05. || Maureen - Maureen

88 11 0
                                    

Dalam mengagumimu saja aku sudah kalah, bagaimana mungkin aku dapat bersanding denganmu.
-husssnaaaa

...

Semua kegiatan rutin telah di tuntaskan, dan sekarang waktunya tidur syantik. Delapan gadis cantik itu sudah siap di atas ranjang untuk tidur, mereka sudah berbaring di kasur masing - masing. April, gadis itu masih terjaga, entah kenapa malam ini ia susah untuk masuk ke alam mimpi, padahal selalu ialah yang terlelap duluan.

"Udah pada tidurkah?" Tanyanya dan mengubah posisi menjadi duduk. Gadis lain yang sama - sama tidak bisa tidur membuka kembali matanya dan beranjak duduk. Termasuk Zea, gadis itu juga tidak bisa tidur malam ini. Sedangkan Mbak Nisa, mbak Zaza, dan mbak Vanes sudah masuk ke alam mimpi mereka masing - masing.

"Belum." Jawab Zea, mbak Fika, mbak Ghea dan Maureen.

"Seharusnya kalian tidur sesudah aku tidur, kan aku yang harus tidur duluan di asrama ini." Dumel April, bercanda sedikit. Mereka yang mendengar itu hanya menggeleng sambil tertawa kecil, padahal sudah malam, tapi April masih aktif bercanda.

"Aku baru keinget, Ning Hilyah itu tinggal di asrama mana?" Lanjut April, sebenarnya Zea juga penasaran soal ini.

"Asrama sebelah." Jawab Maureen.

"Asrama sebelah?" Tanya Zea, mengulang perkataan Maureen menjadi pertanyaan.

"Hm, asrama Aisyah." Mbak Fika menyahut.

"Emang kenapa toh, mbak?" Tanya Mbak Ghea.

"Engga kenapa - napa si, cuma penasaran aja." Jawab April.

"Udah - udah mending kita tidur, kalo ketahuan keamanan kita belum tidur terus ngerumpi. Pasti kita kena ta'jir." Mbak Fika merebahkan tubuhnya, disusul yang lain.

...

Kamis sore memang akan terlihat lebih ramai di sekitaran pesantren karena esok harinya adalah hari libur bagi para santri. Banyak santri yang duduk santai di gazebo sekitar pesantren, nongkrong di kantin, bahkan sekedar jalan - jalan di sekitaran pesantren.

Sama halnya dengan delapan gadis cantik penghuni asrama maryam, mereka memilih jalan - jalan disekitaran pesantren sembari menikmati angin sore.

Selama diperjalanan mereka tak berhenti mengobrol, membicarakan hal yang penting bahkan yang tidak penting sekalipun. Maureen, gadis itu selalu membicarakan hal yang bersangkutan dengan Gus Rafa. Memang tidak aneh sih, karena dari dulu Maureen memang begitu.

Tapi yang membuat aneh kali ini adalah Maureen juga membicarakan hal yang bersangkutan dengan Ning Hilyah, Anak dari Kiai amif. Mulai dari Ning Hilyah yang solat selalu saja berdekatan dengan Ning Qiran dan kedekatan Ning Hilyah dengan Gus Rafa.

"Ck! udah lah Maureen, yang terpenting nanti kau yang dapetin Gus Rafa." Ucap Mbak Zaza, jengah.

"Ih, aamiin mbak. Tapi mau gimanapun aku ga suka lah liat Gus Rafa deket gitu sama Ning Hilyah." Maureen berucap ketus.

"Perjuangkan di sepertiga malam." Ucap Mbak Nisa, yang lain pun mengangguk menyetujui.

"Uh! itu mah pasti mbak, malah setiap hari aku selalu lakuin." Maureen menjawab ucapan mbak Nisa.

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang