Jonathan Pratama

7 6 0
                                    

Untuk pertama kalinya, Jonathan tertarik pada seseorang. Dia Riana; dokter baru di rumah sakit tempat ia bekerja. Sulit untuk mendekatinya, karena Riana adalah gadis ambisius yang terlalu fokus dengan setumpuk pekerjaannya.

Berkali-kali Jonathan mengajaknya keluar untuk sekedar makan siang bersama, namun berkali-kali juga penolakan dilontarkan Riana. Seperti saat ini.

"Maaf pak, kenapa kau selalu menggangguku?"

"Pak? Kau memanggilku pak? Apa kau serius?" Jonathan menunjuk dirinya sendiri dengan wajah tak percaya. Hey, maksudnya- apa dia setua itu?

Riana mengalihkan pandangannya dari setumpuk kertas berisi data-data pasien yang sejak pagi ia tangani, kini pandangannya mengarah pada Jonathan. Matanya menelisik dari atas sampai bawah. "Apa yang salah dengan 'Pak' ?" Gadis itu mengedikan bahunya, lalu pergi setelah melihat pasien yang baru saja datang.

Oh sialan, itulah pesonanya. Disaat banyak wanita tergila-gila pada Jonathan; dokter tampan muda dengan segala prestasi, namun Riana berbeda. Jonathan tersenyum tipis, dia semakin semangat untuk mendapatkan hati gadis itu.

Yang Jonathan tau, Riana adalah gadis mandiri dan pemberani. Namun malam ini berbeda, di halte rumah sakit ia melihat Riana meringkuk berjongkok sambil menutup kupingnya. Terlihat sangat rapuh dan ketakutan hingga tanpa menahan ia menghampirinya, tepat saat menyentuh pundak sang wanita tiba-tiba saja si empu berteriak, membuat mereka berdua sama-sama terkejut.

"Kau baik-baik saja?" Jonathan tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya ketika melihat wajah sang pujaan hati penuh dengan lelehan air mata. Dan jawaban yang Jonathan temukan hanyalah anggukan pelan, berbanding terbalik dengan apa yang ia lihat. Lantas ia kembali berkata. "Hujan sangat deras sekarang, tidak tau kapan berhenti. Sulit untuk mencari taksi ataupun bis, kau bisa menumpang di mobilku. Bagaimana?"

Tidak seperti biasanya, kali ini Riana mengangguk dengan cepat atas saran Jonathan. Dan mengantarkan Riana menjadi rutinitas Jonathan di hari-hari berikutnya.

Jonathan pikir, Riana adalah gadis kolot yang menjunjung tinggi kehormatan keluarga. Bahkan setelah mereka berpacaran selama satu bulan, Riana tetap tidak mau untuk sekedar berciuman. Bagaimanapun, Jonathan adalah pria dewasa. Pergi ke taman atau makan es krim bersama adalah hal membosankan baginya. Namun meski begitu, ia tetap menghormati keputusan Riana.

Lambat laun, Jonathan mulai menyadari. Riana adalah rumah yang terkunci, membiarkan ia --sang pemilik-- berdiri di luar kedinginan. Terkadang Jonathan bertanya-tanya, benarkah Riana mencintainya? Atau hanya sekedar menghormatinya karena pernah membantu sang gadis malam itu. Terlalu banyak rahasia tentang Riana, bahkan sampai sekarang Jonathan tidak tau kenapa Riana sangat membenci hujan. Jonathan menyadari, ia tidak mengetahui apapun tentang sang pujaan hati.

Awalnya itu tidak masalah, namun lama-kelamaan semuanya menjadi melelahkan bagi Jonathan. Sejauh apapun ia berlari untuk mengejar Riana, tetap ia tidak pernah bisa menyusulnya. Hingga suatu hari, ketika Riana lagi-lagi menghindar dari pertanyaannya, mereka bertengkar hebat. Pertengkaran pertama mereka setelah satu tahun berpacaran.

Bagi Jonathan, Alin adalah sahabat sekaligus adiknya. Dan di depan makam ayahnya Alin dulu, Jonathan pernah berjanji untuk selalu melindungi dan menjaga Alin. Namun, apa yang harus ia lakukan ketika bangun di pagi hari dan menemukan adiknya itu tertidur dalam keadaan telanjang tepat disebelahnya.

Dengan segera, Jonathan menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Hanya untuk menemukan dirinya dalam keadaan yang tidak jauh berbeda, darah kering di kasur memperjelas segalanya. Lantas ia memukul dinding kamar gadis itu, meluapkan rasa kecewanya terhadap dirinya sendiri. Tuhan, bagaimana bisa ia merusak adiknya sendiri. Bahkan ia tidak mengingat apa yang sebenarnya terjadi malam tadi, tentu karena efek alkohol yang ia minum sangat banyak sebab pertengkarannya dengan Riana.

"Tidak apa-apa, Nana." Alin mencoba menenangkan Jonathan yang sejak tadi meminta maaf sambil sesekali memukul kepalanya sendiri dan mengumpati dirinya sendiri.

"Kau tidak bisa memaafkan ku begitu saja. Tampar aku, aku pantas untuk itu."

"Nana, ayolah. Aku sudah dewasa, hal seperti ini adalah wajar. Kita sahabat kan? Aku akan membantumu kapanpun kau membutuhkanku lagi." Dan Jonathan adalah pria brengsek sebab memanfaatkan kebodohan Alin.

orchidaceae Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang