Pengen dia, tapi dianya pengen orang lain.
-ZeaaHusna -- Zea
...
Saat ini Husna berjalan seorang diri menyusuri setiap inci pesantren, mencari tempat yang bernama asrama Maryam.
Ia belum memiliki teman disini, sehingga ia tak seperti santri - santri lain yang berjalan bersama teman - temannya.
Perpisahan dengan kedua orang tuanya tadi akan terus teringat di memorinya, mengingat sang mama yang terus menangis karena ditinggal dirinya masuk pondok.
Akhirnya ia menemukan bangunan bertuliskan 'ASRAMA MARYAM', tanpa ragu ia mengetuk pintu dilanjutkan dengan mengucapkan salam. Setelah itu, dia membuka pintu dengan gerakan slow lalu masuk kedalamnya.
Didalam asrama sudah ada enam gadis cantik, setiap asrama diisi oleh delapan orang. Berarti ada satu orang yang belum datang.
"MasyaAllah mbak, cantik banget namanya siapa?" Celetuk gadis bergamis biru tua.
"Aamiin terimakasih, Nama saya Zea mbak." Jawab Husna dengan senyum manis yang menambah kecantikkan wajahnya.
"MasyaAllah namanya cantik kaya orangnya, masuk mbak Zea." Gadis itu membuka lebih lebar lagi benda berbentuk persegi panjang itu, mempersilahkan Husna untuk masuk.
"Terimakasih." Zea mengangguk lalu masuk dan membereskan barang - barangnya. Sebenarnya ia agak aneh sih di panggil zea, biasanya kan ia di panggil Husna. Tapi, tak apalah orang zea nama awalnya kok.
Setelah semuanya beres, ia ikut menimbrung dengan teman seasramanya. Karena disini memakai kasur yang ditingkat ia memilih kasur yang bagian bawah, jadi teman sekamarnya nanti akan tidur di atasnya.
Mereka berbicara menggunakan logat dan bahasa Jawa, membuat dirinya diam saja tak mengerti.
"Mbak kok diem aja? sini kita ngobrol - ngobrol manjalita." Ajak gadis bergamis biru tua tadi.
"Saya ga ngerti bahasa Jawa." Jawab Husna, menggaruk pipi nya yang tak gatal.
"Oalah, mbak Zea orang mana toh?" Tanya gadis bergamis hitam.
"Bandung."
"HAH?" Pekik semua teman seasramanya, mereka tampak bingung.
"Memangnya di Bandung ndak ada pondok pesantren ya, mbak? Sampe mbaknya kesasar ke sini?" Tanya gadis bergamis hijau muda dengan raut wajah linglung.
Husna menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu menjawab. "Ada kok, tapi saya pengen mondok di sini."
"Ohhh." Ucap teman seasramanya kompak.
"Pantes mbak Zea cantik banget, ternyata orang Bandung."
"Bisa aja mbak nya. Semua perempuan itu cantik, yang membedakan hanya personality dan pola pikir."
"MasyaAllah."
Tok tok tok.
"Assalamualaikum." Suara ketukkan pintu disertai salam terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Tak Terduga
RomanceGadis kelahiran Bandung itu termenung, memikirkan keputusan nya. Ia memang ingin bertemu sang idola, tapi apakah harus sampai mondok di Jawa timur ya? "Aduh, Usna bingung deh." Pada akhirnya ia memilih untuk mondok di sana, dan orang tuanya pun meng...