Bab 5: Fifth trip
Sudah ada sekitar 10 menit tim Aztek berkebun. Lebih tepatnya hanya Ze dan Baskara. Keduanya kompak dalam urusan mencangkul lalu menanam. Sedangkan Helena dan Vina asyik duduk santai di bawah pohon rimbun. Bukan tanpa sebab Helena dan Vina memilih duduk saja tanpa membantu. Sedari tadi Vina memang hendak membantu timnya berkebun, tetapi niatnya ditahan oleh Shea, ibu Ze.
Sejenak Ze merasa tidak adil. Para perempuan asyik bersantai ria sedangkan mereka bekerja keras. “Apakah ini bisa dinamakan sebagai diskriminasi terhadap laki-laki?” tanya Ze ketika menghentikan cangkulannya.
“Mungkin bisa, mungkin tidak.”
Alis tebal Ze bertaut. “jawaban macam apa itu?”
“Entahlah, aku tidak tahu. Cepatlah bekerja.” Tangan Baskara menguburkan kembali bibit yang telah ia tanam, lalu beralih ke lubang lainnya.
“Aku merasakan diskriminasi. Lagian kenapa kalian menyetujui tadi?”
"Hanuman memberitahuku mengenai aura negatif yang ada di ladang ini. Auranya familier," Jawab Baskara dan kembali mengingat saat Hanuman tiba-tiba muncul. Monyet putih itu memberitahukannya mengenai aura negatif yang terasa begitu mendalam di ladang Shea. Memang dari segi kerusakan, ladang inilah yang sangat parah.
"Familier? Kata-kata itu juga tertulis di hieroglif." Bola mata amber-nya melihat ke langit. Ze ingat, kata-kata familier tertulis secara jelas di paragraf kedua dalam hieroglif.
"Iya. Maka dari itu, berhentilah bermalas-malasan. Ini juga bagian dari misi."
Bukannya kembali melanjutkan cangkulannya, Ze malah meletakkan cangkulannya, lalu duduk sembarangan di atas tanah ladang itu.
“Tapi, aku tidak mengerti apa alasan Helena menyetujui saranku.”
“Maksudmu?”
“Aura Helena terasa berbeda setelah kita bertemu kembali di pusat kota Svartalfheim. Apakah sebelumnya ada kejadian?”
Bola mata Ze kembali melihat ke atas, mencoba mengingat kembali kejadian ganjil.
“Helena membohongiku.”
Mata Baskara menajam. “Bagaimana kau bisa yakin?”
“Tatoku bereaksi,” jawab Ze sambil memegangi mata kirinya yang tertutup oleh poni. Beberapa saat kemudian mereka saling menatap satu sama lain, sampai Baskara akhirnya kembali membuka suara.
“Aku yakin, ini pasti ada hubungannya. Untuk saat ini, kita harus mengawasi Helena.” Ze mengangguk setuju. Ucapan Baskara ada benarnya.
***
“Jika kau memotongnya di sini, yang lainnya juga akan ikut mati. Potonglah didaerah ini saja.” Pipi Vina bersemu merasakan kedekatannya dengan Fagan. Terlebih lagi keadaan pria itu bertelanjang dada membuat Vina semakin salah tingkah. Tangan bergetar saat mengarahkan gunting pada dahan yang terlihat layu. Desiran jantungnya membuat Vina salah fokus.
“Bukan seperti itu. Coba perhatikan aku lakukan.” Fagan langsung menggulung lengan bajunya. Ia mengambil alih gunting yang ada ditangan Vina lalu mempraktikkannya. Namun, bukannya memperhatikan Vina malah salah fokus melihat lengan kekar Fagan.
“Bagaimana? Sudah mengerti tidak?”
“Maaf, Paman. Boleh dicontohkan sekali lagi?”
Baskara menatap datar gadis itu. Pandangannya menoleh ke samping. “Ze, bagaimana jika kau memiliki Ibu baru?”
Ze yang berdiri di samping Baskara mengerutkan dahi. Pertanyaan Baskara sedikit membingungkan. “Jika kau punya Ibu baru bagaimana?”
“Memangnya bisa? Aku rasa ibu baru itu akan dibunuh oleh ibuku.” Jawaban Ze membuat Baskara menatap kasihan Vina.
![](https://img.wattpad.com/cover/308314464-288-k438205.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
22 Seconds Time Challenge
ФэнтезиEmpat tim dikirim ke Never Island untuk mencari letak Sigil dan mengaktifkannya dalam kurun waktu 22 detik. Tim Aztec yang beranggotakan Zephyr, Vina, Helena dan Baskara sebagai ketua mendapatkan wilayah pencarian di wilayah Shee. Teka-teki kehidup...