LIMA : Kalau Motor Bisa Ngomong

758 123 0
                                    

Kalian punya Abang, enggak? Apa cuma Abang gue aja yangngeselin? -Andira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian punya Abang, enggak?
Apa cuma Abang gue aja yang
ngeselin? -Andira

⋇⋆✦⋆⋇ 

Kira-kira adakah kemungkinan punya mukjizat menendang seorang manusia menuju Saturnus dalam waktu satu detik? Sekali saja, Ya Tuhan. Aku benar-benar tidak tahan dengan aksi tindak kecurangan yang dilakukan Kak Novan meski itu perkara sesuap nasi goreng ketika sarapan tadi. Juga tentang bagaimana hilangnya motorku seperti benda itu dibeli menggunakan uangnya.

"Astaghfirullah." Napasku berhembus cukup panjang untuk menerima semua ini, lihat saja, kunci motorku akan menjadi barang langka yang paling sulit dia temukan di rumah nanti.

Karena yakin Kak Novan tidak akan datang cepat, maka bersama helm yang sudah kupersiapkan sejak awal, melangkahlah kakiku ke pinggir jalan. Niatnya mau tunggu Jo keluar, tapi sepertinya dia akan kelihatan saat jam pelajaran selesai nanti.

JO SUDAH BERANGKAT DONG.

Sumpah! Motornya tidak terparkir di halaman rumah lagi, dan otomatis orangnya juga tidak ada. Apa tandanya aku akan terlambat dan menerima hukuman hari ini? Lagi-lagi aku merasa mau menangis lagi.

"Andira?"

Ternyata, Anan belum berangkat.

Terlihat ia baru saja keluar dari area halaman rumahnya, lalu berhenti di pinggir jalan setelah melihat diriku, mungkin. "Lu mau berangkat?" tanyaku.

Benar kata Jo, aku ini adalah orang yang tolol. Sudah tahu kalau Anan mau berangkat, BUAT APA DITANYA LAGI?!

"Naik." Tanpa menoleh, Anan memintaku untuk duduk di jok belakang.

"Beneran?" tanyaku ragu, kalau orangnya Jo sih aku bakal langsung duduk tanpa dia suruh. Tapi ini Anan, rasanya sedikit tidak percaya.

"Kalo gak mau ya ...."

"MAU, ANAN! MAUUU!" Seperti pemaling motor, aku naik dengan cepat di belakang Anan. Tapi ia 'tak langsung berangkat karena melepaskan jaket lepisnya dan menyerahkan benda itu padaku.

"Tutupin bagian kaki lu," ujarnya.

Kalian tahu, padahal rok sekolahku tidak melebihi atas lutut, justru lebih panjang daripada itu. Meski terbuka pun apa juga yang menarik? Lagian aku pakai dalaman yang panjang, tapi karena buru-buru, kuturuti apa kata Anan. Lalu setelahnya baru motor berangkat dengan kecepatan yang nauzubillah, tidak cuma Jo ternyata, ini sih semua laki-laki kalau bawa motor seperti mengajak untuk menghadap Tuhan.

"Telapak sepatu lu gimana?" tanya Anan di tengah pendengaranku yang terganggu saat naik motor begini, tapi karena yang bicara adalah dia, maka telingaku tiba-tiba punya kekuatan super.

"Gimana apanya?" Kuteriaki dia hingga sedikit bahunya terangkat karena kaget.

"Masih bertali dianyam gak?"

MAMPU✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang