Akupun tak mengerti apa yang telah terjadi pada hatiku ini.
-Zzzzeeeaaaa...
Libur semester akan segera tiba. Akhirnya, setelah pusing mengerjakan ujian. Santri dan santriwati diberi hadiah berpulang sementara kerumah mereka masing - masing. Dan kembali ke pondok pesantren sesuai dengan tanggal yang ditentukan.
Zea, gadis itu sedang menunggu sang Mama menelpon, mengabari dirinya jika mereka akan menjemput. Tapi, semoga saja mereka menelpon dan memberikan kabar baik, jika mereka memang bisa membawanya pulang ke kota kelahirannya. Bukan kabar tak mengenakkan bahwa mereka tak bisa membawa nya keluar sebentar saja dari penjara suci ini.
Sebenarnya Zea betah berada disini, bahkan dia juga berharap bisa berkunjung kesini setelah ia lulus nanti. Tapi, ia juga merindukan orang tuanya, merindukan keharmonisan keluarganya dan merindukan teman - temannya yang berada dibandung.
"Dor!!" Zea terperanjat kaget saat suara Maureen menyadarkan lamunannya.
"Kenapa si, Ze? Mikirin apa?" Tanya Maureen ikut duduk di gazebo ini. Gazebo dekat aula.
"Astagfirullah mbak Mau! Mbak Mau ngagetin aja." Zea geleng - geleng kepala.
"Mwehehe. Maaf Ze, abisnya aku liat kamu lagi ngelamun disini." Maureen cengengesan.
"Zea nggak papa toh mbak." Jawab Zea tersenyum kecil.
"Yakin?" Maureen kurang percaya mendengar jawaban Zea.
Belum sempat Zea menjawab, suara salam dari Mbak Nisa membuat dua gadis cantik yang sedang duduk di gazebo itu menjawab salamnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Jawab keduanya.
"Loh? Ze, bukannya kamu stor hapalan?" Tanya Mbak Nisa bingung.
"Udah mbak, 15 menit yang lalu." Jawab Zea tersenyum, Mbak Nisa mengangguk mengerti.
"Duduk mbak." Maureen mempersilahkan mbak Nisa untuk duduk. Mbak Nisa mengangguk dan duduk di sebelah kanan Zea, jadinya saat ini Zea berada ditengah - tengah.
"Gimana?" Tanya Mbak Nisa setengah - setengah.
"Apa mbak?" Tanya Zea dan Maureen bersamaan.
"Kamu Ze, mama kamu ada telpon ga?" Tanya Mbak Nisa pada Zea, Maureen mengangguk mengerti.
"Mama belum ada telpon." Jawab Zea dengan raut wajah sedih.
"Terus gimana dong?" Maureen mengetuk - ngetuk jarinya di dagu.
"Bakalan naik bis?" Tanya Maureen, lagi.
"Gatau, aku masih takut kalo naik bis. Mbak Mau, mau pulang nanti?" Tanya Zea, balik.
"Aku gabakalan pulang Ze, nanti pulangnya pas udah lulus aja." Jawab Maureen membuat Zea bingung.
"Maureen emang gapernah pulang, Ze." Sahut mbak Nisa.
"Loh? Kenapa? Mbak Mau ga kangen sama orang tua mbak Mau?" Tanya Zea lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Tak Terduga
RomanceGadis kelahiran Bandung itu termenung, memikirkan keputusan nya. Ia memang ingin bertemu sang idola, tapi apakah harus sampai mondok di Jawa timur ya? "Aduh, Usna bingung deh." Pada akhirnya ia memilih untuk mondok di sana, dan orang tuanya pun meng...