5. Days with Gala

5 2 0
                                    

"Gal, bagusnya beli sosis atau nugget?"

"Yang kamu suka, yang mana?"

Athaya berpikir sejenak, ia memandangi benda yang ada ditangan kiri dan kanannya secara bergantian. "Dua-duanya sih,"

"Yaudah, beli dua-duanya aja, lagian bisa ditaruh di freezer, 'kan?"

"Tapi....yang mau gue beli bukan cuman ini doang,"

"Ambil aja, aku yang bayar." Athaya menatap cowok itu cepat lalu menggeleng.

"Enggak. Gak bisa gitu dong, lo cuman nemenin gue belanja, bukannya bantuin bayarin."

"Ay, sekali ini aja, ya? Sekaligus sebagai hadiah, kamu tetangga baru aku." ujarnya dengan senyuman. Athaya menimbang-nimbang, ia ingin menerimanya sebagai hadiah tapi ia juga tidak mau terlihat miskin seperti itu.

"Anggap ini ucapan terima kasih, karena sudah berteman sama aku." lanjutnya lagi.

"Tapi duit gue masih banyak, gue cuman males aja nanti kalau beli dua-duanya, gue nggak bisa habisin."

"Oh iya, lo suka ginian nggak?" tanya nya antusias.

"Asal itu makanan, aku suka, Ay." gadis itu tersenyum lebar. Selang beberapa detik kemudian ia baru sadar dengan kalimat cowok itu. Ia menatap Gala dengan mata mengerjap beberapa kali.

"Lo....manggil gue, apa?"

"Ay, kenapa?"

"Semua orang manggil gue Aya atau Ya, bukannya Ay."

"Kamu nggak suka, ya, dipanggil kayak gitu?"

"Suka." sahut Athaya cepat membuatnya malu sendiri. Ia tidak tahu ada apa dengan dirinya. Ketika Kenzo yang dulu ingin memanggilnya dengan sebutan itu, ia marah dan memaki Kenzo. Tapi ia malah menyukai nama itu dari cowok buta disampingnya.

"Boleh, aku panggil kamu, Ay?" pertanyaan Gala membuatnya sadar dari lamunan.

"Boleh dong, apa yang enggak buat lo," cowok itu terlihat salah tingkah, telinganya memerah membuat Athaya bingung.

"Telinga lo kenapa? Kayak orang kepedasan gitu," cowok itu mengelus telinganya cepat.

"Ini, cuman lagi merinding aja," mata Athaya membulat mendengar jawaban cowok itu.

Athaya beralih menatap cowok disampingnya itu, "Secara nggak langsung lo ngatain gue setan, dong!"

Gala menggeleng cepat, "Enggak, bukan gitu maksud aku, kayaknya ada setan yang lewat aja,  makanya aku merinding. Kamu bukan setan, kok,"

"Kalau bukan setan, apa dong?"

"Manusia."

Athaya merotasikan matanya malas, "Kalau itu sih, gue juga tau. Maksud gue yang lain gitu." gumamnya di akhir kalimatnya.

Alis Gala bertaut bingung, suara gadis itu terdengar samar ditelinganya. "Kamu bilang apa?"

"Nggak ada, ayo ke kasir." ajaknya mengalihkan topik pembicaraan, ia sendiri juga tidak tahu ada apa dengan dirinya.

Gala duduk berdiam diri menunggu kedatangan gadis itu. Athaya memintanya untuk menunggunya karena melupakan sesuatu. Beberapa menit kemudian, gadis itu datang dan langsung menarik tangan cowok itu membuatnya sedikit kaget. Gala ingin protes dan menanyakan siapa pelakunya, tapi indera penciumannya tidak mungkin salah mengenali.

"Aya, kamu bikin aku kaget."

"Sorry, gue kelewat seneng." senyum lebar kini terukir diwajah cantiknya.

"Kok lo senyum?"

"Karena kamu juga pasti lagi senyum," jawabnya membuat Athaya terdiam. Cowok itu benar, ia sedang tersenyum-senyum sendiri saat ini. Berbelanja ditemani Gala sangat membuatnya bahagia. Mungkin karena sebelumnya gadis itu tidak pernah berbelanja dengan bebas. Selalu saja ada bodyguard dari ayahnya yang mengawasi, entah itu dari dekat atau dari jauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cause You | DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang