aˈfektiv

1.4K 170 5
                                    

Tidak ada yang berbeda setelah kejadian di malam itu, semua tetap berjalan seperti biasa, terutama dengan Ni-ki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang berbeda setelah kejadian di malam itu, semua tetap berjalan seperti biasa, terutama dengan Ni-ki. Baik Ni-ki maupun Sunghoon langsung disibukkan dengan urusan masing-masing. Ni-ki benar-benar fokus dengan persiapan Showcase-nya yang diadakan tiga bulan mendatang, sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan yang seharusnya tidak ia pikirkan.

Ni-ki itu perfeksionis, sehingga ia lebih menyukai terjun langsung untuk memantau pekerjaan masing-masing tim yang sudah dibentuk sebelumnya. Setelah melihat sendiri kalau semuanya berjalan sesuai dengan target, barulah dirinya bisa sedikit tenang.

Satu-satunya pekerjaan yang tidak bisa ia serahkan sepenuhnya pada yang lain adalah hal yang berkaitan dengan model. Jadi, malam ini ia akan menghabiskan waktu untuk me-review kandidat model yang disarankan oleh timnya, tentu saja ini belum ditambah dengan kandidat pribadinya, sehingga ia akan memberikan beberapa catatan tambahan. Ni-ki harus memastikan semuanya sesuai dengan gambaran yang ia punya.

Suara ketukan di pintu ruang kerja membuat fokus Ni-ki pada macbook di depannya teralih. Ni-ki melihat jam yang ada di atas meja, sudah hampir pukul satu malam, wajar saja kalau Sunghoon sudah pulang. Biasanya laki-laki itu akan langsung mengabari lewat Kakao apabila dirinya tidak bisa ditemukan dimana-mana.

Benar, ada beberapa pesan dari Sunghoon yang belum ia baca. Karena sejak tadi ia sama sekali belum sempat mengecek ponsel. Ni-ki melepas kacamata minusnya, lalu ia letakkan di atas meja. Meskipun berada di dalam rumah, Ni-ki biasanya memakai lensa kontak. Lain hal jika ia memang berniat menghabiskan waktu di depan macbook berjam-jam lamanya.

Ketika pintu dibuka, Ni-ki langsung dihadapkan dengan Sunghoon yang kelihatan baru selesai mandi, bisa dilihat dari rambut suaminya yang masih agak basah. Omong-omong, kalau tidak menikah dengan Sunghoon, mana mungkin ia bisa menyaksikan langsung dengan kedua mata, betapa terlihat tampan laki-laki di hadapannya, hanya seorang Park Sunghoon di kesehariannya.

"Ya?"

"Mau minum kopi?"

Ni-ki tidak sadar kalau dirinya sempat melamun, karena di depannya Sunghoon sudah membawa secangkir kopi panas. Baru saja Ni-ki bermaksud meraih cangkir tersebut, tetapi Sunghoon malah buru-buru membalikkan badan, yang tentu saja membuat Ni-ki bingung.

"Bareng. Nggak di dalem sana, di ruang makan aja, yuk?"

Kali ini Ni-ki benar-benar terpaku dengan punggung lebar di depan sana. Entah memang laki-laki itu terlampau baik. Ni-ki tidak sepatutnya merasa spesial. Namun, bagaimanapun juga diperlakukan seperti ini tetap mampu mengembangkan senyum di kedua ujung bibirnya.

Ni-ki sama sekali tidak menyangka kalau yang dimaksud minum kopi bareng itu ternyata lengkap dengan cake favoritnya. Yang membuat Ni-ki bingung adalah ini masih jauh dari ulang tahunnya maupun Sunghoon, lalu dalam rangka apa?

Raut kebingungan Ni-ki saat ini lah yang mungkin membuat Sunghoon —yang sedang meletakkan cangkir yang dibawanya sejak tadi ke atas meja makan— malah jadi tertawa renyah.

AMÓRE ; hoonki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang