Surat yang terlupakan

979 90 22
                                    

Aku minta maaf-

🍁🍁🍁

2 Juni 2021

Aku membuat surat ini, untuk kalian semua. Tapi, aku hanya menitipkannya pada Key, terlalu berat rasanya menyampaikan apa yang akan ku katakan secara langsung, aku tidak sanggup. Melalui surat ini, aku ingin Key mewakili ku.

Aku minta maaf, atas semua kebenaran yang akan aku katakan.

Maaf aku berbohong, maaf aku tidak menepati janji, maaf, maaf ,maaf. Beribu kata maaf aku tau tidak bisa menutupi kekecewaan dan kemarahan kalian padaku. Tapi ini sudah menjadi pilihan dan tujuan hidupku.

Aku pergi, ya aku memang pergi, tapi bukan ke Korea. Aku pergi sedikit lebih jauh dari sana. Yang memang menjadi tujuan pertama ku sejak awal.

Entah lah, aku bingung harus bagaimana mengatakannya. Intinya, ingat selalu apa yang akan aku katakan.

Pertama, jangan cemaskan aku. I will always be fine, for myself and for those of you who love me. Kedua jangan pernah mencoba menghubungi ku, aku mengganti dan menghapus semua kontak, dan sosial mediaku. Alasan? Jangan tanyakan itu, aku percaya ini yang terbaik untuk kita semua, jadi jangan khawatir saat kalian sama sekali tidak bisa menghubungi ku. Lalu kalian tidak perlu repot mencari keberadaan ku, aku ada. Aku disini, di manapun aku, kalian tetap menjadi pusat duniaku.

Marah, dan kecewalah sepuas kalian. Itu memang pantas aku dapatkan, tapi percayalah satu hal. Aku akan kembali, entah untuk waktu yang sebentar ataupun lama. Empat, lima, sepuluh, atau bahkan belasan tahun lagi. Aku akan kembali.

"Papa!"

"Yes, boy?"

"Sedang apa?"

Lelaki yang di sebut Papa itu menunjukkan sebuah kertas yang di pegangnya.

"Again?" tanya sang anak.

"Apa Papa gak bosen baca surat itu setiap hari? Aku yakin, isi surat itu udah sepenuhnya ada di luar kepala. Dan bahkan Papa bisa membacanya dengan lancar saat sedang tidur," lanjutnya.

Key, sang Papa hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan putra semata wayangnya itu.

"Kamu gak akan ngerti nak, betapa frustasinya Papa karena surat ini," balas Key.

"Ya, dan itu jawaban yang selalu sama. Karena aku gak akan ngerti, maka sebaiknya Papa gak usah jelaskan dan segera pergi. Mommy bilang ada pasien darurat."

Key segera beranjak dari duduknya. "Kanapa gak bilang dari tadi?"

Anak lelaki berusia enam tahun itu hanya mengedikan bahunya dan berlalu keluar dari ruangan sang Papa.

"Anak itu," gumam Key. Lantas ia segera menyambar jas putihnya, setelah kembali melipat dengan apik sebuah surat yang tujuh tahun ini menimbulkan banyak kejadian. Surat yang menjadi alasan banyak orang terluka.

Lean Key, akhirnya ia telah berhasil menjadi seorang dokter di sebuah rumah sakit di Ibu Kota. Berjuang sejauh ini tentu bukan hal yang mudah untuknya, apalagi dengan tanggung jawab double yang harus ia jalani.

Di tengah masa-masa sibuknya menempuh pendidikan untuk mencapai impiannya sebagai seorang dokter, ia juga harus bisa membagi waktunya untuk Hilsa, istrinya yang ia nikahi tepat satu bulan setelah kepergian Rifa, dan juga anaknya.

Kisah Yang Belum UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang