"Murid baru? Kok bisa akrab sama anak Regiaster?"
"Sean harus tau nih, saingannya nambah satu."
"Tapi cantikkan ini daripada Sean."
"Siap-siap di bully lo, cantikan Sean kemana-mana lah anjir."
"Psstt jangan nundukin kepala." Sahut Athalla sedikit berbisik kepada Alyza yang terus-terusan berjalan seraya melihat sepatunya. Entah kenapa gadis itu terus-menerus berjalan sambil melihat langkah kakinya, bukannya perhatian, namun ada hal lain dimana orang-orang dapat menilai Alyza sebagai murid yang lemah tidak berdaya. Takut dijadikan bahan bully anak-anak berandal si SMA NESCA ini.
Alyza mendongak matanya menyerit, menatap Athalla bingung, "Kenapa?".
"Biar lo gak dianggap pecundang sama bajingan di sekolah ini."
Mendengar itu, Alyza terkekeh pelan. "Lo lupa atau emang pikun? Kemarin gue udah bikin 2 cowo pingsan."
Athalla menepuk jidatnya pelan, "Sumpah, gue lupa. Lo feminim gini mana gue inget lo pernah buat cowo pingsan."
Haidar di belakang sana berjalan dengan bersedekap dada, kacamata hitamnya masih bertengger manis disana. Menatap sang kakak yang terlihat asik mengobrol di depannya. Entah membicarakan apa tapi dia kepo. Dilihat-lihat kakaknya dekat sekali dengan anak geng motor, kalau dari jaketnya namanya geng nya Regiaster, ia harus benar-benar menjaga kakaknya supaya tidak terjerumus atau terbawa kedalam pergaulan bebas.
"Adik ganteng... Dianterin sama kakak princess yang cantik ini ke ruang kepsek, mau?"
Haidar sontak menoleh ke arah kiri, terdapat gadis berambut pirang yang tengah menampilkan senyuman kearahnya. Belum saja bersuara, seseorang datang menerobos ditengah-tengah mereka. Lantas ia mendelik tidak suka, cih, itu orang yang berani merangkul kakaknya.
"The real Indomie. Murahan banget lo." seru Minguel menatap jijik ke arah Rose.
Minguel itu pecinta keributan, karena kalau kata Athalla yang mencintai dirinya hanya Mina.Terdengar menyedihkan namun itulah kenyataannya.
Ketika hendak marah, ia urungkan saat melihat luka di bibir Minguel. Gadis itu menjadi khawatir sendiri, takut terjadi infeksi. "Daripada lo banyak bacot mending ikut gue ke UKS." Ujarnya menarik lengan Minguel, berjalan mendahului anak-anak yang lain.
"Minguel mau dibawa kemana sama Rose?" Tanya Tyan, menoleh ke kanan dan ke kiri. Terdapat Elios dan Jennie yang diam membisu, pandangan lurus kedepan tanpa niat untuk menjawab. Jangankan menjawab, kehadiran dia disini pun seperti tidak dianggap. Membuat Tyan menghela nafas. Dia salah orang untuk bertanya.
"Menurut prediksi saya, mereka sedang melakukan proses pendekatan. Bahasa gaulnya PDKT. Kapal gue berlayar!" Seru Dika.
"Kapal haram." Celetuk Jimmy, pandangannya lurus kedepan melihat punggung Rose dan Minguel yang mulai menjauh.
Jeffrey terkekeh pelan. "Selagi seiman mereka bukan kapal haram. Fine-fine aja sih menurut gue." Ujarnya membuat Jimmy menghentikan langkahnya. Menatap tajam kepada pria itu.
"Maksud lo apa?!"
Jeffrey tersenyum, "Telinga lo masih aman, kan?"
Bugh!
Tanpa aba-aba Jimmy memukul pipi kanan Jeffrey dengan menggunakan tangannya yang mungil sekuat mungkin.
Tenaga Jimmy cukup membuat Jeffrey meringis, pukulannya tidak main-main. Jeffrey terkekeh pelan, memainkan lidah didalam pipinya. Lumayan juga pukulan pria pendek itu.
"Mau dikubur idup-idup, lo?" Sungut Jimmy kala melihat pria di hadapannya itu malah melemparkan senyuman ke arahnya. Apa-apaan itu? Kedua tangannya kini bergerak menarik kerah seragam Jeffrey. Sedikit berjinjit karena pria itu lebih tinggi darinya.
Jeffrey menaikkan satu alisnya menatap remeh Jimmy. "Bukan mati namanya kalo masih idup."
Bugh!
Untuk yang kedua kalinya kepala Jeffrey sontak menoleh ke samping kiri kala Jimmy kali ini memukul pipi bagian kirinya. Double kill, tapi Jeffrey tetap terkekeh pelan, tidak ada pergerakan untuk melawan.
Jimmy semakin geram melihat reaksi Jeffrey yang terus-terusan menampilkan ekspresi seperti itu. Ekspresi yang terkesan mengejek dimatanya. "Kok diem aja? Ga berani lo lawan gue? Cih, pecundang."
"Yang waras mending diem aja, yagasih?"
"Bangsat!"
Bugh! Bugh!
Kali ini Jimmy memukul bagian perut Jeffrey. Membuat para siswi berteriak histeris. Anak-anak Regiaster tetap santai menatap kedua anggota mereka yang tengah bertengkar saat ini.
"YAAMPUN PANGERAN GUE WOI JANGAN DIPUKUL!"
"JEFFREY BADAN LO LEBIH BESAR DARI JIMMY LAWAN KEK!"
Bugh! Bugh!
Jeffrey membalas memukul Jimmy. Dimana dapat membuat Jimmy menyunggingkan senyumannya. "Katanya yang waras diem aja, Sinting lo?".
Jeffrey balas tersenyum, "Gue gamau diem aja disebut pecundang." Jawabnya membuat Jimmy naik pitam kembali. Dan kembali terjadi kegiatan saling pukul memukul.
"Tolong siapapun kasih mereka golok.." Ujar Tyan, matanya lurus menatap Jimmy dan Jeffrey yang masih adu jotos.
"Nat? Nathan! Lo gaada niatan misahin mereka berdua, hah?!" Tanya Alyza panik kala melihat aksi perkelahian semakin brutal.
Nathan melirik Alyza, lalu kembali menatap Jimmy dan Jeffrey. Benar, dua orang itu kini bahkan sudah babak belur. Keduanya tidak ada yang mau mengalah, membuat Nathan menghela nafas. Menambah beban saja.
Haidar menggelengkan kepalanya, bocah itu menghampiri Jimmy, menarik kerah seragam Jimmy dari belakang. Karena sudah lemas serta tubuh yang lebih pendek dari Haidar membuat Jimmy tertarik ke belakang begitu mudah. "Udah berantemnya? Atau mau masih dilanjut?"
Jimmy menyingkirkan tangan Haidar di kerah seragamnya. "Jangan so dewasa lo, masih bocah udah belagu."
Haidar memutar kedua bola matanya malas. "Jangan so dewasa disaat kelakuan lo masih kayak bocah."
Jimmy mengangkat tangannya, berniat untuk memukul Haidar, ia urungkan saat tangannya ditahan oleh seseorang di belakang. Saat menoleh, ia melihat Nathan tengah menggelengkan kepalanya kepada dirinya.
"Tenangin dulu diri lo, mungkin hari ini lo lagi sensi, Jim."
Jimmy mendengus kasar, merapihkan seragamnya yang kusut. Menatap manik Jeffrey dengan tatapan tajam. "Urusan lo sama gue belum selesai." Ujarnya sesaat sebelum pergi meninggalkan tempat itu.
Jeffrey mengatur nafasnya yang memburu, kemudian tertawa setelahnya. "Buset kecil-kecil cabe rawit." Katanya. Tangannya menyentuh luka lebam di area sudut bibirnya yang terasa pedih.
"Mau gue obatin?" Tawar Alyza, menatap khawatir.
Jeffrey tersenyum seraya mengangguk pelan. "Boleh-"
"Dia masih anak baru, Jef. Masa hari pertama sekolah datengnya telat. Sama Vanya aja." Seru Nathan memotong ucapan Jeffrey.
Vanya menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. "Gue?"
Tyan mendengus tidak suka, "Sama gue aja deh, Jef. Ayo gue obatin." Seru Tyan menarik lengan Jeffrey menuju UKS.
"Lah? Tyan? Jeffrey? KALIAN GAK HOMOAN KAN?!"
🦁🦁🦁
-To be continued-

KAMU SEDANG MEMBACA
Regiaster
Подростковая литератураSiapa yang tak mengenal Regiaster? Sekumpulan berandal yang selalu membuat kericuhan dimana saja. Terdiri dari 8 anggota inti yang mempunyai visual bukan main. Dari yang paras dingin, rahang yang tegas hingga wajah yang tak terlihat nyata bak anime...