[6] Retak

2K 269 17
                                    

Jangan lupa vote sama komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

Tidak ada kata lain kali. Sudah lebih dari 2 bulan, tapi Mark tidak pernah menyediakan waktu bahkan hanya 15 menit. Mereka hanya berpapasan saja dan saling menyapa seperlunya. Tidak ada acara minum teh apalagi sebuah kencan. Sikap Mark juga berubah. Apa.. ini hanya perasaan Jaemin saja? Tidak, ini bukan sekedar perasaannya. Mark memang berubah.

Apa tahta yang membuat Mark berubah? Tidak mungkin.. Mark bukan seseorang yang berubah hanya karena tahta. Jaemin mengenalnya bukan setahun dua tahun. 

"Marquess!!" Panggil Jaemin begitu matanya menangkap sosok Johnny Adalgiso berjalan di Taman, membuat kakinya dibawa setengah berlari menuju sang Marquess.

"Hormat saya, Yang Mulia.." Johnny membungkuk.

Jaemin berdecih. "Paman tidak perlu melakukannya.." katanya dengan mulut yang mengerucut.

Johnny tersenyum. "Jadi, Ada apa gerangan Yang Mulia menemui saya, bahkan sambil berlari?" Tanya Johnny.

"Eh? Bisakah kita melakukannya sambil minum teh? Apa Paman punya waktu?" Tanya Jaemin takut takut.

Johnny mengangguk. "Tentu saja, Saya selalu punya waktu untuk Yang Mulia.." balas Johnny sopan.

Jaemin merengut. "Panggil Jaemin saja, Paman.. Rasanya tidak nyaman, Aku menemui paman sebagai Jaemin.." ujar Jaemin, berjalan mendahului Johnny untuk duduk di paviliun mini.

Jaemin sesaat setelah duduk, Jaemin meminta para pelayan membawakan teh.

"Paman.. Kak Mark berubah.." Jaemin membuka percakapan.

Johnny menatap Jaemin bingung. "Apa.. Maksudnya?"

"Sepertinya dia tidak mencintaiku lagi, Aku.. Aku mengenalnya bukan sehari dua hari, aku tahu ada yang berbeda.. Sikapnya.." ucapan Jaemin terhenti sesaat karena para pelayan yang datang menyajikan Teh dan kudapan.

"Jangan berpikir buruk , Jaemin.. Paman juga mengenal Mark dari bayi. Dia adalah seorang pria yang memegang kata katanya.. Dia tidak mungkin mengkhianati ikatan di antara kalian.." balas Johnny, meraih secangkir teh untuk dinikmati secara perlahan.

"Paman.. aku bisa merasakannya! Mark tidak mencintaiku lagi.." protes Jaemin frustasi.

"Kalian hanya tidak memiliki waktu bersama akhir akhir ini, biar paman atur waktu seharian agar kalian tidak terlibat kesalahpahaman seperti ini.." putus Johnny.

Jaemin menatap Johnny frustasi. "Ternyata paman tidak mengerti apapun.." keluh Jaemin lirih.

Johnny memejamkan matanya. "Paman percaya kata katamu, Jaemin.. Tapi, Paman berusaha berpikir positif, karena Paman tahu Jaemin yang manis ini tidak pernah berbohong.." Johnny mengulas senyum tipis.

Jaemin yang tadinya menunduk karena malas melanjutkan ucapannya, mengangkat wajahnya. "Paman.."

"Paman tahu, Jaemin sangat menyukai Mark, Mark juga begitu.. Kalian akan baik baik saja.." kalimat penenang keluar dari mulut Johnny, membuat setidaknya perasaan Jaemin lebih lega.

"Paman punya kuasa atas waktu kelas Mark, biar Paman atur semuanya.. Percayakan pada Paman ya?" Johnny bangkit berdiri, mengusap kepala Jaemin lembut.

"Sekarang kembali bekerja, Yang Mulia.." akhirnya mode paman itu menghilang berganti dengan mode penasihat kerajaan yang menyebalkan di mata Jaemin.

Half of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang