1. First Meet

11 5 1
                                    

Suara dentuman musik dj terdengar keras dari kamar seorang gadis, yang kini tengah asyik berjoget ria. Ia begitu mendalami musik itu hingga ia tak mendengar suara lain lagi. Ia tidak peduli bagaimana penampilannya saat ini, yang ia lakukan hanyalah terus berjoget sesekali bernyanyi dengan teriakannya.

Masih merasa kurang puas, gadis itu menambahkan volume nya hingga fullbass. Jantungnya ikut berdentum di dalam sana karena musik yang sangat kencang. Ia melanjutkan jogetnya lalu berteriak senang.

"WOOOUUU!"

"AYE AYE!"

Karena sangat asyik berjoget ria, gadis itu tidak menyadari jika pintu kamarnya dibuka seseorang. Membuat suara musiknya itu ikut memenuhi ruangan di dekat kamarnya.

"AYA!" tidak ada tanda-tanda kalau gadis itu mendengarnya.

"AYA!"

Karena lelah berteriak, orang itu mematikan musik yang begitu keras itu dengan kasar karena emosi. Gadis yang tadi berjoget ria kini berhenti dari aktivitasnya lalu menoleh ke arah sound system. Menampakkan seorang pria paruh baya yang sudah tersulut emosi.

Ia merotasikan mata malas, "Kenapa?" tanya nya malas.

"APA-APAAN KAMU! BUKANNYA BELAJAR, MALAH JOGET-JOGET NGGAK JELAS!"

"Ini minggu."

"TIDAK ADA LIBUR UNTUK BELAJAR!"

"Aya nggak mau."

"AYA!"

Mendengar bentakan itu, gadis itu menatap wajah pria itu dengan tatapan datarnya, "No." tekannya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sejak tadi gadis itu berjoget ria tapi belum mandi. Ia berjoget mulai dari bangun tidur.

Dengan embusan napas kasar dan panjang, pria itu pergi dari kamar yang membuat emosinya memuncak. Kepalanya seperti akan pecah mendengar musik yang begitu keras di ruangan itu, tapi gadis itu biasa saja.

Untuk memastikan, gadis itu mengintip dari celah pintu. "Huh...udah pergi." ia berjalan keluar kamar mandi dan langsung melempar tubuhnya ke kasur, tidak lupa mengunci pintu kamarnya.

"Belajar mulu, nggak bosen apa? Gue aja bosen!" gerutunya dengan bibir yang sedikit maju. Kini ia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih.

"Oma... Aya kangen. Bukan kangen, tapi rindu." ujarnya dengan senyum tipis yang terukir dibibir mungilnya.

Kerinduannya pada sosok yang ia sebut 'Oma' itu selalu berhasil membuatnya menangis. Sejak neneknya tiada, ia selalu dituntut untuk menjadi sempurna. Disuruh untuk terus belajar dan belajar tanpa henti, dan hasilnya nanti akan dipamerkan pada setiap orang.

Bunyi ponsel membuatnya membuka mata dengan cepat. Segera ia membuka pesan masuk itu. Sedetik kemudian ia melebarkan matanya lalu menepuk dahinya. "Gue lupa! Hari ini 'kan party ultahnya Kenzo."

Ia melihat jam yang melingkar ditangannya, "Ini masih jam 2, masih pagi, Aya. Partynya malam. Lo goblok banget dah." ejeknya pada dirinya sendiri dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi.... Emang gue goblok sih," cicitnya, tapi sedetik kemudian ia terbahak menertawai dirinya sendiri.

Setelah tertawa lepas dengan keras selama beberapa menit, gadis itu mencebikkan bibirnya. "Kemana, ya? Gabut banget!" ia mengusak kasar rambutnya hingga berantakan, lalu kembali melihat ponselnya.

"Gak ada yang ngajakin gue jalan, gitu? Ini minggu, WOY!" dumelnya didepan benda persegi panjang ditangannya. "Kalau gini, gue nggak bakalan mandi dong." sambungnya lagi.

Gadis itu melirik ke cermin, "Lo sih, pakai status jomblo segala, sepi 'kan. Cih, cantik-cantik kok jomblo!" dia lah Athaya, gadis yang selalu mengatai dirinya dan berbicara pada dirinya sendiri didepan cermin.

Cause You | DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang