"Eoh, kau sudah bangun?" Yang ditanya hanya bergumam sambil membantu si gadis yang baru saja kembali dari luar sambil membawa satu plastik besar belanjaan dari minimarket. Namun saat si lelaki mengintip isi plastik itu, dahinya mengernyit ketika yang ia temukan hanyalah tumpukan kondom dengan berbagai varian.
"Alin, kenapa membeli banyak sekali? Kau pikir aku seorang maniak seks?"
"Nana kau tau...kau selalu bersemangat." Alin lantas mengedipkan sebelah matanya sebelum pergi ke kamar untuk merapihkan kekacauan semalam.
"Anak nakal!" Jonathan bergegas mengikuti Alin sambil tetap menjinjing sekantong plastik kondom. Setelah ia menemukan gadis nakal incarannya, dengan segera ia menariknya. Badan mereka menempel tanpa celah, dan Jonathan lantas berkata. "Kurasa kita harus mencobanya satu." Mendengarnya, Alin sontak tertawa sebab ia tau betul bahwa Jonathan tidak akan puas hanya dengan satu.
"Nana, menjauh dariku! Aku sedang sibuk, kau tidak lihat?" Dagu Alin menunjuk kasur tidurnya yang terlihat acak-acakan, sudah pasti ulah mereka semalam. Jonathan adalah maniak seks, tidakkah ia menyadarinya?
"Dia membutuhkanmu, kau merasakannya?" Jonathan mengarahkan tangan Alin tepat pada selangkangannya yang menggembung. Astaga, kenapa lelaki ini bahkan bergairah di pagi hari?
"Selesaikan urusanmu sendi-"
Chup~
Perkataannya terputus karena Jonathan lebih dulu memberinya kecupan tepat dibibir.
"Na-"
Chup~
Satu kecupan kembali Jonathan berikan. Membuat si wanita mengerang kesal lalu setelahnya mengalungkan lengannya. "Kau harus berjanji, kau yang akan membereskannya nanti." Dengan senyum manis, Jonathan mengangguk semangat. Jonathan lantas membawanya dalam ciuman panjang, nafas keduanya terengah dan tanpa sadar kini mereka sudah sama-sama telanjang sepenuhnya.
Kini Alin sudah terlentang pasrah, menunggu Jonathan yang sedang memakai kondom yang baru saja ia beli. Meski sudah melakukannya berkali-kali, Alin tetap tidak bisa menahan teriakannya ketika benda tumpul itu masuk pada sarangnya.
Jonathan memeluknya, menyatukan tubuh mereka tanpa celah. Bibir tipisnya menjilat cuping Alin lalu berbisik. "Ha-Ahh...kau memang yang terbaik!"
---
Alin terbangun ketika mendengar suara bising, matanya menemukan Jonathan yang terlihat sedang sibuk bersiap-siap.
"Kau mau kemana?" Yang ditanya menghentikan sebentar aktivitasnya. Jonathan melirik Alin yang baru saja terbangun dari tidurnya.
Jonathan tampak cemas dan tersirat rasa bersalah dalam matanya. "Aku harus pergi."
"Kemana? Kau sudah berjanji untuk membereskannya!"
"Riana membutuhkanku, maafkan aku. Aku akan membereskannya lain kali. Hari ini kau bisa membereskannya sendiri, kan?"
Alin tersenyum kecut setelah mendengar nama gadis itu, bagaimana bisa ia melupakan fakta bahwa Jonathan sudah memiliki kekasih? Alin lantas mengalihkan pandangannya pada jendela apartemen yang terlihat gelap karena hujan, ia berusaha menyembunyikan kesedihan dalam matanya. "Kalau begitu pergilah, Nana. Hati-hati, di luar sedang hujan." Jonathan mengusap surai panjang Alin sebelum akhirnya pergi dengan langkah lebarnya. Meninggalkan Alin yang lagi-lagi harus berteman dengan sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
orchidaceae
Teen Fiction[ongoing] [mature] Jika kamu adalah bunga anggrek yang indah, maka aku adalah benalu. Menempel menjadi parasit demi bertahan hidup. Dan bisa mati kapan saja ketika pemilikmu tau.