"-hati gue sakit."
🍁🍁🍁"Tumben lo free, El. Biasanya tiap gue ajak nongkrong gaweannya meeting mulu."
"Ya sorry, abis gimana lagi. Gak meeting gak makan."
"Bahasa lo."
"Btw, gue mau bikin acara. Lo bantu ya, Na."
"Acara apa?" tanya Ana menatap sahabatnya itu.
"Reuni."
"What? Serius? Jangan becanda deh, nih, ya gue peringatin mau reuni di tempat bagus sekalipun anak Andromeda gak akan ada yang datang. Mereka gak mungkin datang ke kandang singa."
"Ck, siapa juga yang mau reunian sama mereka. Maksud gue tuh, kita-kita aja. Geng kita lho, Key, Jo yang itu."
Ana membulatkan mulutnya. "Yang itu gue setuju, ayo deh. Udah lama juga kita gak ngumpul."
"Menurut lo lebih enak di mana? Vila? Gedung? Rumah, atau hotel?"
"Anjing, El. Di hotel kaya mau apa aja."
"Pikiran lo monyet! Lah emang di hotel tempat gitu-gitu doang?"
"Entah kenapa kalo denger kata hotel, di pikiran gue selalu yang enggak-enggak." Ana tertawa dengan pikirannya sendiri.
"Makin gede, otak lo makin sableng sih. Keseringan bareng si Arian lo."
"Apa jangan-jangan lo sering di bawa ke hotel lagi sama dia?!" tuduh Pavvella kemudian.
Ana nyengir. "Kok, lo tau? Gak sering juga sih, kadang-kadang aja."
"Sialan! Babi! Lo beneran, Na? Bajingan tuh, si Arian! Bawa dia ke hadapan gue, mentang-mentang udah bukan lagi Ratu Andromeda, dia berani ya macem-macem, dia pikir gue jadi menye-menye gitu, seenaknya aja lecehin sahabat gue! Lo lagi kenapa mau-mau aja di ajak begituan sama dia?!"
"Ella, bangsat! Lo kenapa sih, malu-maluin aja sialan! Ini tempat umum bego!" Ana menutup wajahnya dengan buku menu, saat umpatan Pavvella yang keras berhasil menarik perhatian orang-orang.
"Ya elo, sih."
"Kok, gue?"
"Ngapain lo mau aja di ajak anu-anu sama Arian!"
"Astaghfirullah, Ella. Kapan gue anu-anu sama Arian?!"
"Jangan istigfar, lo kristen. Lo sendiri yang bilang sering di ajak ke hotel."
"Ya Allah, gue lupa Kristen. Otak lo anjing, gue bilang kan kadang-kadang bukan sering. Lagian gue di sana gak anu-anu kok, cuma istirahat numpang tidur kan rumah gue sama rumah sakit jauh, Sat!"
"Itu Tuhan gue bego! Lha, elo sih kalo ngomong suka gak jelas, ambigu banget bikin orang negatif thinking."
"Lupa sat! Itu mah pikiran lo aja yang ngeres, sering di bawa meeting gak pernah di cuci kotor deh."
"Sialan! Tapi bener kan, lo gak macem-macem sama Arian. Kalian belum anu-anu kan?"
"Belum lah, sah aja belum masa iya udah anu-anu."
"Makanya cepet nikah, lama-lama kasian gue sama Arian. Anak orang lo gantungin, dia udah buktiin dan selalu ngasih yang terbaik buat lo."
Ana menghela nafas pelan. "Gue masih nunggu Rifa, gue pengen di acara penting dalam hidup gue. Semua orang penting dalam hidup gue juga ikut hadir."
"Tapi lo udah kehilangan satu orang penting itu, demi nunggu yang gak pasti bakal kembali."
"Lo kenapa ngomong gitu? Gue yakin Rifa pasti bakal balik. Lo lupa sama ucapan dia dulu? Kemana pun Rifa pergi, sejauh apapun dia berada, dia pasti akan kembali. Dia gak akan ninggalin kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Yang Belum Usai
Teen FictionSeason 2 Look At Me ••• 7 tahun hidup jauh dari keluarga dan teman-temannya, apakah telah membuat luka di hati Rifa, sembuh sepenuhnya? Setelah janjinya pada mereka tidak pernah ia tepati. Janji untuk segera kembali, janji untuk saling mengunjungi...