[9] Perihal Luka

2.1K 238 19
                                    

Jangan lupa vote sama komennya

Typo : Anugerah

Happy Reading

***

Agar jejak kepergianku tak mengaburkan pikiranmu
Jadi tolong jangan menangis, berjanjilah padaku

Suatu hari ketika kamu kembali padaku
Aku akan datang menemuimu dalam sekejap
Kamu, kamu dan aku
Kita akan selalu bersama

Dengan suara serak Jeno menyanyi pelan. Berharap nyanyian lirihnya bisa menyembuhkan luka seperti yang biasa Renjun dan Mamanya lakukan. Namun semakin ia banyak ia bernyanyi entah kenapa luka itu terasa semakin sakit.

"Akhir - akhir ini aku sering melihatmu menangis, kenapa?" Sebuah suara membuat Jeno buru buru mengusap air matanya. Jeno menoleh dengan senyumnya, matanya sipitnya menemukan Jaemin berdiri dengan topeng yang masih melekat di wajahnya. Sepertinya ia habis mengadakan pertemuan.

"Aku tidak apa apa.. Aku hanya, sedikit merindukan masa lalu.." balas Jeno.

Jaemin menatap Jeno tidak percaya. Namun ia tidak melanjutkan percakapan lebih lanjut. Menatap langit yang mulai menguning.

"Mark dan Haechan merencanakan pemberontakan. Dari yang kudengar keluarga Alcander tidak bisa lagi memimpin kerajaan dengan gen terkutuk.." kata Jaemin sambil menerawang.

"Mark? Kau tidak memanggilnya Kakak lagi?" Tanya Jeno. Jaemin terkekeh. "Sejak Madhiaz terbunuh, Aku juga ikut memutus hubunganku dengan Mark.." jawab Jaemin acuh.

"Ini semua karena keegoisanku. Aku pantas mendapatkan semua ini, ya kan?" Jaemin tersenyum tipis. Jeno mau tak mau ikut menyematkan senyum tipis.

Jeno kembali menjatuhkan pandangannya pada taman istana. "Kita biasa minum teh di sana.." Jeno menujuk paviliun di tengah taman.

"Mama selalu berteriak saat melihat kita bermain kejar-kejaran.." lanjut Jaemin sambil tertawa.

"Aku sudah bilang kejar-kejaran itu ide yang buruk.." kata Jeno.

"Heh.. ide petak umpetmu jauh lebih buruk ya.." balas Jaemin ketus. Jeno tertawa.

"Aku merindukan Mama.." bisik Jaemin pelan. Jeno tersenyum. Dia juga.. Dia juga sama merindukan sang ibu.

"Mama pasti kecewa padaku, ya kan?" Tanya Jaemin getir.

Jeno menggeleng. "Tidak masalah.. kita sama sama mengecewakan.." canda Jeno. Jaemin tertawa samar.

"Malam ini.." kata Jaemin tertahan.

"Malam ini Haechan dan Mark akan melakukan pemberontakan.." lanjut Jeno.

"Maka dari itu, ini.." Jeno menyerahkan topengnya. "Ayo kita bertukar peran.."

Jaemin menatap Jeno tak percaya.

Jeno melepas topeng Jaemin lembut lalu mengenakannya, dan memasang topeng miliknya pada Jaemin. "Larilah sejauh mungkin. Terbang setinggi mungkin. Bertahan hidup, dan hidup dengan baik.." ujar Jeno lembut.

"Jeno.." panggil Jaemin tertahan.

"Hidup dengan penyesalan, Jaemin.. Hidup dengan membalas semua dosamu.." Jeno tersenyum kecut.

"Aku akan mencoba bertahan hidup, dan segera menemuimu.." Jeno menyatukan kening mereka.

"Kita adalah satu hati dalam raga yang berbeda. Jika aku terlahir kembali aku akan tetap menjadi saudaramu.. Bersama selamanya.." bisik Jeno. Tubuh Jaemin bergetar. Mulai menangis.

Half of EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang