"Kiran, lo gak papa, 'kan, kemarin?"
Pagi pagi seperti biasa Kirana sudah datang, dan tentunya bukan bersama Radit. Saat baru saja Kirana melewati gerbang sekolah, Irzan tiba-tiba menghampirinya.
"Gak papa kok, Kak. Makasih ya, buat kemarin." Irzan mengangguk sambil tersenyum.
"Btw, tumben lo gak pakai kacamata." sontak ia membulatkan matanya, dan meraba raba wajahnya. Pantas saja ia merasakan ada yang tertinggal, jika sudah begini, apa ia harus balik pulang?
"Minus lo, gede?" Kirana menggeleng, karena minusnya tak terlalu besar, tapi ia memakai kacamata itu untuk mencegah minusnya bertambah.
"Kata dokter, biar minusnya gak nambah." Kirana mendengus, bisa bisanya ia terlupa benda penting itu.
"Gak papa, lo tanpa kacamata keliatan beda."
"Cantik." batin Irzan.
Irzan tersenyum, lalu mengelus rambut Kirana. Ia pamit untuk pergi ke kelas, dan perlakuan itu cukup membuat Kirana merasa malu. Irzan selalu bersikap manis padanya, tapi jika bersama Radit, sungguh ia selalu tersiksa.
"Ngapain lo senyum-senyum." sindir Radit, yang tiba-tiba muncul disampingnya.
"Mana kacamata lo?" tanya Radit, dengan nada yang tak bisa santai.
"Ke-ketinggalan."
"Pikun sebelum tua." Kirana langsung saja melangkah pergi, daripada telinganya panas mendengar omongan Radit yang menyakitkan.
Radit menghendikkan bahunya, tapi tak urung ia kesal, berani beraninya ia pergi begitu saja. Kakinya melangkah ke arah tempat sepi di sekolah, dan membuang sebuah benda, tak lupa ia menginjaknya sampai hancur.
Setelah hancur, ia pergi ke kelasnya, karena bel sudah berbunyi.
---
"Dit, sorry soal kemarin." Radit hanya berdeham saja, karena ia terlalu malas menanggapinya.
Danu yang tidak tahu apa apa, hanya melihat kedua sahabatnya aneh.
"Ngapain lo sorry, sorry? Lebaran udah lewat cuy." Danu menepuk pundak Radit, dan Irzan sambil tertawa garing.
"Lo, lo pada gak ke kantin?" tanya Danu.
"Gak." balas Radit dan Irzan bersamaan. Danu mengangguk, lalu berjalan menuju keluar kelas.
"Loh? Kiran? Lo mau nyari siapa?" Radit dan Irzan menoleh secara bersamaan, setelah mendengar suara Danu dari luar.
"Lo ke dalam aja langsung."
Radit berdecak sebal, padahal ia tak menyuruh Kirana kesini. Kirana masuk sambil membawa sebuah paperbag coklat ditangannya.
"Gue gak nyu-" Kirana menghampiri Irzan, dan Radit terus - terusan menatapnya tidak suka.
"Kak Irzan, ini aku kembaliin jaketnya. Makasih udah dipinjemin." Irzan mengangguk.
"Minggu ini, lo free?" tanya Irzan.
"Fr-"
"Gak, dia gak bisa. Ayah di rumah minggu ini, lo gak mau nemenin, Ayah?" ucap Radit sambil menatap tajam Kirana, karena ia tahu, pasti Irzan akan mengajaknya keluar.
"Ak-aku gak bisa, kak. Lain kali aja, ya?" Irzan tersenyum mengerti, lalu berdiri menarik tangan Kirana.
"Lo belum makan, 'kan?" Kirana menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRADIT. (Kira Dan Radit)
Teen FictionSeorang Radit sangat mempercayai kata cinta yang tak akan ada selamanya, nyatanya? Tak ada yang mencintai dirinya, seperti Alm. Bundanya. Dirinya yang nakal, bengis, tempramental, dan sangat emosional, apa lagi dengan gadis bernama Kirana, gadis ya...