Dan aku juga tau, kalo perasaanmu masih tetap sama-
🍁🍁🍁
Fa, lo di mana. 7 tahun, bukan waktu yang singkat buat kepergian lo. Janji yang lo bilang, ternyata cuma sekedar janji tanpa pernah lo tepati. Lo bego, lo anjing, lo bangsat! Babi! Kenapa lo jahat banget? Kenapa? Kenapa lo tega ninggalin orang-orang yang sayang sama lo? Apa lo sangat marah? Luka lo apa belum bisa tersembuhkan meski setelah 7 tahun? Meski setelah lo pergi ninggalin kita tanpa kabar, tanpa sekalipun komunikasi, bahkan dengan teganya lo manipulasi tempat dan keberangkatan lo?
Gue sangat amat bersyukur jika setelah apa yang lo lakukan membuat lo baik-baik saja, dan tetap bahagia. Gue percaya sama Galen, dia pasti akan menjaga lo lebih baik dari kita, dia gak akan nyakitin lo seperti kita nyakitin lo.
Tapi, satu hal yang perlu lo tau. Lo berhasil ngehukum kita, lo berhasil membalas semua luka lo. Kita hancur, kita sakit, kita- jauh dari kata baik-baik saja setelah kepergian lo.
"Rifa gak akan balik meski seribu tahun lo lamunin."
"Bisa gak, gak usah ngagetin?" dengus Ana.
"Bisa gak, gak usah ngelamun di jam kerja?" Arian membalikan perkataan Ana.
"Ini jam istirahat."
"Sebelum lo mulai ngelamun sampe pasien yang sekarat bener-bener mati."
"Arian omongannya!"
"Berisik, cepetan sana Key butuhin lo."
"Abis ini gue langsung pulang, lo tunggu di sini aja. Gue gak bakal lama," pesan Ana.
"Hm."
Setelah kepergian Ana, Arian mendudukkan dirinya di kursi kebanggaan gadis itu. Kursi yang ia dapatkan setelah perjuangannya bersama Key untuk bisa mendapatkan gelar dokter seperti sekarang.
"Rifa," gumam Arian pelan.
"Dengan ada ataupun tanpa kehadiran lo, lo selalu menjadi penghalau dalam hubungan gue. Dulu gue gak bisa terang-terangan pacaran sama Ana karena lo, sekarang gue gak bisa nikahin dia juga karena lo."
🍁🍁🍁
"Gimana?"
"Masih tetap sama."
"Apa lagi yang harus aku lakuin, supaya kalian bener-bener bantu aku?!" Kesal Pavvella.
"Proyek apa lagi yang harus aku menangin? Perjalanan bisnis kemana lagi yang harus aku datengin? Berapa ratus ribu lagi kertas yang harus aku tanda tangani? Berapa lama lagi aku harus ngelakuin hal yang sama sekali gak aku sukai sedikitpun?! Aku cape, aku muak!"
"Pavvella!! Jaga bicaramu pada Ayahmu!"
"Bunda," lirih Pavvella.
"Kesepakatan kita dari awal, aku turutin apapun semua keinginan kalian termasuk ninggalin impian aku. Dan kalian akan menemukan Rifa untukku, sekarang udah 7 tahun kesepakatan itu berjalan dan hanya kalian yang di untungkan. Sementara aku?I just get a load. Sedikitpun gak ada keuntungan yang aku dapatkan," lanjut gadis itu.
"Bukan salah kami jika belum bisa menemukan Rifa, Pavvella. Dia terlalu pintar menyembunyikan dirinya, dan harusnya kamu sadar jika Rifa sudah tidak ingin berhubungan dengan kalian lagi!" balas Putri.
"Gak! Bunda jangan asal bicara, Bunda gak tau apapun tentang Rifa. Dia gak mungkin seperti itu."
"Bunda gak asal bicara, Bunda bicara sesuai keadaan yang sedang terjadi. Jika Rifa gak ninggalin kalian dan masih ingin berteman dengan kalian lalu kenapa dia berbohong dan pergi begitu saja tanpa kabar dan ini bukan hanya setahun dua tahun."
Pavvella diam.
"Sudah, sudah. Jika menyangkut soal Rifa kalian selalu berakhir dengan pertengkaran," ujar Maheswari.
"Karena dia lebih menyayangi temannya itu dari pada Bundanya, dia lebih peduli Rifa dari pada Bundanya. Semuanya Rifa, Rifa, Rifa dan selalu Rifa meski gadis itu sudah meninggalkannya."
Setelah mengatakan itu Putri langsung pergi begitu saja. Meninggalkan suami dan anaknya.
"Jangan terlalu di pikirin ucapan Bundamu. Ayah sudah berusaha sebisa Ayah, mengerahkan semua koneksi dan anak buah Ayah. Namun, keberadaan Rifa masih tersamarkan, Ayah rasa ada beberapa kelompok yang mungkin ikut andil dalam kepergian Rifa dan koneksi mereka lebih kuat dari Ayah. Bersabarlah sedikit lebih lama lagi, Ayah akan temukan Rifa untukmu."
Maheswari memeluk Pavvella sejenak sebelum mengikuti jejak Putri, memberikan ruang untuk Pavvella.
"Selama ini gue selalu menyangkal dengan keras saat orang-orang bilang lo ninggalin gue, Ayy. Tapi, ucapan Bunda kali ini membuat gue goyah." Setetes air mata jatuh di pelupuk mata Pavvella.
"Maaf Ayy, lo yang buat semuanya seperti ini. Jangan salahkan siapapun jika semuanya berjalan dengan kehancuran."
🍁🍁🍁
"Ayy."
"Hm?"
"Aku sayang kamu."
"Aku tau."
"Dan aku juga tau, kalo perasaan kamu masih tetap sama."
Rifa mengalihkan pandangannya dari layar laptop, dan memusatkan seluruh atensinya pada Galen.
"Apa perasaan itu begitu penting saat aku lebih memilihmu, memilih ingin selalu bersamamu, di sisimu, dan hanya kamu yang menjadi prioritasku? Apa kesetiaan ku belum cukup, meski setelah ada Aruna?"
"Itu lebih dari cukup dari apa yang aku harapkan. Maaf, aku tidak bermaksud untuk memaksakan perasaanmu, hanya saja meski setelah tujuh tahun sepertinya aku belum berhasil memberikan kebahagiaan yang kamu impikan saat kita memutuskan untuk pergi dan meninggalkan semuanya."
"Aku telah menemukan kebahagiaan itu, di sini, bersamamu, aku bahagia."
Galen tersenyum kecil, sedikit miris dengan ucapan Rifa. Namun ia segera mengabaikan perasaan tidak nyaman di hatinya.
"Apa kamu tidak ingin kembali?"
"Sangat ingin."
"Lalu?"
"Sebentar lagi Gal, hanya sebentar lagi. Aku membutuhkan kesiapan untuk menghadapi apapun yang akan terjadi saat aku kembali."
"Apa maksudmu? Menghadapi apa?"
"Kebencian."
Tbc
Maaf guys update ceritanya gak akan tentu bisa jadi lebih lama atau sebaliknya. Karena ada beberapa hal yang sedikit membuat saya sibuk😂 jangan bosen, jangan jenuh nunggu kelanjutannya kisah Rifa cs oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Belum Usai
Teen FictionSeason 2 Look At Me ••• 7 tahun hidup jauh dari keluarga dan teman-temannya, apakah telah membuat luka di hati Rifa, sembuh sepenuhnya? Setelah janjinya pada mereka tidak pernah ia tepati. Janji untuk segera kembali, janji untuk saling mengunjungi...