Satu

116 123 104
                                    

Lelaki merepotkan yang tak mau berpisah setelah membuat kesalahan tidak termaafkan itu hanya ada di serial drama, itu pikiranku sebelum bertemu mantan kekasihku saat ini.

Ntah kalimat apa yang lebih dari kata menjengkelkan.

Padahal pagi tadi mood ku sudah mulai membaik, aku memilih menghubunginya dan mengajak bertemu di sebuah cafe dengan sedikit pengunjung, takut-takut akan menangis di tempat umum yang di lalui oleh banyak orang.

Oh, tapi lihatlah sekarang. Air mataku bahkan tidak ingin jatuh di hadapannya.

Rasanya muak, ingin sekali melemparkan kalimat kotor yang selama ini jarang sekali ku ucapkan. Padahal bayanganku ini akan selesai begitu saja, aku meminta selesai dan ia langsung menyetujui.

"Nora, sayang.. "

Aku memutar bola mataku malas, "Jingga, kamu tau aku tipe orang yang gimana. Lagian gaperlu kamu jelasin juga semuanya udah jelas, jangan memperpanjang dan mendramatisir gini, kamu kira ini sinetron?"

"Tapi kamu gatau alasan aku sampai gitu karena apa?"

"Mau kamu pake alasan apapun emang aku peduli? Kamu pikir aku bakal maafin kamu dan wajar sama yang namanya selingkuh? Kamu ngira aku ini bakal diem aja maklumin kesalahanmu kaya sebelum-sebelumnya?"

Aku tertawa hambar, "Kamu bahkan ngelakuin itu sama dia"

"Aku.. "

Aku beranjak, tetapi pergelangan tanganku di tahan olehnya. Ini sungguh seperti serial drama yang ku tonton kemarin?!

"Nora, kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku janji ngga akan ngulang kejadian yang sama, aku bakal berubah, kalo kali ini aku ingkar aku bakal pergi dari kamu"

Aku menarik tanganku dari genggamannya, lalu meletakkan keduanya ke bahu Jingga.

"Denger, aku minta maaf sebelumnya sama kamu karena mungkin belum bisa jadi pacar yang baik sampai kamu ngelakuin itu, aku sadar aku banyak kekurangan dan aku ngga bisa menuhin semua ekspetasi kamu tentang aku. Terlepas dari kejadian ini, kamu cowok yang baik Jingga, kamu bisa jadi lebih baik lagi kalau mau bertanggung jawab sama apa yang udah kamu perbuat. Kasarnya kamu udah ngerusak anak orang, lampiasin rasa bosenmu sama aku ke dia, aku yakin hubungan kalian juga udah lumayan lama. Jadi karena kita udah selesai, kamu gaboleh gagal bahagiain dia"

Jingga menunduk, tak berani menatapku. Aku tau dia sedang menangis.

"Aku ngga mau, aku mau kamu" Ucapnya parau

Aku menggeleng, "biarin kali ini aku yang egois"

Setelah mengucapkan itu aku berpamitan tanpa peduli ucapan apa yang di lontarkan oleh Jingga, aku melangkahkan kakiku keluar dari cafe.

Lega rasanya tak ada beban yang harus ku tanggung lagi.

Aku mencari lokasi melalui google maps. Ntah sampai mana kakiku melangkah, tapi aku ingin menghibur diriku untuk sejenak.

Mengenai besok untungnya aku sudah membeli semua keperluan untuk mos, sekarang tinggal berpikir bagaimana aku bisa bangun awal dan tidak begadang saat malam.

Aku menengok kedai yang berada di seberang, terlihat ramai dengan orang-orang yang mengantri, berbanding terbalik dengan kedai di sampingnya.

Tapi anehnya justru tempat itu yang menarik perhatianku.

Saat masuk kedalam aroma manis langsung menyeruak, terdapat berbagai muffin dan mereka hanya memiliki menu kopi sebagai minuman.

"Saya pesen dua muffin yang jadi best seller disini sama kopi apa aja asal manis"

"Kurang suka kopi ya teh?"

"Kelihatan banget ya a'?" Jawabku canggung, aku masih belum terbiasa dengan beberapa panggilan disini, walaupun Saka memberitahu banyak tentang kalimat pengganti apa saja yang harus aku ucapkan, kadang aku lupa, serta kata itu hanya menyangkut di tenggorokan.

"Kalau gitu, saya boleh rekomendasikan kopi menurut pandangan saya tentang suasana hati teteh sekarang?"

Aku tersenyum kecil, "boleh aja, silahkan"

Beberapa menit kemudian pesanan ku datang, aku mencicipi muffin terlebih dahulu.

Rasanya enak, tidak begitu manis tapi memiliki aroma yang membuat makanan ini memiliki rasa unik.
Sulit untuk di mendeskripsikan rasanya, tetapi sungguh muffin ini memiliki ciri khas dan di luar nalar.

Aku menatap ragu secangkir kopi di depan ku, warna pekat yang terlihat menjadikanku enggan untuk mencobanya.

Seburuk itu kah pandangan si barista tentang suasana hatiku saat ini?

"Coba minum dulu teh" Ucap sang barista sambil meletakkan mangkuk berisi permen.

Apa ini? Sungguh sepahit itu sampai dia membawakan manisan sebagai penetralisir?

Aku mengangkat cangkir lalu meneguk nya sembari memejamkan mata. Benar, ini memang seperti yang ku bayangkan.

"Jangan langsung di telen, rasain dulu waktu minum"

Aku mengernyit, "Tapi ini cuma pahit, aku minum lagi rasanya bakal tetep sama?"

"Kalau cara minum kamu beda, rasanya pasti akan berbeda"

Aku mengecap setelah mencoba minum untuk kedua kali, ini tidak terlalu buruk. Ternyata ada sedikit rasa manis sebelum di telan.

"Gimana?"

"Lumayan, tapi saya ngga suka sama rasa pahitnya"

"Mungkin memang kurang masuk di lidah kamu, tapi kalo saya pribadi suka kopi semacam itu"

"Kenapa?"

"Reminder, ibaratnya kalau dalam kehidupan sesuatu yang menyenangkan itu ngga selalu mulai dari hal manis, justru kita gatau ada kejutan apa setelah rasa pahit itu. Kalo kamu pecinta kopi pasti bakal tau ada apa aja rasa setelah minum kopinya"

Aku mengangguk paham. Benar, banyak kejutan selama menjalani hidup, hal-hal yang belum pernah terbayangkan pun bisa terjadi.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang