"Pada akhirnya kenangan buruk tercipta oleh kenangan indah yang tiba-tiba berubah."
Melupakan masa lalu tidak semudah membalikkan tangan. Katanya, waktu akan menghapus segalanya. Namun, nyatanya luka itu tak kunjung padam, malah menjelma menjadi bayang mengikuti setiap pergerakan pemiliknya. Waktu tidak akan pernah bisa menghapus satu kisah jika pencipta kisah itu sendiri yang tak mau menghapusnya. Terkadang ingatan buruk jauh lebih sulit untuk dilupakan karena terlalu berbekas di hati seseorang. Hal itu terjadi karena ingatan buruk melibatkan amiglada dan korteks orbitofrontal yang bertugas memproses emosi seseorang.
Pada akhirnya kenangan buruk tercipta oleh kenangan indah yang tiba-tiba berubah. Pernikahan yang awalnya begitu indah dengan segala perhatian dan cinta yang ada di dalamnya mengapa bisa tiba-tiba menyesakkan dan malah menjadi duri yang menyakitkan? Sejatinya tak ada yang abadi di dunia ini dan tidak ada pula jaminan bahwa cinta akan selalu membuatmu merasa tenang. Semua bisa berubah. Begitu juga dengan perasaan. Sejatinya cinta adalah sesuatu yang rapuh dan tak selamanya akan indah.
Pagi ini harusnya sempurna. Ditemani secangkir kopi dan pemandangan ibu kota yang begitu fantastis, harusnya membuat suasana pagi terasa menenangkan. Namun, pesan yang baru saja mendarat ke ponselnya telah membuat pagi wanita berusia 28 tahun itu tampak suram dan dipenuhi kebimbangan.
Penguntit;
Selamat pagi,
Kamu udah makan, aku ada di restoran depan kantor. Kita bisa makan bareng, aku juga mau bahas soal permintaan aku yang kemarin.
Fauzia atau yang akrab disapa Zia itu menghela napas berat. Yah, itu pesan dari Rafif─salah satu rekan kerjanya di kantor ini, yang diberi gelar oleh Zia sebagai 'penguntit'. Sebenarnya dia menaruh rasa ke wanita berhijab itu, tetapi caranya mengungkapkan cinta terbilang cukup menyebalkan. Berulangkali ia menyatakan perasaan dan kekagumannya pada gadis itu dan berulang kali pula Zia mengatakan 'tidak' untuk menolaknya.
Meski sudah ditolak ratusan kali ia tetap tak menyerah dan terus saja membuntuti Zia kemanapun ia pergi dan pesan-pesan seperti 'selamat pagi' atau menanyakan kabar terus saja ia kirim ke ponsel wanita yang muak dengan asmara. Meski baru bertemu lima menit yang lalu dia tetap mengirimkan pesan sekedar menanyakan kabar dan itu sangat mengganggu.
Seperti semalam, dia sengaja mengajak beberapa pegawai kantor untuk makan bersama. Zia pikir itu hanya acara makan biasa, tapi ternyata pria itu punya niat lain. Dia berlutut di hadapan semua orang dan meminta Zia untuk menjadi istrinya, dia bahkan sempat menyanyikan lagu romantis untuk membuat Zia terpukau. Namun, sayang semua usahanya tak membuahkan hasil. Di depan semua orang Zia menolaknya dengan cara yang paling sopan menurutnya agar pria itu tak sakit hati dan berhenti menaruh harapan lagi padanya. Namun, dia seperti orang yang tak mengerti bahasa, meski Zia sudah menolaknya dia masih terus saja mengirimkan pesan pada gadis itu memohon agar cintanya diterima. Seperti sekarang ini, dia pasti mengajak Zia makan untuk menanyakan hal yang sama.
Bukannya Zia sok jual mahal, hanya saja wanita itu memang tidak ingin menikah lagi sampai kapanpun dan dengan siapapun. Trauma masa lalu harus membuatnya menelan fakta bahwa ia lelah mengenal orang baru dan gairah cinta dalam dirinya mulai padam. Masa lalu yang membuatnya terus memaksa diri untuk menghilangkan rasa cinta dan kata jatuh cinta dalam kamusnya. Dia yang awalnya sangat percaya pada cinta kini menghapus jauh-jauh kata itu dari pikirannya. Pada akhirnya semesta tak menginginkannya untuk mencinta lagi, segalanya seperti bintang yang mulai pulang dari malam, digantikan oleh mentari yang datang mengembang.
"Pagi, Bu," sapa seorang wanita yang tampak lebih mudah darinya.
"Pagi," balas Zia, tak lupa dengan senyumnya yang selalu tampak ceria.
"Biar aku beritahu jadwal Anda hari ini. Pertama, mereka menunggu Anda untuk menyetujui halaman utama web lima menit lagi, lalu Anda harus menghadiri konferensi pukul sepuluh nanti, kemudian bagian keuangan membutuhkan Anda setelah istirahat makan siang. Terakhir Anda akan rapat dengan tim pemasaran dan juga tim desain untuk membicarakan desain terbaru dari mereka."
Zia mengangguk-anggukan kepalanya mencoba mencerna setiap kalimat yang dilontarkan sekretarisnya, Ema. Jadi, kesimpulan yang dapat dia tarik adalah; dia sibuk hari ini. Yah, sama seperti biasa. Waktunya yang berharga harus ia habiskan dengan aktivitas yang produktif. Mengurus bisnis fashion online-nya dan yang paling dia senangi adalah mengurus buah hati tercintanya.
Zia mengerutkan keningnya seperti mencoba mengingat suatu hal yang dilewatkan Ema. "Kamu merasa enggak lupain sesuatu?"
Ema tampak berpikir sebelum akhirnya menyeringai seperti tertangkap basah. "Yaps, saya lupa siang nanti Anda harus menjemput putra Anda dari rumah neneknya. Maaf."
"It's okay. Semuanya sudah lengkap sekarang."
"No. saya lupa memberitahu Anda kalau Rafif mengirimkan bunga," ungkap Ema dengan nada berat. "Oh, maaf, saya harusnya tidak menyampaikan itu," lanjutnya segera setelah melihat raut wajah Zia berubah.
"Yah, sudah tahu harusnya jangan dikatakan. Tapi, aku mengerti manusia tidak luput dari kesalahan," pungkas Zia dengan seulas senyum menghilangkan rasa bersalah di wajah Ema.
"Okay, sepertinya ini waktunya untuk memulai waktu sibuk Anda. Kita ke ruang rapat sekarang?" tanya Ema memastikan.
"Tentu. Duluan saja, aku harus membalas pesan dulu."
Ema mengangguk paham lalu melangkah menjauh. Meninggalkan Zia yang tampak meniman sesuatu di benaknya. Netranya terus memandang ke arah ponselnya tepatnya pada pesan terakhir yang dikirimkan Rafif dan dia belum sempat membalasnya.
Setelah beberapa saat memikirkan balasan apa yang pantas untuk penguntit ini, Zia seperti mengingat kembali siapa dirinya, apa tujuannya selama ini. Dia sendiri tapi tak kesepian, tak punya pacar atau orang yang bisa dianggap pacar. Dia hanya ingin menjalani hidup, menikmati waktu, menemukan diri sendiri dan menjadi versi terbaik sebisanya. Jadi, dengan senyum yang menghapus kemuraman ia mengetik pesan;
Penguntit;
Selamat pagi,
Kamu udah makan, aku ada di restoran depan kantor. Kita bisa makan bareng, aku juga mau bahas soal permintaan aku yang kemarin.
Silahkan nikmati sarapan Anda, I wont to enjoy my time.
Setelah membalas pesan dari si penguntit, Zia menenggak segelas kopi di tangannya. Menikmati setiap glukosa dan kafein yang menempel pada bibir sebelum mengelap ujung bibirnya dengan ibu jari.
Hidup itu simple, kita selalu punya kesempatan untuk memilih apapun pilihannya. Tidak suka situasinya maka buatlah pilihan baru dan hadapi resikonya. Hidup tak perlu banyak drama, cukup bersiap untuk segala resiko yang akan datang.
Baik, tak perlu pikirkan perkataan orang, mari mulai hari yang akan sibuk ini, benak Zia seraya tersenyum pada dunia dibalik dinding kaca yang mengelilingi kantornya yang berlantai tiga.
"Enjoy your time, Zia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Until Marriage
General FictionTrauma masa lalu mengekangnya dalam ketakutan. Hati yang dipenuhi cinta itu berubah hambar tanpa rasa sedikitpun. Setelah bercerai Fauzia menutup hatinya rapat-rapat, tak membiarkan siapapun untuk membukanya lagi. Pernikahan bahagia yang ia impikan...