"Gue nginep sini aja, ada kamar lagi satu, 'kan?" tanya Radit, pada Kirana.
Kirana mengangguk, dan menunjuk kamar yang kosong. Radit langsung saja menuju kamar, dan saat membukanya, ia terkejut lantaran kamar yang sangat bersih, dan harum.
"Gak pernah dipake, tapi rapi." gumam Radit.
Langsung saja, ia merebahkan tubuhnya dan tak lama masuk ke dalam mimpinya. Sementara di kamar sebelah, yaitu kamar Kirana, sedang duduk di meja belajarnya. Membaca novel berjam jam, adalah healing terbaik baginya. Tapi sayang, matanya tak kuat jika berlama lama.
Sejenak ia istirahat, sambil memejamkan matanya. Ditemani lagu, yang terdengar merdu dan tenang ditelinganya.
"I'm broke, and hopeless too.
Wishin i could get back to you."Ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur, meresapi lagu yang ia dengar. Matanya sayup sayup perlahan menutup dan akhirnya tertidur, dengan benda yang masih menempel pada telinganya.
Jam menunjukkan waktu tengah malam, dan Kirana yang terbangun mendadak lapar. Mau tak mau, ia bangun dan langsung menuju dapur.
Cemilan, coklat, dan sate yang sempat ia beli tadi ia bawa ke ruang tengah. Ia menyambungkan handphonenya ke tv, dan mencari film kartun kesayangannya. Ia ingin berlangganan dengan ne*flix, namun ia tak mengerti caranya.
Ia asik dengan makanannya, dan melahap sate ayam. Tak lupa, minuman green tea favoritenya.
"Ngapain lo tengah malam?" Kirana terkejut, dan untungnya sate yang ia makan tidak jatuh.
"Kak, hampir aja satenya jatuh."
"Aku laper, jadi kebangun." Radit memicingkan matanya.
"Oh, jadi lo yang berisik tengah malem di rumah gue?!" kesal Radit.
Bagaimana tidak kesal. Setiap tengah malam, selalu saja kamar Kirana berisik. Entah suara kartun, atau tertawa tidak jelas, cukup membuat Radit kesal. Bukan semenit, dua menit, tapi lebih dari satu jam.
"Maaf kak, beneran deh. Aku kalo laper, suka kebangun, kalo ditahan gak bisa tidur." sesal Kirana.
Radit berdecak, dan duduk disebelah Kirana. Ia menyambar salah satu snack, dan ikut makan sambil menonton kartun anak bocah. Kirana menawarkan sate ayam pada Radit, dan kebetulan dia juga lapar.
"Mau aku ambilin sendok?"
"Suapin aja, gue mager." Kirana mulai menyuapi Radit dengan telaten, rasanya seperti mempunyai bayi besar.
"Lwo gwak twakut gwemwuk?" Kirana mengernyitkan dahinya, tak mengerti apa yang dibicarakan Radit. Mulutnya masih penuh dengan lontong.
"Telen dulu, gak sopan ngunyah sambil ngomong." ia memberikan segelas air putih, dan Radit langsung meneguknya hingga kandas.
"Lo gak takut gemuk?" tanya Radit, membuat Kirana menahan tawanya.
"Kak Radit bisa liat aku? Aku masih segini segini aja. Makan sebanyak apa pun, aku susah gemuk."
"Krempeng. Cacingan kali lo." cibir Radit, membuat Kirana mendengus.
Mereka berdua terhanyut dalam suasana hening, begitupun dengan Radit yang menikmati kartun yang ditayangkan. Ternyata, seru juga, pikirnya.
"Kir, lo gak tid-" Radit menoleh, dan mendapati Kirana yang memejamkan matanya, sambil membawa coklat.
Radit berdecak, dan mengambil coklat di tangan Kirana. Ia mematikan tv, sembari mengantongi ponsel Kirana. Dengan hati hati, ia mengangkat tubuh Kirana dan membawanya ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRADIT. (Kira Dan Radit)
Teen FictionSeorang Radit sangat mempercayai kata cinta yang tak akan ada selamanya, nyatanya? Tak ada yang mencintai dirinya, seperti Alm. Bundanya. Dirinya yang nakal, bengis, tempramental, dan sangat emosional, apa lagi dengan gadis bernama Kirana, gadis ya...