"Ka-kak Irzan? Mau nyari kak Radit?" pasalnya Kirana terkejut, melihat Irzan yang duduk di kursi halaman rumah pagi pagi.
"Gue nyariin lo, bukan Radit."
"Kiran, ayo berangkat, Radit udah siap tuh." Ayah Zaki keluar sembari mengenakan jam tangannya, dan sedikit terkejut melihat siapa yang datang pagi ini.
"Loh, nak Irzan. Mau cari Radit, ya?" Irzan mencium tangan Zaki, dan menatap Kirana.
"Saya mau minta izin, om. Untuk berangkat bareng sama Kira-"
"Dia berangkat bareng gue." potong Radit, dengan wajah datarnya. Seperti terlalu malas melihat Irzan di sini.
"Radit berangkat, Yah. Kiran biar bareng sama Radit aja." Radit mencium tangan Zaki, dan menarik tangan Kirana. Irzan yang melihatnya pun, sedikit kesal. Tapi, dengan sopan ia pamit pada Zaki, lalu menyusul Radit.
Sampainya di sekolah, Irzan yang ingin menghampiri Kirana, sudah ditarik oleh Radit menuju kelas Kirana.
"Masuk lo, jangan sampe gue liat lo sama Irzan. Beneran habis lo sama gue." ancam Radit, membuat Kirana terdiam takut. Ia menatap sekilas Irzan yang berdiri tak jauh darinya.
"Jangan deketin aku."
Kirana bukannya merasa percaya diri, ia hanya takut, Irzan lagi lagi terluka karenanya. Radit begitu beringas, dan tak pandang bulu jika sudah emosi.
Ponselnya berdering, dan dengan takut ia membukanya.
"Kenapa harus sampai segitunya?" batin Kirana.
Kirana langsung menidurkan kepalanya di lipatan tangan, sungguh ia miris dengan kehidupannya. Kenapa harus melibatkan orang lain? Ia menyusahkan, selalu saja begitu.
"Dasar cupu! Anjing lo!" seseorang datang, dan menarik rambut Kirana dengan sangat keras. Ini sangat sakit sekali.
"Berani beraninya, lo deketin Radit! Radit punya gue! Ngerti lo!"
"Awas aja sampe gue liat lo sama Radit! Lebih dari ngejambak lo, gue bisa!"
Sudah dipastikan dia orang yang menyukai Radit, yaitu Gita. Dia orang yang sangat membenci Kirana, karena Kirana yang paling dekat dengan Radit. Tidak ada lagi, selain Kirana.
Semua orang dikelasnya hanya acuh, dan membiarkan perbuatan Gita. Inilah Kirana, hanya dirinya sendiri yang bisa melindungi, bukan orang lain.
---
"Kiran!"
"Udah aku bilang, kak. Jangan deket - deket sama aku." Kirana terus berjalan menghindari Irzan, yang terus terusan mengikutinya.
"Mau sampai kapan, Kiran? Sampai kapan, lo harus takut sama dia?" Kirana terdiam, seakan akan kata kata Irzan menghipnotis otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRADIT. (Kira Dan Radit)
Teen FictionSeorang Radit sangat mempercayai kata cinta yang tak akan ada selamanya, nyatanya? Tak ada yang mencintai dirinya, seperti Alm. Bundanya. Dirinya yang nakal, bengis, tempramental, dan sangat emosional, apa lagi dengan gadis bernama Kirana, gadis ya...