7. Mulai menunjukkan identitas

4.5K 405 27
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN KOMEN SEBELUM MEMBACA/SESUDAH☁️

1 VOTE DAN 1 KOMEN DARI KALIAN BUAT AKU SEMANGAT UPDATE ☁️

AYO DONG JANGAN SILENT READERS KALAU MASIH GAK MAU VOTE ATAU KOMEN AKU GAK BAKAL LANJUTIN CERITA INI SAMPAI END! kalau gak mau komen setidaknya vote hargai aku mikirin alurnya, bisa?

Jangan lupa spam komen besti❤️


Langkah kaki lebar seseorang menuju halaman belakang sekolah, Langit mengendurkan dasinya kemudian melepas dua kancing teratas seragamnya tak lupa melepaskan kacamata besar yang ia pakai selama penyamaran. Rasanya ia ingin menghentikan saja rencananya ini namun ia sudah melangkah cukup jauh, "Sebentar lagi. Sebentar lagi gadis sialan itu akan bertekuk lutut di bawah kaki gue, gue gak akan biarin lo tersenyum di saat gue harus kehilangan adek gue."

"Gue pastikan Binar mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang dia lakukan ke Nayara. Nayara harus mendapatkan keadilan dengan cara kehancuran seorang Binar Arunika Paramarta," lanjutnya dengan rasa amarah yang tersirat jelas dalam setiap kata yang Langit ucapkan, sampai pada akhirnya suara teriakkan seorang gadis membuat langkah kaki Langit terhenti lalu melihat ke sekeliling.

"GUE BENCI PAPI, GUE BENCI MAMI, GUE BENCI KAK GALAKSI, GUE BENCI HIDUP GUE!" teriakan seorang gadis membut Langit kembali membenarkan penampilannya, takut-takut jika ada yang mengenal siapa dirinya atau melihat dirinya yang sebenarnya. Langkah kakinya terhenti saat matanya bertemu dengan mata teduh milik seorang gadis yang belakangan ini memasuki bagian hidupnya.

"Hai cupu," sapa Binar dari atas tembok pembatas antara sekolah dan jalan raya, dari balik kacamata besar yang dipakai oleh Langit cowok itu sedikit membola kan matanya melihat kelakuan Binar yang diluar perkiraannya. Langit kira Binar sebatas gadis nakal yang sering melakukan perundungan namun tidak senekat seperti apa yang dirinya lihat sekarang, terlebih saat dimana pertemuan pertama mereka gadis itu terlihat anggun dengan dress satin bewarna merah muda dengan tali spageti.

"Ngapain lo lihat ke atas? Jangan kurang aja ya, jangan ngintip!" bentak Binar masih dengan posisi yang sama.

"Kamu kenapa disana? Kalau ada guru atau ketua osis gimana?" tanya Langit.

"Bacot lo! Pergi sana," usir gadis itu.

"T-ta-pi nanti—" ucapan Lamgit terhenti saat Binar melompat dari atas sana dan berakhir terduduk di rumput yang ada di bawahnya.

"Lo bisa gak sih satu hari aja gak buat gue emosi?! Tadinya gua gak mau main-main sama lo hari ini, tapi kayaknya lo udah kangen sama permainan gue?" Binar menyunggingkan bibirnya ke atas, smirk terlihat di wajah gadis itu. Sambil bersedekap dada Binar mengikis jarak antara dirinya dengan Langit.

"Langit Samudra A, nama lo kebagusan murid beasiswa. Orang dengan kasta rendah kayak lo gak pantas sekolah disini—"

"Karena kehadiran lo hanya menjadi hama SMA Khatulistiwa," lanjutnya. Binar memundurkan langkahnya kembali memberi jarak antara dirinya dan Langit, "Cupu!" setelah mengatakan itu ia melangkah pergi dan tak lupa menabrakkan bahunya dengan bahu Langit hingga membut tubuh cowok itu sedikit bergeser kesamping, namun langkah gadis itu terhenti saat ucapan dari Langit terdengar merendahkan harga dirinya.

"Bukannya kamu yang seperti hama di sekolah ini?"

"Lo bilang apa? Coba ulangi?" tanya Binar lagi namun tak ku jung mendapa jawaban.

"Kenapa diam?!"

"KENAPA DIAM BRENGSEK!"

PLAK!

VERDRIETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang