                                    

Kisah 5
____________________________

Warning. Cerita ini akan berbeda dari alur digame nya, penggunaan bahasa baku & tidak baku, dan juga banyak OOC... Mungkin.

[ Previous ]

"Kemana? Aku ikut!" Ucap Venti.

"Shush. Gaboleh, ini urusan perempuan."
'Tentu saja aku bohong. Ini urusanku sendiri.'

"Kalau begitu aku ikut."

[ ]

"Eii!? Aku kira kamu tidur..."

"...itu tidak penting. Kamu butuh seseorang untuk menjagamu, apalagi ini tengah malam." Jelas Ei dengan tegas.

'Oke catet, aku kudu belajar bela diri.'
[Name] hanya bisa menghela nafas, dan mengiyakannya "Haaaah. Ikut aku, kita cari tempat sepi... Dan jauh." Ia bergumam di akhir kalimat.
"Hati-hati ya~ jangan terlalu lama, loh." Ucap Venti. "Iya, iyaa. Ayo, Ei", Ei mengangguk sebagai jawaban.

.
.
.

"Tempat ini kayanya cocok.." ucapnya sambil mengeluarkan sapu tangan dari Diluc.

"Untuk apa sapu tangan itu?" Tanya Ei penasaran.

"...bukan hal besar. Ei- kamu tolong menjauh dulu ya, kalau kuberi tanda juga kamu harus segera tutup telinga dan balik badan! Soalnya... Ya- aku malu."

Ei yang tidak mengerti apa maksudnya hanya bisa menjauh dan menghadap ke arah yang berlawanan dari [Name], tapi Ia tahu kalau itu adalah urusan pribadi sang gadis.

'...sip. Huegh, walaupun udah ada persiapan aku juga tetap gak siap. Berapa lama nanti sakitnya?'

Tiba tiba saja, terdengar suara seseorang yang menggema dalam kepala [Name].
"Bertahanlah, lama merasakan sakitnya tidak lebih dari 20 menit."

'Oh? Kak Cas? Berarti udh mau mulai, ya?'
Jantung [Name] berdegup kencang, keringatnya mulai keluar, Ia tidak siap.

'Pasti bakal sakit banget, kan? Apa badanku bakal kecabik-cabik juga? Aku bakal ngerasain sakitnya lebih lama dari yang pertama kali-'

"Calm down, Dear."
Lagi-lagi, Ia mendengar suara yang menggema di kepalanya. Tapi kali ini dia tahu, 'Ini bukan suara Castro.'
Namun, suara tersebut bisa menenangkan nya walaupun hanya sedikit.

"Ei, sekarang!"
[Name] sudah memberi tanda yang tadi dibilang, Ei juga sudah menutup telinganya.
[Name] sudah siap dengan sapu tangan Diluc, Ia buru-buru menggigit sapu tangan tersebut agar saat dia teriak setidaknya suaranya tidak terlalu kencang.

'...Here it comes.'
Perlahan, rasa sakit itu mulai terasa olehnya.

5....6...7...8.......
[Name] memeluk tubuhnya sendiri, meremasnya, tidak peduli apa yang akan terjadi nanti. Pikirannya kosong, hanya ada rasa sakit.
'sakit, sakit, sakit, sakit, sakit, sakit.'
Ia mulai menggeram, ingin berteriak, batinnya juga ikut berteriak.
Benar-benar, rasanya seakan-akan tubuhnya bakal meledak dan hancur!

Tentu saja walaupun Ia sudah menggigit kain agar meredam teriakannya, suaranya masih terdengar samar-samar, membuat Ei berbalik badan dan tidak lagi menutup telinganya, Ia mendapati [Name] yang sedang meringkuk dan mencengkeram rumput.

Ei mulai berjalan mendekati sang MC.
"....M...j auh-" Ei tahu persis kalau [Name] sedang kesakitan, suaranya masih terdengar walaupun pelan dan terbata-bata. Ei melihat wajah [Name] yang kacau, mukanya merah dan berlinang air mata.
'Makhluk fana yang menyedihkan.' tentu saja begitu pikirnya, tapi kekhawatiran tergambar jelas pada kedua matanya, tatapan penuh kekhawatiran.

Ei mengambil sapu tangan dari mulut [Name], melihat ada bercak darah di sapu tangan tersebut 'Dia menggigit lidahnya... Ugh, tapi kenapa? Kenapa aku menjadi khawatir begini? Aku, mengkhawatirkan seseorang yang bahkan baru kutemui? Seperti bukan diriku saja.'
"...ha- h... 8..."

"? Delapan?"

"8 men..it... Lagi-"

Astaga.

"???"

Ei... Ia memeluk [Name] dengan erat.
"Kali ini... Tolong biarkan aku yang memelukmu, [Name]."

Ia sudah dapat pelukan dari berapa orang hari ini? Dibandingkan dengan dunia asalnya, [Name] lebih sering mendapat pelukan disini. Walaupun tidak bisa membalas pelukan dari Ei, Ia tentu sangat menyukainya. Tetaplah seperti ini lebih lama lagi, kumohon. Pikirnya.
"..E ..i."

"Shhhhh."

"Aku akan tetap seperti ini, sampai rasa sakitmu hilang."
Raiden berbicara seakan-akan saja bisa membaca pikiran [Name]. Sepertinya gadis itu memang gampang ditebak baginya.

'Gw... Kudu bertahan setiap malem kaya gini? Kayanya harus dipikir-pikir lagi, mending di ruangan kosong, gelap nan hampa atau nahan sakit yang warbiasah tiap hari.'

.
.
.

"[Name]."

"?"

"Kamu diam saja. Sudah selesai?"

"Yaa... Sudah selesai, tapi sakitnya masih sedikit terasa. Maaf, aku lemas.."

[Name] merasa tubuhnya terangkat, benar saja. Ei yang sedang mengangkat [Name], membawanya kembali ke Windrise menggunakan bridal style.

"Apa-.." tentu Ia terkejut, tapi terlalu lemas untuk berteriak. Rasanya Ia seperti akan pingsan, manusia biasa mana yang bisa menahan rasa sakit tadi?

"Diamlah. Aku akan membawamu kembali, istirahat saja."

Jarak antara wajahnya dengan Ei tidak jauh, [Name] bisa melihat wajah Archon yang mengangkatnya ini. "Ah. Ei... kamu cantik banget, keren juga lagi." [Name] mengatakannya dengan pelan, dan mungkin setengah tak sadar... Tapi Ia benar-benar merasa begitu.

'Dasar. Kamu memang suka berbicara tanpa memikirkan perasaan orangnya, ya?'

.
.
.

To be continued.

𝐆𝐄𝐍𝐒𝐇𝐈𝐍 𝐈𝐌𝐏𝐀𝐂𝐓 ☆ DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang