JBM 4

1.5K 27 1
                                    

"AHHHHHH!!!!!!"

BUGHK!!

GEDEBUK!!!!

Bunyi keras menghantam lantai seperti nangka busuk jatuh dan teriakan menjadi drama pagi pasutri yang sedang panas-panasnya, bukan panas karena mereka sedang bermesraan tapi saling bermusuhan seperti kecoak dan ulat bulu.

"Gue beneran menopause ini setiap saat kena serangan diseruduk banten," keluh Regan sambil merasakan bokongnya yang sudah gepeng.

"Ihhhh! Bocah jelek ini ngapain di kamar gue? Lo mau perkosa gue?" tuduh Heaven dengan memberi tatapan nyalang. Sungguh! Rasanya dia ingin punya mata yang menghasilkan laser agar bisa menghanguskan bocah kematian ini.

"Ini kamar gue for you information dan kita suami istri jika lo belum hilang ingatan."

"AHHHHHH! TIDAKKKKKKKK!" pekik Heaven sambil menutup telinganya menggeleng tak percaya jika statusnya telah berubah. Tidak! Tidak! Padahal Heaven sudah berjanji tidak akan menikah kecuali bersama Favian, kenapa takdir malah mempermainkan dirinya?

"Selain dia tukang smack down orang, nih cewek bikin kuping gue budeg." Regan geleng-geleng tak percaya.

Mendengar apa yang dituduhkan Heaven tak terima. Gadis itu bangkit dari kasur dan berkacak pinggang menatap Regan penuh permusuhan, bocah ini jangan sampai salah bicara jika masih ingin menghirup oksigen di planet biru ini karena kesabarannya benar-benar diuji.

"Ngomong lagi gigi lo tinggal dua," ancam Heaven dengan wajah serius. Dia tidak sedang bercanda.

"Ya Tuhan... Ujian apa ini? Semoga hadiahnya istri cantik, sholeha," balas Regan.

Heaven masih menatap Regan tak senang. "Hadiah buat lo kipas angin."

"Kipas angin Cosmos modesta, nempel di dinding, nempel di lantai." Regan sudah menyanyi dengan menggoyahkan pinggulnya memperagakan posisi kipas angin yang menempel di dinding.

"Mana anak gue?" tanya Heaven meloncat dari atas ranjang ke bawah.

Regan menaikkan alisnya tak mengerti dengan pertanyaan tersebut. Anak? Sejak kapan istrinya punya anak? Kan mereka belum cetak anak, lagian mereka akan menunda anak dulu karena statusnya masih mahasiswa. Regan masih membiayai istrinya dari menadah uang dari orang tua.

"Ahhhh! Fefenx sayang untuk kamu nggak hilang." Heaven berkata dengan lembut dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk batu peliharaannya. Supepeng.

Heaven menciumi batu gepeng putih itu berkali-kali. Tiba-tiba bibirnya tak lagi menyentuh permukaan keras, tapi sesuatu yang lembut membuat Heaven melotot karena Regan sudah menyodorkan pipinya.

Dasar bocah jelek modus!

"Ihhhhh! Mulut gue pasti kena rabies. Uweeeekkk!!! Uweeeeekkkk!!!!" Heaven membuat ekspresi muntah sambil menggosok bibirnya berkali-kali, seolah mencium pipi Regan adalah virus berbahaya yang membuatnya hilang nyawa segera.

"Pipi gue unlimited, nggak pernah dicium siapa pun. Kan gue jaga buat lo," jelas Regan dengan bangga masih menyodorkan pipinya agar dicium lagi.

Heaven bergidik ngeri memberi ekspresi jijik. Tangannya terkepal siap untuk meninju wajah bocah menyebalkan lagi jika dia masih berani, kita lihat saja!

"Nggak apa-apa, dong. Kan biasanya suami istri itu ada ritual morning kiss," papar Regan.

Heaven terus saja menatap nyalang pada bocah meresahkan ini, otaknya sedang menganalisis ritual apa yang harus dia lakukan untuk memukul Regan. Tendang selangkangannya? Lempar pakai Supepeng ke kepalanya hingga bocor? Tonjok mukanya hingga memar? Atau colok matanya pakai garpu?

JODOHKU BRONDONG MERESAHKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang