1 - Meyra Putri Radika

593 38 2
                                    

    Perkenalkan aku Meyra yang lahir di Bulan Agustus, bukan di bulan Mei. Diberi nama Meyra karena mamah dulu suka sekali dengan artis cantik yang mempunyai nama serupa. Harapan mamah sih, aku bernasib sama seperti artis itu. Cantik lalu jadi artis atau penyanyi. Memang sih banyak yang bilang aku cantik, tapi untuk jadi artis jelas aku enggak bisa. Gak ada bakat akting sama sekali, bohong sama mamah aja selalu ketahuan. Nyanyi?. Apalagi itu. Kalau nyanyi di rumah Bang Aris sama mamah sering protes karena berisik dan ganggu katanya. Sehingga kenyataan yang terjadi adalah aku menjadi guru les anak SD. Kenapa?. Sebab itulah bakat yang aku punya yang ada dalam diriku. Punya sifat penyabar dan kesenangan pada matematika yang sebenarnya bukan karena aku genius atau bisa-bisa banget, tapi senang aja dari dulu.
     Berbeda dengan Aris, abangku itu. Dia jago nyanyi, bahkan jadi penyanyi cukup terkenal di ibu kota. Ya, tapi kalau dipikir gimana enggak?, dia punya paket lengkap yang dicari sama produser manapun. Ganteng, suara merdu, senyumnya manis, belum lagi sikapnya yang sopan luar biasa kalau di depan orang lain. Sebel kadang, mereka semua enggak tau aja kelakuannya kalau dirumah kayak gimana. Jail dan resenya minta ampun.
     Oke, kembali lagi ke aku yang beda nasib dengan Aris. Aku disini bukan orang yang baik hati, lemah lembut apalagi berhati bak malaikat seperti cerita kebanyakan sebagai tokoh utama. Buktinya temen aja cuma punya dua. Beda banget sama jumlah mantan yang banyak. Harus diakui hebat dua temanku yang bertahan itu. Aku punya sifat introvert, sensitif dan banyak tingkahnya yang bikin mereka ngelus dada seperti saat itu contohnya...
     "Lo... Meyra?." Seorang perempuan tiba-tiba datang ke meja tempat ku, Tiara dan Uci yang sedang makan pagi menuju ke siang.
     Dengan wajah yang sedikit tidak suka karena merasa diganggu ketika sedang makan, aku mengangguk. "Ada apa ya?."
     Byur....
     Perempuan itu menumpahkan es jeruk kepunyaanku tepat ke badanku. Emosiku jelas langsung tersulut. "Lo kenapa sih?. Gila?. Hah?." Oh tidak bisa aku hanya diam saja saat diperlakukan seperti ini. Tiara dan Uci ikut berdiri, mereka yang tau kalau aku sudah marah seperti apa menahan tanganku. "Udah Mey, biar gue."
     "Gak bisa." Balasku dengan mata memicing sampai membuat Uci mengangguk kemudian mengalah. Tau kalau sudah seperti itu aku gak bisa dihalang-halang. "Ya udah, silahkan Mey."
     "Bentar Mey.." Tiara memberikan tissue untuk mengelap dada ku yang basah, kebetulan memang hari itu aku lagi pakai baju dengan bahu yang terbuka. Setelah mengambil tissue yang disodorkan Tiara, aku kembali melotot tajam pada perempuan yang ada di hadapanku.
     "Kurang dingin gak?. Mau disiram lagi pake air es?." Kata perempuan itu sebelum aku kembali bicara.
     "Apa sih urusan lo?. Gak usah banyak ngomong ngaler ngidul."
     "Lo udah selingkuh kan sama pacar gue?. "
     Oalah...., ini pacarnya Andra ternyata. Beda banget sama yang di Instagram, komentarku spontan. Sembari mengeringkan bahu yang kebasahan aku menjawab dengan enteng, "iya, kenapa?. Ada masalah?. Asal lo tau Andra udah gue suruh balik ke lo, tapi dianya gak mau." Aku berniat untuk membuat perempuan itu balik kesal. Biar satu sama.
    Gotcha... perempuan itu langsung terlihat kesal dan marah. Aku tertawa dalam hati. "Lo itu ya, gak ada malu sama sekali apa?."
     "Gue kan udah bilang tadi, gue udah sering nyuruh Andra buat balik ke lo, tapi dia nya yang gak mau. Padahal gue udah gak suka sama dia. Gimana dong?. Emang itu salah gue?." Sengaja aku membetulkan riasan rambut dan baju. 
     Plak...
     "Ya.. ampun, Ra." Terdengar teriakan Uci dan Tiara.
     Sebenarnya aku sangat marah dan kesal, tapi mengingat yang dihadapanku ini akan senang kalau aku emosi pada akhirnya aku mengambil nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan handphone dari tas kecilku. "Nih, lo denger sendiri."
     "Halo..." terdengar suara berat Andra. "Ada apa sayang?." Raut wajah perempuan itu merah padam saat mendengar panggilan sayang dari pacarnya untukku.
     "Aku mau kamu jauhin aku. Kamu balik lagi aja sama pacar kamu."
     "Tunggu.. tunggu..., kenapa tiba-tiba ngomong gitu lagi sih, Mey?. Kan aku udah bilang gimana kemaren ke kamu kalau aku sayangnya sama kamu. Aku bakal putusin pacar aku." Selesai Andra mengatakan itu, pacarnya yang sudah tidak tahan lagi mengambil paksa handphoneku kemudian memaki pacarnya dengan brutal. "Ini gue Puspa. Lo sama gue gak akan bisa putus sampei gue yang mau kita putus. Lo stuck sama gue. Inget itu!."
     BRUK..
     Handphone ku di simpan dengan cukup keras di atas meja. "Gue bakal terus permaluin lo kalau lo masih tetep genit sama pacar gue."
     "Oh silahkan diambil, gue udah gak tertarik sama Andra." Terasa Tiara mencubit pelan tanganku setelah aku mengatakan itu. "Lo tuh kenapa sih cari ribut banget?." Tanya Tiara dengan kesal saat perempuan itu sudah keluar dari cafe yang untungnya cuman ada kita doang dengan perasaan yang sangat kesal.
     Uci yang baru duduk ikut mengomel. "Iya, malu diliatin sama pelayan disini. Untung belum ada pengunjung lain karena belum masuk jam makan siang."
     "Harusnya dia terima kasih sama gue, dia jadi tau cowoknya kayak apa. Gak setia, berengsek lagi. Buaya." Jawabku tenang yang malah buat Uci dan Tiara geleng kepala.
     "Yang ketemu di gym bukan sih itu cowoknya?."
     "Iya, Ti. Dia yang godain gue duluan."
     "Tapi kan lo juga balesin chatnya setelah tau dia punya pacar." Uci yang punya jiwa paling kalem diantara kami mengomentari dengan cuek, tapi tepat sasaran. "Ini yang bikin gue kadang sebel kalau pergi sama lo. Ada aja cewek yang dateng labrak lo. Makanya lo jangan suka kasih tau di ig story lo lagi dimana." Keluh Uci dengan santai. Tuh kan sesabar itu mereka berdua buat ulah-ulah yang aku buat. Mungkin kalau yang lain bakal marah banget dan gak mau temenan lagi, tapi mereka enggak. Mereka tetap ada di sampingku.
    "Oke deh gue janji."
    Tiara mencondongkan tubuhnya. "Janji apa, Ra?."
    "Gak mungkin janji jauhin cowok-cowok yang udah punya pacar." Potong Uci.
     "Iya emang. Gue janji gak bakal update-update lagi ada dimana."
     Uci bertepuk tangan sambil tertawa. "Bagus. Tuh kan liat si Meyra. Untung aja dia sahabat gue, jadi gue sabar."
     Terharu mendengar Uci, aku berdiri dari tempat dudukku lalu memeluk mereka berdua. "Makasi ya kalian..."
     "Gak ada yang gratis didunia ini, sobat. Traktir kita makan es krim mahal, kita gak mau es krim yang di Indomaret." Canda Uci yang ditertawai oleh Tiara.
     Sesabar itulah mereka.
**

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang