T I G A

990 151 13
                                    

"Not bad."

Haidar menurunkan sedikit kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya. Matanya menyelidiki gedung sekolah dari arah parkiran.

Sedangkan Alyza di sebelahnya sibuk mengeluarkan jaket milik Athalla–jaket kebangsaan Regiaster yang sempat dikasih pinjam oleh pria itu kemarin. "So ganteng banget lo." Ujarnya memutar kedua bola matanya malas melihat Haidar yang kembali memakai kacamata hitam itu.

"Gue emang ganteng."

Vroom vroom vroom

"Geng motor?" Monolog Haidar, melihat beberapa motor gede yang memasuki area parkir. Tentunya dilengkapi jaket yang sama semua. Jaket dengan logo singa di belakangnya.

"Bentar-bentar,  kok jaketnya mirip sama yang di pegang lo?" Ujar Haidar, merebut Jaket yang berada di pelukan Alyza menyamakan dengan sekumpulan orang yang kini tengah sibuk memarkirkan motor. "Bener anjir, mirip. Lo ikutan geng motor? Mau gue bilangin ke bunda?."

Alyza meringis pelan, merebut kembali jaket itu, "Ceritanya panjang, nanti gue ceritain."

"Gue gak suka lo ikutan geng motor kayak gitu, awas aja. Cukup gue yang jadi anak geng motor, lo cewek harus tau batas derajat anak perempuan.Katanya memperingatkan.

Haidar mengikuti geng motor waktu di Bandung, karena sekarang dia pindah ke Jakarta dia harus merelakan teman-teman tongkrongan nya. Semoga saja dia cepat beradaptasi di Jakarta dengan teman baru.

Alyza tersenyum, dirinya berjinjit untuk mengusap rambut Haidar. "Lo udah gede."

Haidar balas tersenyum, dirinya melepaskan tangan Alyza di kepalanya kala mereka berdua menjadi pusat perhatian beberapa orang yang sekedar lewat. "Gue ingetin, gue gak suka liat kak Al ikutan geng motor."

Alyza menganggukkan kepalanya, "Iya.. bawel banget. Awas aja bikin ulah di sekolah baru. Nan–"

"Alyza?"

Sontak Alyza dan Haidar menoleh ke arah sumber suara. Terdapat Nathan dan kawan-kawan berjalan menghampiri dirinya.

"Wow satu sekolah kita, selamat pagi Al." Ujar Minguel dengan ceria melangkahkan kakinya lebih cepat. Dengan cekatan langsung merangkul bahu mungil gadis itu.

Bugh!

"HAIDAR!"

Secara tiba-tiba Haidar meraih kerah seragam Minguel dan memukul pria itu dengan sekuat tenaga. "Berani nyentuh lo mati di tangan gue, brengsek." Haidar kembali mengepalkan tangannya ke udara berniat memukul kembali pria yang telah merangkul kakaknya.

"HAIDAR, STOP!"

Minguel mengangkat kedua tangannya, dia tidak menyerang balik. Meringis kecil merasa kesakitan di  area sudut bibirnya. "Santai bro, santai."

Alyza menarik lengan Haidar, berdiri tepat di depan adiknya. "Lo apa-apaan? Kontrol emosi lo, Haidar!" Ujarnya tak habis pikir, memang adiknya ini paling tidak bisa mengontrol emosi. Alyza sudah terbiasa dengan sikap adiknya yang selalu emosi kalau menyangkut dirinya. Apalagi dirinya adalah satu-satunya anak perempuan di keluarganya. Mungkin itu menjadi alasan kuat Haidar untuk menjaganya.

Haidar mendengus kasar, melepaskan cengkraman dengan mendorong Minguel. Membuat pria itu terhuyung kebelakang.

Minguel menatap Haidar dari atas sampai bawah, lihat penampilan bocah itu ; rambut acak-acakan, baju seragam yang dikeluarkan, kancing baju terbuka 2 menampilkan kaos putih, dilengkapi dengan kacamata hitam. Siapa dia?.

Nathan berjalan mendekat, pria itu memegang kedua bahu Minguel, "Lo gapapa?"

Minguel menoleh sesaat seraya mengangguk singkat, tangannya mengusap sedikit darah yang keluar di sudut bibirnya. "Aku rapopo."

RegiasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang