Heaven masih nangis bombay mewek jelek dengan gaya dan ekspresi yang tidak elit sama sekali. Penampilannya seperti kuntilanak keguguran.
Regan hanya terdiam dan tugasnya mengangsurkan tisu agar wanita di depannya tidak memakai baju yang dia pakai sekarang untuk menyeka ingusnya.
Sakit hati tentu saja, bertahun-tahun hidup bersama sudah membangun impian masa depan bersama dan sekarang cowok itu mengatakan kalimat beracun yang membuat harga diri Heaven sedikit ciut. Ya, dikit sih! Tak boleh banyak-banyak, dia kan selalu percaya diri.
Keduanya sudah kembali ke rumah dan sekarang berada di kamar. Sebenarnya Heaven sedang memikirkan agar mereka pindah ke unit atau apartemen yang lebih kecil agar punya privasi karena dia juga tidak suka dan nyaman berinteraksi bersama dengan orang tua Regan.
"Issshhhh! Gue benci bangat sama lo! Jangan tunjukkin muka jelek itu di depan gue!" Heaven misuh-misuh dengan mata memerah sembari menatap Regan penuh permusuhan.
"Gue?" tunjuk Regan tepat di wajahnya.
"Iyalah! Pake nanya lagi!" balas Heaven galak.
"Oh! Siapa tahu lo lihat khodam gue dan lebih tampan, walau gue tampan paripurna," kata Regan dengan rasa percaya diri tinggi menembus langit sepuluh sambil merapikan rambutnya.
"Aduh! Aduh! Mau muntah gue!" Heaven menampilkan ekspresi ingin muntah dengan kenarsisan cowok di depannya.
"Lo hamil? Anjirrrrr! Secepat ini gue jadi bapak orang!" panik Regan mendekat ke arah Heaven sambil memegang tangan halus dan terawat wanita itu.
"Iuwwwwww!!!! Nggak sudi gue hamil anak lo!" balas Heaven.
Berdebat dengan Regan ternyata dia melupakan pasal patah hatinya.
"Nanti juga lo mohon-mohon ke gue mau hamil anak-anak ajaib dari gue karena gue tampan sempurna kek cowok fiksi, kaya raya sepuluh tanjakan, anak tunggal, nggak pernah pacaran. Hem, apalagi, ya. Pokoknya gue sempurna, laki-laki idaman, nggak brengsek, gue kan cowok hutan hujan tropis," jelas Regan panjang lebar.
"Iya, isinya kan buaya!"
"Lo akan setuju sama kata-kata gue barusan kalau gue cowok paling ijo neon yang pernah lo temui. Lo pasti akan nangis haru karena tahu diperlakukan kek seorang ratu."
"Nggak akan! Dan gue nggak akan sudi lihat ke arah lo!" Heaven langsung memberi sangkalan yang membuat Regan terdiam, tapi dia tidak akan menyerah dan seperti janjinya dia akan treat Heaven sebaik mungkin.
"Udah diem lo! Gue mau lanjut nangis dulu!" lanjut Heaven dan kembali menangis seperti seonggok nyawa yang paling tersakiti abad ini.
Regan membiarkan Heaven menangis. Cowok itu hanya berdiri di sana membiarkan wanitanya meluapkan emosinya.
Jika Heaven butuh tisu dia akan mengangsurkan, jika wanita itu butuh. Meminjamkan bahu agar dia punya tempat bersandar ketika hatinya rapuh, seseorang yang akan mengulurkan tangan jika wanita ini terjatuh, seorang pasangan yang akan menyiapkan telinga jika Heaven ingin bercerita banyak hal. Dia sudah berjanji akan terus bersama sang pujaan hati.
Tangisan Heaven kian kencang, tak ada lagi drama air mata buaya yang dibuat-buat tapi beneran sakit hati dengan ucapan Favian dan segala memori kebersamaan mereka menari di kepalanya.
Pernah bahagia, kala itu. Jadi pasangan yang berjanji sehidup semati, jadi pasangan yang tidak akan saling meninggalkan. Favian meninggalkannya! Eh, tapi! Tapi, kan dia yang menikah duluan? Masak sih orang secantik dan semanis dirinya jadi pengkhianat?
"Huwaaaaaa!!! Ini Favian yang jahat atau gue, ya?" tangis Heaven kembali mempertanyakan akar rumput permasalahan ini.
"Cowok brengsek itu yang jahat! Cowok brengsek itu yang akan nyesel! Cowok brengsek itu yang akan ngemis-ngemis sama lo!" balas Regan dengan serius. Dan dia bisa memastikan jika ucapannya akurat sepuluh ribu persen, Favian akan mengemis-ngemis seperti gembel meminta Heaven kembali padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU BRONDONG MERESAHKAN
Novela Juvenil"Walau gue masih bocil di mata lo, tapi tytyd gue gede!" "Bocah stress!" Heaven geleng-geleng dengan pengakuan tak senonoh tersebut. "Kalau nggak percaya lo boleh pegang dan rasain!" Regan tersenyum manis menatap sang pujaan hati. KETIKA TOM AND...