BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN SEBELUM MEMBACA/SESUDAH☁️
1 VOTE DAN 1 KOMEN DARI KALIAN BUAT AKU SEMANGAT UPDATE ☁️
AYO DONG JANGAN SILENT READERS KALAU MASIH GAK MAU VOTE ATAU KOMEN AKU GAK BAKAL LANJUTIN CERITA INI SAMPAI END! kalau gak mau komen setidaknya vote hargai aku mikirin alurnya, bisa?
Jangan lupa spam komen besti❤️
Tanpa mengatakan apapun atau menghampiri Binar, Langit pergi begitu saja menuju perusahaan milik keluarganya, tidak perduli apa yang selanjutnya akan terjadi pada gadis itu dan Langit tidak akan perduli. Pesan yang dikirimkan oleh Galang barusan berhasil memancing rasa marahnya, satu sisi Binar menatap bingung kepergian Langit tanpa mengatakan apapun kepadanya, mengapa semua orang menyebalkan hari ini. Tidak ingin ambil pusing Binar memilih untuk memesan taksi ketimbang pergi menyusul si cupu.
Sesampainya ditempat tujuan, sepeda yang dibawanya tadi sudah Langit suruh anak Dikaiosune untuk membawa sepedanya ke bengkel dan Langit tadi memakai motor milik Petir untuk sampai kesini arena tidak mungkin dirinya berpenampilan seperti disekolah saat datan ke kantor. Tanpa menghiraukan suara sekretaris Galang, Langit membuka pintu ruang kerja Papanya dengan keras tanpa mengetuk terlebih dahulu, "Maksud isi pesan lo apa?" tanya nya langsung tanpa menyapa Galang terlebih dahulu.
"Kamu bisa mengetuk pintu lebih dulu ketimbang membantingnya, dimana sopan satun mu Langit?"
"Persetan dengan sopan santun! lo sebagai orang tua inget gak pernah ngajarin anaknya apa?"
Galang menghela nafas kemudian menegakkan tubuhnya, "Jadi kedatangan kamu kesini mau apa?"
"Gue mau penjelasan isi pesan yang lo kirimkan tadi tuan Galang yang terhormat," jawab Langit.
"Penjelasan? Tidak ada yang perlu dijelaskan, isi pesan itu sudah sangat jelas. Apa yang saya katakan benar bukan? Jika adik bodoh mu itu memang ingin mempercepat takdirnya, lalu untuk apa kamu berusaha keras mencari tau kematian adik mu itu Langit," jawab Galang. Pria baya itu berdiri dari duduknya, melangkah pelan menuju kaca besar yang memperlihatkan suasana kota ini dari ruang kerja di perusahaannya.
BRAKK!!
Langit membanting salah satu Gucci koleksi Bintang yang ada diruang an ini, "Gue paling gak suka kalau lo bilang kayak gitu bajingan! Dia anak lo, darah daging lo sendiri," urat-urat di leher cowok itu terlihat. Tanpa rasa takut Langit mencengkram kerah kemeja Galang dengan mata memerah.
"Jangan buat gue berpikir kalau lo dalang di balik kematian Nayara dan lo juga yang mau merusak rencana gue," desisnya.
Galang tersenyum miring mendengar ucapan putranya, "Apa saya terlihat perduli tentang gadis itu? Saya hanya perduli pada kamu Langit. Berhenti mencari tau tentang Nayara dan fokus lah pada sekolah mu, karena kamu yang nanti akan menjadi penerus perusahaan milik Arkantama," ucap Galang.
"Mengalihkan pembicaraan heh!?"
"Saya tidak mengalihkan pembicaraan, hanya saja saya sedang mengingatkan kamu," ucap Galang seraya merapihkan kembali kerah kemejanya.
"Gue gak perduli. Persetan dengan penerus perusahaan, bukan cita-cita gue dan apa gunanya lo adopsi Badai kalau gak berguna," tolak Langit.
"Dia bukan darah daging saya dan—"
"Lalu Nayara? Darah daging lo sendiri tapi lo gak perduli saat dia masih hidup sedangkan Badai yang anak adopsi lo kasih dia kasih sayang penuh disaat Nayara butuh lo sebagai Ayahnya, lo pernah mikir gak sih? Sedikit aja mikir pernah gak lo tanya gimana hari Nayara? Enggak kan," Langit mengusap wajahnya dnegan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERDRIET
Подростковая литература"Jantung gue rusak nar. Jangan menaruh harapan apapun sama gue, karena gue sendiri pun gak berani untuk berharap bahagia. *** "Untuk apa gue menjalani pengobatan kalau pada akhirnya gue akan pergi?" *** "Kenapa harus bohong? Kenapa lo suruh gue perg...