4. Manggala Naraputra

3 2 1
                                    

Athaya mendorong troli nya dari rak ke rak. Membeli semua kebutuhannya di sana. Setelah memilih semua barang, ia pun keluar. Ia sedikit terkejut melihat barang belanjaannya yang cukup banyak. Bahkan tangannya kesulitan untuk memegangnya.

"Gimana cara gue bawanya? Gue pakai motor, gak ada bagasi." ujarnya sembari berpikir untuk mencari akal. Beberapa detik kemudian ia tersenyum simpul lalu kembali ke dalam minimarket.

"Mbak, ada karung nggak?"

"Maaf Mbak, di sini nggak ada karung."

"Plastik yang besar?"

"Ad-"

"Yaudah, bawa sini cepat." titahnya memotong kalimat kasir itu dengan cepat. Bukan apa-apa, ia kelelahan memegangi semua barangnya. Setelah plastik besar itu ada, ia lantas memasukkan seluruh barangnya dengan tidak teratur, sesekali ia menindisnya agar cukup. Kantung plastik besar itu penuh, membuatnya menghela napas lalu mengangkat plastik itu menuju motornya.

"Iket aja kali ya, dibelakang?" ia lalu mengikat barangnya di jok belakang motornya.

"Sekarang waktunya nyari baju." ia mulai melajukan motornya menuju mall terdekat.

Athaya tidak peduli apa pandangan orang-orang tentang dirinya, mengendarai motor sport dengan helm fullface, tapi banyak barang di dalam plastik dan itu diikat dibelakang.

"Bodoamat, yang penting Aya bahagia." ucapnya lalu masuk mall. Ia memilih beberapa baju kaos dan celana panjang. Athaya tidak suka baju semacam dress, terlebih gaun. Ia lebih suka mengenakan baju kaos besar dan celana panjang.

"Berapa semuanya?"

"Dua juta rupiah." mata Athaya membulat sempurna mendengarnya. Ia hanya membeli baju kaos tapi harganya begitu mahal.

"Baju kaos lima biji doang harganya dua juta?" kasir itu mengangguk.

"Mohon maaf, Mbak beli kaosnya yang merk ternama."

"Ada plastik gede, nggak?"

"Adanya ini Mbak."

"Gak apa-apa deh, makasih ya." langsung saja ia memasukkan bajunya asal, asalkan cukup. Athaya tidak tahu akan menyimpannya dimana jika ada tempat lain lagi.

Athaya menyimpan pakaiannya di bagian depan, dan kebutuhan lainnya di belakang. Ia saat ini terlihat seperti kurir yang akan mengantarkan barang.

"Ribet banget dah." gerutunya karena kantung plastik tempat makanannya robek hingga isinya keluar.

"Udahlah, mending gue simpen baju dulu." ia melangkahkan kakinya ke dalam rumah, meninggalkan barangnya yang berserakan di tanah. Athaya tidak peduli, jika ada yang mengambilnya, ia bisa beli lagi.

"Lho, kok ada lo?" Athaya menatap bingung cowok yang sedang memungut makanannya.

"Aku tadi mau bawain kamu nasi goreng, tapi aku nabrak-nabrak barang. Barang kamu jatuh, ya?"

"Iya, sorry. Plastiknya sobek, jadinya berhamburan. Gue nyimpen baju dulu, tadi. Balik ke sini, udah ada lo. Makasih, ya?"

Semua barang gadis itu sudah rapi kembali, semua cowok itu yang membereskannya. Athaya hanya memperbaiki jika ada yang mau jatuh.

"Yaudah, ayo masuk." ajaknya diangguki cowok itu. Kini mereka tengah makan bersama, menikmati nasi goreng yang dibawa oleh cowok itu. Sebenarnya nasi goreng itu hanya untuk Athaya, tapi ia tidak mau jika makan sendirian.

"Enak, ini lo yang buat?" cowok itu mengangguk.

"Ajarin gue dong, gue juga mau bikin nasi goreng."

"Kalau ada waktu,"

Cause You | DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang