01. || Mondok di Jatim?

226 14 0
                                    

Mencintaimu itu adalah sakit yang berakhir candu.
-Zea Almaira Husna

•••

"Husna, kamu sudah pikirkan matang - matang kan keputusanmu?" Tanya Rama, Ayah dari Husna.

"Iya, Ayah." Jawab Husna disertai anggukkan kecil.

Setelah lulus SMP ia berniat masuk pondok pesantren di Jawa timur, kebetulan ia mempunyai kerabat disana, dan sebenarnya tujuan ia kesana supaya ia bisa melihat sang idola dan bisa berbahasa Jawa. Muhammad Hasan Yara atau sering dipanggil Gus Hasan adalah seorang lelaki yang banyak disukai oleh para kaum hawa. Ia vokalis Hadroh, Selain suaranya yang merdu, Ia juga memiliki paras yang tampan.

"Padahal di sini juga masih banyak pondok pesantren yang bagus - bagus kok, Na." Ucap Khalifia, Mama dari Husna. Mencoba membujuk sang anak supaya tak terlalu jauh pergi darinya, ia paling tidak bisa lepas dari anak sulung nya.

"Tapi Ma, Usna dari dulu pengen mondok di Jatim." Husna tersenyum tipis, itu memang benar adanya.

"Yaudah, di gontor aja." Saran sang Mama, tapi dibalas gelengan kecil oleh seorang Zea Almaira Husna.

"Masih kekeuh di ponpes Nurul Huda?" Tanya Rama, Husna membalas dengan anggukkan semangat.

"Kenapa ga nyari ponpes di Jatim yang ga terlalu jauh sama rumah paman?" Tanya sang mama heran.

"Kenapa harus di Blitar?" Lanjutnya.

"Soalnya ada masa depan Usna, Ma." Jawab Husna iseng, dengan senyum merekah.

"Hah?" Sungguh, Khalifia tidak mengerti dengan ucapan anak sulungnya ini.

"Ga jadi." Ucap Husna datar.

"Yaudah, kita daftar ya?" Rama mulai mengotak atik ponselnya, Ia mendaftarkan anaknya masuk pesantren secara online.

"Husna, kamu gapapa kan kalo mama jarang jenguk kamu kesana nanti?dari Bandung ke Blitar itu jauh, Na." Khalifia berucap dengan raut wajah sedih, sedangkan Rama fokus pada ponselnya.

"Usna gapapa kok Ma, Usna udah pikirin baik - baik resikonya." Husna memasang wajah semeyakinkan mungkin supaya sang mama tak perlu khawatir.

"Yaudah deh, terserah kamu aja. Mama nyerah bujuk kamu buat ga mondok jauh - jauh."

"Hm. Lagian ada paman kok."

...

Hari yang ditunggu - tunggu tiba, hari ini Husna akan masuk ke pondok pesantren Nurul Huda yang berada di Blitar, Jawa timur.

Alhamdulillah Ia diterima.

Semalam ia sudah menyiapkan semuanya. Dari mulai baju, peralatan makan, mandi dan masih banyak lagi.

"Usna ga percaya deh, kalo Usna keterima." Ucap Husna di sela - sela memasukkan barang - barangnya kedalam bagasi mobil.

"Lah? mama ga abis pikir deh sama kamu, Na." Sahut sang mama yang membantu Husna.

Setelah semuanya sudah beres ia masukkan, ia menutup pintu bagasi dan masuk kedalam mobil. Lalu duduk dikursi tengah bersama sang adik yang sedang fokus bermain ponsel.

"Udah siap semuanya, gaada yang ketinggalan?" Tanya Rama, melirik sekilas kearah Husna.

"Udah, yah." Jawab Husna. Memang aneh sih, ia memanggil khalifia dengan sebutan mama, sedangkan ia memanggil Rama dengan sebutan ayah. Bukannnya pasangan ayah itu ibu atau bunda ya? Tapi tak apalah, bukan Zea Almaira Husna namanya kalo sama dengan orang - orang. Ia ingin selalu tampil beda, keren katanya.

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, saat masuk tol sampai keluar tol Husna tak lepas penglihatan dari awan. Cuaca hari ini sedang cerah, seperti suasana hati Husna.

Setelah Berjam - jam diperjalanan, dan enam kali Husna muntah - muntah. Mobil yang dikendarai oleh Husna dan keluarga sampai di pekarangan pesantren.

"Wah, banyak mobil." Ucap Zira, Adik perempuan Husna.

"Karena mereka sama seperti kita, mengantar anaknya." Sahut Rama, lalu menggendong anak perempuan yang berumur 3 tahun itu.

"Ngantelin Kaka sekola?" Tanya gadis kecil itu.

"Iya sayang, sama seperti kita. Nanti Ade mau sekolah disini juga?" Tanya Rama mencubit pelan pipi anak bungsunya itu.

"Iya, nanti sama Kaka ya ayah." Ucap Zira bersemangat, Rama terkekeh melihat itu.

Sedangkan Husna dan Khalifia mereka berdua sibuk berpelukan, Memanfaatkan waktu yang ada sebelum Husna benar-benar masuk pondok.

"Udah nganterin Husna, mama sama ayah bakal kerumah paman?"

"Iya."

"Salam dari Husna buat paman ya, ayah, mama." Mereka mengangguk.

"Kakak." Panggil zira, turun dari gendongan ayahnya.

Zira berlari kecil menghampiri Husna, lalu memeluk kaki kakak perempuannya itu.

"Jangan lupain Zila." Husna berjongkok, lalu memeluk adik perempuannya itu.

"Ga akan, dong. Nanti Kakak bakalan pulang, kok." Khalifia tersenyum melihat interaksi kedua putrinya, begitu juga Rama.

"Ayok." Ajak Rama.

Setelahnya, mereka berempat pun masuk dengan Husna yang membawa koper yang berisi barang - barang miliknya di bantu oleh sang mama.

•••

Bandung, 07 Mei 2022

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang