Chapter 1

844 104 0
                                    

Mata sipitnya bergerak menjelajahi tiap penjuru cafe. Ah, ketemu. Kaki jenjangnya ia langkahkan menuju sosok yang sedang duduk dipojok belakang cafe.

"Maaf terlambat."

Jari Taehyun berhenti mengetikkan sesuatu pada keyboard laptop. Kepalanya ia dongakkan melihat sosok yang telah ditunggunya sedari tadi.

"Tidak masalah, anda hanya terlambat satu jam dari kesepakatan semalam."

Soobin menarik kursi, lalu mendudukkan dirinya disana. Sepasang netra Soobin memandang sosok lelaki dengan kacamata yang bertengger manis di pangkal hidungnya, menambah kesan pintar padanya.

"Ada keperluan apa anda ingin bertemu saya? Apa karena ingin menuntut ganti rugi?"

Soobin mengangkat satu alisnya tak paham dengan ganti rugi yang dimaksudkan Taehyun. Tak lama kekehan kecil keluar dari mulutnya setelah menyadari suatu hal.

"Ya, aku menemuimu untuk menagih janjimu yang katanya akan mengganti rugi ponselku."

Lelaki bersurai ash grey terlihat melepas kacamata berframe hitamnya. Dengan gugup ia bertanya, "Err, kira-kira berapa yang harus saya ganti rugi?"

Mata bulatnya melebar kala mendengar jawaban Soobin. Huh, dia kan tidak punya uang sebanyak itu. "Kalau dicicil boleh tidak? Saya hanya mahasiswa biasa, jadi tidak punya uang sebanyak itu." Ia memelas.

"Aku punya tawaran untukmu. Hutangmu akan kuanggap lunas apabila kau menuruti perintahku, bagaimana?"

Taehyun menggigit bibir bawahnya dan menimang-nimang. "Jika boleh tahu perintah apa yang akan anda berikan pada saya?"

"Aku tidak bisa memberitahumu sebelum kau setuju dengan tawaran yang kuberikan."

Taehyun terlihat berpikir keras. Tak lama helaan nafas keluar dari mulutnya. "Baiklah, saya akan menerima tawaran anda."

Soobin tersenyum miring. Tangannya terulur memberikan selembar kertas pada Taehyun. "Ini kontrak kita."

Taehyun melebarkan mata dan buru-buru menatap pria didepannya yang terlihat santai. "Anda gila? Kontrak pertunangan?! Maaf, saya tidak bisa melakukan ini. Saya masih normal dan lebih menyukai dada para wanita."

"Kalau begitu kau mau mengganti ponselku yang sudah kau jatuhkan itu?"

Surai yang baru sebulan lalu diubah warna menjadi ash grey ia acak kasar. Wajah kecilnya ia tangkupkan ke telapak tangan miliknya.

"Saya mau." cicitnya.

Soobin pura-pura tidak mendengar. "Ulangi, aku tidak bisa mendengar ucapanmu dengan jelas jika wajahmu kau sembunyikan di telapak tangan."

"SAYA MAU." ulangnya lantang hingga membuat Soobin sedikit terkejut. Bahkan pengunjung cafe lain sontak menoleh ke meja mereka.

"Hei bocah, suaramu merusak telingaku."

Taehyun memutar bola mata seakan tidak peduli ejekan yang dilontarkan padanya. Dengan kesal ia mengaduk susu coklat yang sudah tinggal setengah.

•••

Tubuhnya ia hempaskan ke ranjang small size miliknya. Meskipun hanya small size tapi setidaknya selama ini ia dapat tidur dengan nyaman, jadi tidak masalah.

Pikirannya kini tertuju pada kejadian di siang hari. Seorang pria asing tiba-tiba memberikan sebuah kontrak pertunangan padanya.

Sebenarnya berat hati Taehyun menerimanya. Yah mau bagaimana lagi, andai saja dia anak konglomerat pasti dengan mudah mengganti rugi ponsel mahal milik pria itu. Tapi nyatanya Taehyun hanya sosok mahasiswa dengan uang bulanan pas-pasan. Bisa kuliah saja sudah bagus untuknya, mengingat orang tuanya hanya seorang wirausahawan kedai makan sederhana.

Saku celananya bergetar. Tangannya merogoh benda yang membuat tubuhnya ikut bergetar. Matanya menyipit, nomor tak dikenal memberikan sebuah pesan padanya.

"Bersiap-siaplah, besok malam akan ku jemput."

Helaan nafas keluar dari bibirnya. Tanpa menyebutkan nama ia sudah tahu siapa yang mengirim pesan padanya. Alhasil pesan itu berakhir hanya dibuka saja tanpa niat membalas. Taehyun terlalu malas berurusan dengan Soobin.

Sepasang manik hazel-nya melirik jam dinding kamar. Jarum panjang berada di angka 12, sementara jarum pendek berada di angka 8.

Tubuhnya bangkit dari ranjang dan berjalan menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Taehyun mengumpat, di kulkas maupun di meja tidak ada makanan yang tersisa. Bahkan sebungkus plastik berisi cup ramyeon yang beberapa hari ia beli sudah lenyap entah kemana.

"Hah, aku lapar."

Baru saja mengambil jaket untuk pergi ke minimarket, tiba-tiba sosok yang Taehyun kenal sudah berdiri didepan unit flatnya.

"Kenapa pesanku tidak dibalas?" Meskipun tidak ada nada marah dalam kalimat itu namun Taehyun merasa terintimidasi karena wajah si penanya terlihat datar dan dingin.

"A-aku, aku lupa membalas. I-itu kebiasaanku, y-ya itu kebiasaanku." Taehyun mengumpat dalam hati, kenapa dirinya mendadak gagap.

Kedua tangannya menahan pria bertubuh tinggi yang hendak masuk kedalam. "Anda jangan macam-macam, saya bisa laporkan anda ke polisi jika nekat menerobos masuk."

Seringai milik si pria terukir. Taehyun berjalan mundur kala pria yang diketahui bernama Soobin menatapnya dengan pandangan ingin melahap hidup-hidup.

"Tu-tunggu, stop!"

Taehyun membuka mata perlahan saat dirasa tubuh kecilnya terhimpit antara tembok dan tubuh besar Soobin. Mata keduanya bertemu pandang. Soobin terpana pada mata bulat indah milik lelaki yang berusia jauh lebih muda darinya.

"Berapa usiamu?"

"A-aku 20 tahun."

Hm, selisih 10 tahun ya.

Sebelumnya Soobin sudah mengira jika Taehyun berusia 20 tahunan, tapi ia tidak menyangka jika lelaki itu baru menginjak kepala dua.

"Memangnya berapa usia anda?"

Taehyun memekik kecil saat Soobin menyentil jidatnya. "Tidak sopan menanyakan umur pada orang yang lebih tua darimu."

"Ugh, tapi anda juga tidak sopan bertanya perihal usia meskipun saya lebih muda."

Soobin tersenyum tipis. "Jangan terlalu formal berbicara denganku. Panggil saja Hyung atau namaku."

"Bagaimana dengan Hyung? Tidak sopan jika say- ah, maksudnya aku memanggilmu dengan nama saja." Soobin mengangguk.

Selanjutnya Soobin melihat sekeliling flat sederhana milik Taehyun. Tidak ada yang spesial disini, hanya sekedar perabotan biasa. Berbeda sekali dibanding mansion mewahnya yang berisi perabotan impor mahal dan beberapa perabotan antik.

Tbc.

Persona [Beomtae & Bintae] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang