Pagi ini Abi Ahmad tengah mengumpulkan para santriwan dan santriwati dilapangan karna adanya ustadzah Aisyah dan ustadz Ikhwan akan datang kepondok pesantren Al iman.
"Ada acara apa?" tanya Arta kepada Angga dan Aska yang berada disampingnya, ketiganya kini masih berjalan menuju lapangan.
"Ustadzah Aisyah dan ustadz Ikhwan mau Dateng kesini" jawab Aska.
"Siapa itu?"
"Adik kandungnya umi nafisa." kali ini Angga yang menjawab.
Arta mangut mangut ketika mendengarnya jika dilihat lihat mengapa ada santriwati juga dilapangan?pikir Arta, ah sudahlah ia tidak ingin berfikir terlalu panjang lagipula ia tidak begitu memperdulikan sekitar, Arta hanya ikut ikut saja.
"Kang Arta kok betah nggak senyum selama beberapa hari ini?" ucap Angga"liat senyumnya aja belom pernah saya" lanjutnya.
"Apa yang mau disenyumin disini?" tanya Arta balik.
"Saya pastinya" jawab Angga menunjukan deretan gigi putih nya.
Arta memutar bola matanya malas ketika mendengar jawaban Angga, heran rasanya saat arta berada disini ia saja mulai bergidik ngeri melihat kelakuan Angga apalagi jika ia lebih lama tinggal dipondok ini? Bisa jadi Arta juga menjadi gila.
"Udah kang ucapan kang Angga tuh nggak usah didengerin, emang kebiasaan dia tuh." ujar Aska.
Angga menoleh"serah kang Aska aja"
"Emang seterah saya kok." jawabnya.
Arta tak menggubris perdebatan antara Aska dan Angga, lelaki itu memperhatikan sebuah mobil hitam yang terparkir didepan gerbang pondok pesantren Al iman tak lama seseorang yang berada didalamnya keluar menampilkan dua orang berbeda jenis kelamin Abi Ahmad, umi nafisa, dan Salma berada disekitar situ ustadzah Aisyah memasuki lapangan dengan senyuman dan kedua tangannya membawa kantong plastik bewarna merah santriwati berdatangan menghampiri ustadzah Aisyah dan membantu membawakan barang nya
"Gini banget penyambutannya." tanya Arta heran.
"Yaiyalah kang, ustadzah Aisyah itu adik kandung umi satu satunya." jawab Angga.
"Tau!" ucap Arta cepat dan singkat.
"Kirain nggak tau." ujar Angga.
Arta Melangkahkan kakinya menuju ke asrama putra, namun dengan cepat Angga mencekal tangnnya.
"Mau kemana kang?" tanyanya.
"Cari angin"jawabnya lalu pergi begitu saja meninggal kan kerumunan, sebelumnya ia menepis tangan Angga kasar.
Saat Arta hendak melangkahkan kakinya menuju asrama putra, tak sengaja ia mendengar suara namun tidak jelas dan suara itu berasal dari kawasan putri, karna penasaran Arta mengurungkan niatnya menuju asrama putra ia berjalan kearah gerbang kecil yang sempat Arta lihat beberapa hari yang lalu.
Saat ia membukanya kebetulan sekali pintunya tidak dikunci akhirnya Arta memasukinya dan suara tersebut semakin terdengar ditelinganya Arta mulai berjalan memasuki gudang beras yang tak terlalu jauh dari pintu masuk antara santriwati dan santriwan itu.
Cleek
Pintu terbuka, matanya membola ketika Arta melihat seorang gadis tengah terbaring lemah seraya memegangi perutnya kelihatannya sakit, saat Arta mendekat ia lebih terkejut ketika melihat wajah yang begitu dirinya kenali Raina batinnya.
"Astaga Raina!" ujar Arta tangannya terulur untuk membantu Raina dengan menggendongnya.
"Kak.....Ar..ta" ucapnya terputus putus
KAMU SEDANG MEMBACA
pejuang hafidz Qur'an [SLOW UP]
General Fiction"Memilikimu adalah anugerah yg terindah bagiku." ..... Namanya Artaland Kana, seorang lelaki berpostur tubuh tegap, sifat dingin dan cuek, bisa disebut dengan cowok kejam dikalangan para remaja. Siapa sangka, Arta bisa masuk kedalam pondok pesantre...