Perjalanan berlanjut tenang di udara. Danemon mengepakkan sayap, melintasi awan. Angin semakin kencang, membuat rambutku berkibar. Cahaya matahari terasa panas di sini.
Tujuan pertama dalam perjalananku adalah Desa Baxara. Sebuah desa para Penambang tinggal. Letaknya sangat jauh dari gua tempat Master Windu. Menurut Patra sekitar dua atau tiga hari berjalan menggunakan kuda. Berhubung kita menaiki Danemon, perjalanan ini bisa dua kali lebih cepat sampai tujuan.
Hutan lebat terpapar di bawah. Burung-burung hitam mirip elang berterbangan di sekitar, melenguh kencang. Juga ada seekor kadal bersayap, terbang dari pohon ke pohon. Aku tak tahu apa nama hewan ini? Terlihat ganjil. Mereka mengeluarkan suara desis seperti ular.
Abad sekarang banyak sekali hewan-hewan aneh, mirip di dunia fantasi aja. Aku juga tidak menyangka, apa benar ini abad tiga ribu tahun sebelum zaman kami? Melihat nama kota, penduduk, dan hewan serta makhluk lainnya. Aku tidak yakin.
Apakah suatu saat daerah Arcotika akan hilang di masa mendatang.
"Apakah masih ke arah barat, Kayzan? Di depan sana ada perbukitan terjal? Aku tidak yakin apa aku bisa melewatinya?" tanya Danemon.
"Patra, apa kita bisa berbelok. Danemon seperti tidak yakin melewati perbukitan di depan?" Kali ini aku bertanya pada Patra.
"Tetap saja ke arah barat. Jika kita berbelok kita bisa bertemu dengan tempat otoritas Kerajaan Zerafas. Daerah itu berada di samping perbukitan tersebut," jawab Patra.
Danemon melenguh pelan, begitu mendengar jawaban Patra. "Baiklah. Aku akan mencoba melewatinya," ucapnya.
Naga itu memasuki area perbukitan. Awan tebal menutupi lereng, angin semakin kencang, kali ini aku bahkan tidak kuat membuka mata. Puncak-puncak bukit terlihat menghadang jalan. Danemon bergerak lincah menghindar, kembali mengepakkan sayap. Semakin ke dalam, puncak-puncak bukit terlihat ramai. Awan tebal kian menutupi lereng, ada juga yang membumbung tinggi, menutup pandangan Danemon. Naga itu ekstrak hati-hati. Awan itu seperti kabut begitu berada di langit. Jika saja lengah, kita bisa tertabrak puncak bukit dan terjatuh ke lereng di bawah sana. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hal itu terjadi?
Samar-samar di depan sana terlihat sebuah cahaya terang, berukuran kecil. Aku tidak tahu cahaya itu, berlalu begitu saja.
Tidak berselang lama. Kembali lagi muncul cahaya terang. Kali ini puluhan jumlahnya, berterbangan di sekitar. Warna mereka beragam, merah, jingga, hijau, biru. Cahaya-cahaya itu terlihat panik berlarian tak beraturan, mereka seperti hendak ke lereng bukit, namun urung karena awan lebat menutupi. Mereka seperti menunggu awan itu luluh. Aku menatap cermat salah satu cahaya tak jauh dari tempatku berada. Terlihat sepasang sayap kecil dengan tubuh manusia, atau lebih tepatnya manusia perempuan. Tunggu! Apa itu seorang peri? Makhluk mitologi cantik berukuran mini dan memiliki sepasang sayap.
Peri yang kutatap segera pergi, mereka seperti memiliki sifat pemalu. Cahaya yang kulihat berasal dari tubuhnya.
"Aku tidak tahu jika pegunungan ini tempat tinggal bangsa Peri. Sudah lama aku tidak melihat mereka," ujar Patra.
"Apa mereka jahat? Bagaimana jika para Peri ini menyerang?" Aku cemas.
"Tidak. Selagi kita tidak menganggu mereka. Para peri ini berperan menjaga keseimbangan hutan, menumbuhkan benih, menjaga ekosistem dan mereka memiliki sihir unsur alam yang hebat. Kurasa kabut di bawah sana membuat mereka harus pergi ke langit. Mungkin mencari tumbuhan, hewan atau apa yang bisa menjadi tugas mereka. Kabut atau awan tebal tersebut menganggu pekerjaan mereka."
Aku ber-oh paham. Peri-peri ini perlahan menjauhi kami. Ada juga yang sudah turun ke bawah, entah mendarat dimana.
Lima jam berlalu. Pegunungan terjal sudah tertinggal di belakang, berganti dengan lereng perbukitan yang dipenuhi hutan Pinus. Matahari sudah membumbung tinggi di atas kepala, membuat udara terasa panas.
![](https://img.wattpad.com/cover/252268025-288-k884248.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DRAGON ELEMENT (Segera Terbit)
Fantasi(Terbit dinaungan JetMedia Publisher) Kenangan pasti dimiliki di setiap ingatan semua orang. Tentang suka cita, duka lara. Semua tersimpan di memori. Adakalanya kenangan itu terputar kembali, membuat duka lara terngiang di hati, membuat jiwa terasa...