Tanpa berbuat apa apa hanya duduk di depan kelas ditemani snack makanan yang ada ditangannya berniat untuk menghabiskannya. Itulah yang setiap hari dia lakukan sebelum bel kelas berbunyi dari awal semester kelas XI sampai sekarang udah semester II. Tidak ada masalah jika kursi yang dia duduki itu ada di depan kelasnya, tapi kenyataan dia bukan duduk di kursi depan kelasnya.
Kembali ke awal semester yang lalu. Setelah pelajaran matematika selesai, pak Robert meminta tolong untuk membantunya membawakan sebagian tumpukan tugas untuk dibawa ke kantor guru. Saat dia kembali ke kelas setelah meletakkan tumpukan buku di kantor, dari kejauhan dia melihat seseorang sedang memainkan gitar di depan kelas XII dekat lapangan basket. Karena penasaran siapa laki laki itu, dia langsung meghampirinya dan tanpa rasa sungkan dia langsung duduk disampingnya menunggu laki laki itu selesai memainkannya gitarnya.
"Kak, kakak ga sadar ada orang disampingmu" tiba tiba menegornya setelah selesai memainkan 3 lagu yang dia nyanyikan
Menoleh pun tidak. Laki laki itu terus mencoba memainkan gitarnya tanpa mempedulikan perkataannya. Berkali kali dia memanggilnya, tapi tetap diabaikannya. Sebel karena terus diabaikannya, dia langsung menekan semua senarnya dengan telapak tangannya, agar lelaki itu tidak bisa memainkannya lagi. "Peka dikit kenapa sih, lagi ada orang di samping mu" Celotehnya
Sambil memindahkan tangannya dari gitarnya, lelaki itu berkata, "ga ada yang nyuruh buat duduk di sampingku". Masih tetap menunduk, tanpa memperlihatkan wajahnya.
"Bisa ga kalau diajak omong itu liat orang yang lagi ngajak ngomong? "
"ga ada yang nyuruh buat ngajak ngomong"
Dengan spontan langsung beranjak dari kursinya dan berdiri di hadapan kakak kelasnya itu. "Bener bener ya kamu kak, cuek banget jadi orang"
"Aku Azeella, biasa dipanggil Ella. Akan aku pastikan kakak bakalan mau ngomong sama aku" lanjut celotehnya dan langsung pergi dari tempatnya sekarang.Status kakak kelas itu sudah menjadi targetnya. Visi dan misinya pun telah dibuatnya. Beberapa misi harus segera dilakukan agar lebih dekat untuk mencapai visinya, yaitu membuat dia agar mau berbicara dengannya dan menatap matanya.
Langkah pertama dia harus mencari tahu tentang jati dirinya itu. Saat nya jam istirahat, Ella langsung kembali ke tempat yang tadi. Ternyata Kelas itu adalah kelasnya. Ella tetap menunggu di depan kelasnya, dan akhirnya kakak kelas itu keluar dari kelasnya. Ella mengikutinya sampai berhenti di kantin sekolah. Ella duduk tepat di belakangnya. Dari situlah Ella tau siapa namanya. Masih terus memperhatikan nya diam diam, mendengarkan apa yang dia dan teman temannya bicarakan. Hampir 15 menit berlalu, tidak terdengar sepatah katapun dari dia. Hanya gurauan dari teman temannya saja. Ella memutuskan untuk sedikit mencuri pandangan ke dia, dilihatnya ternyata dia lagi asik membaca komik yang dibawanya. Geregetan karena sampai sekarang belum dapat info apapun, Ella langsung pergi meninggalkan kantin lalu menuju kelasnya.
"Dave Julian Pranata" sudah tertera di kolom pencarian salah satu media sosialnya. Ada beberapa foto yang ada di jendela akunnya. Tanpa ada spesifikasi khusus tentang dirinya. Hanya ada Nama dan dimana dia sekolah saat ini.
Masih banyak cara yang tersimpan difikiran nya. Kalau stalking media sosialnya gagal, maka harus stalking di media nyatanya. Salah satunya ngikutin dia dari belakang saat pulang sekolah agar tau alamat rumahnya. Setidaknya itu akan sedikit menghasilkan usahanya.
Ternyata benar, sekarang Ella tahu dimana alamat rumahnyaEsoknya Ella memulai kebiasaannya yang dilakukan sampai saat ini.
"Pagi kak Julian" kalimat itu belum pernah hilang dari dirinya. Setiap hari Ella ucapkan sambil melambaikan tangan dan memberikan senyuman lebarnya saat kak Julian akan masuk ke kelasnya.
Masih tetap saja bukan Kak Julian yang membalas saapaan hangatnya, melainkan salah satu temannya yang selalu barengan berangkat ke sekolah
"pagi juga Ella" Jawab salah satu temannya itu
"Berhenti bentar kak" Lalu mereka menghentikan langkahnya kecuali Kak Julian, tapi salah satu teman yang lainnya menariknya untuk menghentikan langkahnya.
Ella pun langsung menghampiri mereka, "kak, emang kak Julian malu malu gitu ya? sampai mau balas sapa dari aku aja harus nyuruh temannya buat bales" tanya Ella ke salah satu temannya yang selalu membalas sapaan hangatnya
"Iya Ell, emang kak Julian itu malu malu gitu orangnya. Maafin ya kalau kak Julian kayak gitu orangnya" jawab kakak kelasnya itu disusul dengan kaki kak Julian yang sedang menuju kelasnya.
"Ella.... " tiba tiba sesorang cewek memanggil Ella dari belakang.
"Iya kenapa Bell" Jawab Ella ketika Ella sudah da di dekatnya"
"Udah deh sadar, kak Julian itu ga suka sama kamu"
Ekspresi kaget muncul dari salah satu teman kak Julian yang lainnya lagi. Temannya kaget karena perkataan Bella terlalu frontal. Dia berfikir kalau orang lain bisa sakit hati dengan perkataannya jika tidak terbiasa dengannya.Lima bulan telah berlalu. Apapun sudah Ella lakukan untuk membuat kak Julian mau berbicara dengannya. Berbagai usaha sudah Ella coba. Mulai dari menunggunya di depan kelas hanya untuk menyapanya. Tidak pernah bosan membuatkan sarapan untuknya, meskipun nanti temannya yang memakannya. Selalu memberikan dukungan setiap ada pertandingan basket.
Tepat hari ini, Ella sadar tentang apa yang dilakukan 5 bulan terakhir ini akan sia sia nantinya. Tidak ada hasil sama sekali. Untuk meliriknya aja tidak pernah, apalagi masih berharap bisa berbicara dengannya. Menurutnya itu sudah sangat mustahil didapatkan.
Akhirnya Ella memutuskan untuk menjauhi kak Julian. Beberapa hari ini hal yang selama ini Ella lakukan sudah hilang begitu saja.
"tumben La langsung ke kelas? Gak ada jadwal ngapel hari ini" tanya Esther setelah mereka bertiga sampai ke kelas
"ditolak masih mending. Lha ini boro boro ditolak, dianggap ada aja enggak" Sahut Bella dengan santainya
"Selalu deh Bell, kalau ngomong ga pernah disaring" Jawab Esther kepadanya.
"Karena aku bukan santan yang harus disaring dulu"
Omongan Bella memang kasar, tapi juga ga pernah salah. Hampir semua yang keluar dari mulutnya tidak pernah salah.
Bella begitu acuh dengan lingkungan sekitarnya, tapi Bella tau pola yang terjadi dihadapannya. Tanpa ada yang memintanya, diam diam Bella akan membantunya jika menurutnya hal itu pantas untuk dibantu.
Mungkin saat ini hanya saran aja bisa membantunya ditambah dengan sedikit cerita.
"Aku tahu kamu La. Aku juga tahu hatimu belum menginginkanmu untuk berhenti saat ini. Enam bulan itu waktu yang singkat dibandingkan perjalanan hidupmu, kita, ataupun Julian. La...aku ada sedikit cerita. Coba dengerin baik baik. Jarang jarang tau aku cerita. Semoga cerita ini bisa menenangkan perasaanmu." Ujar Bella ke Ella
KAMU SEDANG MEMBACA
Illegirl
RomansaBeberapa orang telah membenarkan bahwa manusia tidaklah sempurna. Kecerdasan, kecantikan, maupun kekayaan bukanlah tolak ukur kesempurnaan. Salah satu orang begitu setuju dengan hal itu. Orang itu bernama Esther. Menurut Esther kita semua tidak akan...