5

2.1K 297 29
                                    

"Kalo misal bagian chorus, verse terakhir Kita pake Giselle sebagai center gimana Bang? Gue mikirnya bakal iconic soalnya Dia one and only perempuan disini, ditambah swag juga anaknya."

Perempuan yang disinggung pun merasa terkejut dengan ide yang Jeno usulkan. Bagaimana bisa?? Giselle masih baru di dunia dance dan diminta jadi center?

Jeno ini kenapa sih, yang ada malah bikin perform jadi makin kacau, pikir Giselle.




"Boleh, Kita ubah dikit choreo nya kalau gitu, Kita bisa nonjolin Giselle disini." Taeyong mengarahkan anggota untuk memposisikan diri.

"Buat nampar yang kemarin ngomong macem-macem soal Giselle. Lambenya gabisa dijaga."

Giselle diam diam tertawa oleh sikap posesif Taeyong barusan. Ia mengenal Taeyong sudah lama, itupun karena Mark. Tapi lelaki itu tau mana yang harus dilindungi, jadi Dia berada di sisi Giselle dengan tetap bersikap netral.




"Kak tapi yakin Gue ga bakal ngancurin panggung??" Giselle yang masih ragu akan keputusan tersebut akhirnya menyuarakan keberatannya.

"Lo pikir Kita mau perform apaan sampe ngancurin panggung segala???"


Lelaki itu duduk di kursinya kemudian mengumpulkan anggota yang lain untuk briefing sebentar sebelum istirahat.

"Gue pikirin dulu choreo buat chorus terakhir ya, kalian bisa istirahat. Tapi Gue laper banget ngomong-ngomong. Kalian apa gamau beli sesuatu??"

Mereka yang ada di ruang latihan hanya melempar pandangan satu sama lain, tak ada jawaban dari mereka semua.


"Gue sama Yangyang bantuin Lo aja Bang. Jeno sama Giselle biar keluar cari makan. Lagian mereka udah nulis lirik juga, udah jangan suruh mikir lagi." Hendery yang dari tadi bengong akhirnya membuka suara.

"Boleh. Kalian beli makan ya."




Tidak ada satu pun dari mereka baik itu Giselle maupun Jeno yang menolak perintah tersebut. Mereka hanya bertukar tatap kemudian tertawa canggung. Giselle mengangguk sambil tersenyum kemudian beranjak untuk bersiap pergi. Mereka seperti sudah paham, harus apa tanpa diperintah lagi.

"Kalian pemakan segala kan? Gue beli apa yang ada di depan mata Gue ya." Jeno juga ikut beranjak dari duduknya.



Jeno mengambil jaket kain nya yang berwarna hitam dan kunci mobil. Ia tak perlu ribet bersiap karena yahh Dia merasa nyaman walaupun pergi hanya menggunakan kaos dan celana training.

Giselle yang telah selesai bersiap mengikuti Jeno untuk meninggalkan ruangan. Tetapi dikejutkan dengan keberadaan Lelaki itu di balik pintu. Jeno berdiri menyenderkan punggungnya di dinding sambil menunduk dengan tudung jaket yang berada diatas kepalanya.


"Gue pingin nyetir Jen. Boleh?" Tiba-tiba pertanyaan random keluar dari bibir mungil Giselle.

"Bisaa??"

Jeno menengadah, menyingkirkan tudung jaket yang menghalangi ketampanannya. Oh tidak, bahkan dengan tudung jaket itu Dia malah terlihat semakin menarik.

"Butuh SIM Gue?"

Giselle mengeluarkan dompet nya dan menarik salah satu kartu, yaitu Surat Ijin Mengemudi yang Ia dapatkan setengah tahun yang lalu. Perempuan ini jarang sekali membawa mobil pribadinya ke kampus. Katanya macet Dia Gasuka.

"Silakan,,, Cantik.." Kata Jeno sambil menyerahkan kunci mobil beserta stnk nya.

"Ngalus mulu. Cepet Gue juga laper." Giselle meraihnya kemudian berjalan cepat mendahului lelaki itu.

Zoo - JenSelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang