"Ahhhhhh!!!"
Teriakan heboh itu menginvasi dalam ruangan disertai dengan bunyi gedebuk dari segala arah.
"Apa-apaan ini?" Heaven masih bertanya heboh dengan gaya berkacak pinggang.
"Awwwww, anjing! Itu tendangan atau malaikat pencabut nyawa?" tanya Regan misuh-misuh sambil mengusap bokongnya. Matanya belum terbuka dengan sempurna karena dia sedang bermimpi indah menikah bersama Heaven di sebuah taman indah penuh bunga, Heaven paling cantik di antara semua bunga itu bahkan bidadari iri dengan kecantikan yang dipunya.
"Lo! Lo lagi!" pekik Heaven heboh menuding Regan. Ngapain nih bocah ada di kamarnya? Wait! Kamar?
Saat matanya menjelajah, Heaven kian berteriak membuat Regan terpaksa menutupi telinganya. Setelah ini dia harus ke dokter tht karena teriakan cewek ini bisa membuat seluruh nuklir di seluruh dunia meledak.
"Ihhhh! Bocah jelek ngapain lo di kamar gue?"
Regan mengernyit bingung dengan tudingan tersebut. Kamar Heaven? Kenyatannya mereka sedang berada di kamarnya.
Cowok itu yang membawa Heaven ke sini saat kesadarannya berada di titik nol.
"Emang kamar lo warna abu-abu?" tanya Regan. Mata Heaven kian melotot dengan mulut terbuka lebar sembari kepalanya berputar, kesadarannya belum kembali tapi bocah ini benar karena semuanya terasa asing.
Kamar Heaven berwarna pink estetik karena sudah dihias sedemikian rupa. Bukan dia yang menghias semuanya karena Heaven tak punya jiwa seni untuk melakukan itu semua, jiwa seninya adalah merusak dan membuat segalanya jadi berantakan.
"Okay, okay. Trus ngapain gue di kamar lo?" tanya Heaven dengan tenang, sebenarnya tidak tenang karena dia ingin berteriak lagi tapi karena sadar sedang berada di rumah orang jadi sekarang dia akan merubah diri jadi Heaven yang kalem.
"Lo bukain sempak gue," tunjuk Regan pada sempak berwarna abu-abu yang tergeletak sembarangan di lantai.
"What the fuck!" Heaven mengikuti arah tunjuk itu dan beneran ada sempak.
"Idih, ngapain gue buka sempak lo?"
"Lo mau lihat isinya," jawab Regan santai.
"Ogah! Orang gue buka dan nggak lihat. Rugi, dong." Menyadari mulut kurang ajarnya dengan cepat Heaven menutup mulut dan memukulnya. Dasar mulut laknat! Kenapa tidak filter dulu kalau bicara?
"Oh, lo mau lihat lagi?" tanya Regan tersenyum penuh kemenangan. Dia berjalan mendekat membuat Heaven berjalan mundur karena dia tak sudi melihat tytyd jelek bocah ini, mending tytyd Favian dia yakin lebih gagah.
"Nggak!" geleng Heaven keras tapi Regan terus berjalan maju.
"Telat! Scorpio udah bangun."
"Idih! Scorpio jelek lo baperan," ejek Heaven dengan wajah sewot membuat Regan kian tersenyum karena ekspresi ini selalu dia suka.
"Tapi, bikin lo teriakan keenakan."
Balasan Regan membuat Heaven menelan ludah kasar. Yang benar aja! Memangnya semalam terjadi hal-hal yang diinginkan pembaca? Padahal dia ingin menjaga keperawanannya untuk suaminya kenapa yang dapat malah bocah kematian ini? Apa ini pertanda bahwa sisa umurnya pendek?
"Gue pasti sawan lihat tytyd jelek lo," elak Heaven masih menyangkal. Mata cewek cerewet itu menjelajahi kamar luas ini agar dia bisa kabur sejauh mungkin. Dih! Apa-apaan ini? Semoga ini mimpi buruk bahkan mimpi saja Heaven tak sudi. Kenapa bukan Favian? Kenapa harus bocah yang kencingnya saja belum lurus?
"Oh lo mau bukti?" tanya Regan.
Kepalanya menggeleng cepat dan berlari untuk menangkap Regan agar cowok itu tidak memberikan bukti karena Heaven tak ikhlas lahir batin dia sudah melihat dan merasakan tytyd jelek Regan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU BRONDONG MERESAHKAN
Подростковая литература"Walau gue masih bocil di mata lo, tapi tytyd gue gede!" "Bocah stress!" Heaven geleng-geleng dengan pengakuan tak senonoh tersebut. "Kalau nggak percaya lo boleh pegang dan rasain!" Regan tersenyum manis menatap sang pujaan hati. KETIKA TOM AND...