Mencintaimu mudah dilakukan, tapi mendapatkan cintamu, itu tidak mudah.
-Z...
Saat ini delapan gadis cantik yang tinggal di asrama Maryam sedang bercanda ria sambil berjalan menuju asrama, mereka baru selesai solat isya. Hari ini memang segala kegiatan rutin dipesantren diliburkan, dan di mulai kembali besok pagi.
Setelah solat ashar mereka mengobrol kembali. Membicarakan peraturan - peraturan di pesantren ini, dilanjut dengan membicarakan hal yang bersangkut paut dengan Gus Hasan, anak dari pemilik pesantren ini. Mulai dari menduga - duga kapan Gus Hasan pulang dari Kairo Mesir dan masih banyak lagi. Mereka juga membicarakan hal - hal yang tidak penting. Belum sehari mereka bersama, mereka sudah akrab.
"Kalian mau langsung tidur?" Tanya Mbak Ghea saat mereka semua sudah mengganti gamis mereka menjadi baju tidur.
"Selain tidur emang kita mau ngapain?" Tanya April heran.
"Ga mau ngobrol - ngobrol lagi, kah?" Tanya Mbak Ghea balik.
"Aku udah agak ngantuk, mbak." Jawab April, lalu ia naik ke ranjang atas dan mulai merebahkan tubuhnya.
"Aku belum ngantuk Weh, jangan tinggalin akulah." Ucap Mbak Ghea panik.
"Zea juga belum ngantuk kok, mbak. Soalnya zea suka bobo jam sepuluhan." Sahut Zea.
"Alhamdulillah aku ada temen." Mbak Ghea mengelus dada, bersyukur.
"Siapa aja yang udah ngantuk?" Tanya Mbak Vanes.
"Akuuu." Jawab mbak Nisa, April tak menjawab karena ia sudah lebih dulu masuk ke alam mimpi.
"Ini tuh kesempatan berharga tau, kita bisa bobo di bawah jam 10." Ucap Mbak Fika yang sudah merebahkan tubuhnya di kasur bagian atas.
"Iyasih." Sahut Maureen dan Zaza berbarengan, mereka memang satu paket. Meskipun berbeda satu tahun.
"Jadi mbak Fika mau bobo duluan ya?" Tanya zea, dibalas anggukkan oleh mbak Fika.
"Loh? ngobrol - ngobrol dulu dong, mbak e." Mbak Ghea berucap dengan nada tidak terima.
"Sebenernya saya juga ga ngantuk si, tapi ini kesempatan emas, langka banget." Mbak Fika mulai memejamkan matanya.
"Maureen mau bobo manis juga, ah." Maureen melangkah menuju ranjang.
"Mending gini aja kita ngobrol - ngobrol sambil tiduran." Saran mbak Zaza.
"Hmm, oke deh." Setelahnya mereka melakukan apa yang di sarankan Zaza tadi.
...
"Mbak zeaaa, bangun mbak, tahajud." Mbak Vanes menggoyangkan bahu zea pelan, berusaha membangunkan gadis itu.
"Iya mbak." Dengan berat hati zea bangun.
"Mau mandi dulu apa cuma wudhu aja?" Tanya Mbak Fika.
"Mandi jam segini, ga salah? Dingin banget loh, mbak." Zea memeluk dirinya sendiri.
"Sakarepmulah. Cepat sana ambil wudhu, nanti kita telat, lagi!"
Semuanya sudah siap dengan mukena yang menempel di tubuhnya, kecuali April. Gadis itu masih meringkuk diatas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Tak Terduga
RomantizmGadis kelahiran Bandung itu termenung, memikirkan keputusan nya. Ia memang ingin bertemu sang idola, tapi apakah harus sampai mondok di Jawa timur ya? "Aduh, Usna bingung deh." Pada akhirnya ia memilih untuk mondok di sana, dan orang tuanya pun meng...