Bab 7: Seventh Trip

18 2 0
                                    

Ringisan Ze membuat tangan Vina terhenti. "Aku sudah pelan. Apa masih sakit?" 

"Tentu saja. Lebih pelan lagi," sahut Ze sambil meringis. 

"Jika lebih pelan lagi, bagaimana cara aku mengobati?" Vina kembali membersihkan luka Ze. Ia sedikit ngeri melihat luka miring yang mengeluarkan darah itu. 

"Kita keterbatasan obat. Luka ini akan aku bersihkan lalu dibalut saja. Untuk pengobatan lebih lanjut, kau harus menunggu sampai misi ini selesai."

"Helena, tolong gantikan airnya."

Gadis bermata biru gelap itu langsung membuang air yang kini berubah warna menjadi merah, lalu menggantinya dengan air baru hasil temuan Baskara. 

"Terima kasih," ucap Vina yang diangguki oleh Helena. 

Ze terdiam. Menunggu sampai misi selesai sama saja akan membunuhnya. Nyeri yang dihasilkan luka itu sungguh membuat Ze melemah. Baru kali ini dia terluka separah ini. Jika boleh jujur, Ze tidak kuat. 

"Apa ada obat pereda nyeri?" tanya Ze. Ia kurang yakin jika disuruh bertahan sampai misi selesai. Selain takut menjadi beban tim, Ze juga takut didepak oleh Mr. Navarro selaku Kepala Sekolah. 

"Ah, iya. Helena, coba kau periksa," pinta gadis Fallen Angel itu. 

"Periksa di mana?"

"Di tas …." Vina menatap mata biru gelap milik Helena. Saling memandang, merutuki kebodohan mereka.

Ze yang tanggap mengenai maksud diamnya mereka, langsung mendesah pelan. "Ketinggalan di rumahku ternyata."

Helena mengangguk, sedangkan Vina menatapnya miris. "Terpaksa, kau harus menunggu sampai misi ini selesai."

"Baiklah," ucap Ze pasrah, sedikit tidak rela. 

"Kau pasti bisa, tidak. Tapi, harus bisa. Bukankah kau pernah bilang, belum menembak Sophia? Kalau kau mati sekarang, takutnya Sophia dengan yang lain." Ucapan tiba-tiba itu membuat Vina, Helena, dan Ze menoleh bersamaan. Di ujung berbatuan sebagai pembatas, terlihat Baskara yang memegang beberapa jenis tumbuhan. 

"Aku menemukan beberapa tumbuhan obat di depan sana. Bersyukur, tempat ini kaya akan tumbuhan bermanfaat." Baskara berjalan mendekat. Ia menyerahkan tumbuhan itu pada Helena. 

"Ucapan Baskara ada benarnya. Kalau kau mati, aku tidak bisa membantumu mendekati Sophia." Vina ikut menambahkan, mencoba memberi semangat pada juniornya. 

"Aku lihat Prixi Grenah, temanmu itu, juga 'buaya' seperti Habibie. Jika kau mati, yang aku takutkan Sophia akan direbut—" 

"Akan aku bunuh dia, kalau berani." Belum selesai Helena berbicara, Ze langsung memotong. Matanya menyipit, seakan membayangkan Prixi ada di depannya lalu menebas lelaki itu.

"Nah, tidak mau, 'kan? Jadi, bertahanlah." Vina dan Helena mengangguk setuju. 

Setelah menyemangati Ze, Vina menghampiri Helena untuk membantunya meracik obat. Karena tumbuhan Shee kebanyakan tanaman langka, racikan obat itu mengikuti prosedur dari penjelasan Ze.

Setelah mengobati lukanya, Ze meminta untuk kembali melanjutkan perjalanan. Awalnya mereka menentang dan menyarankan untuk beristirahat saja, tetapi sepertinya Ze juga tipe orang yang keras kepala, sehingga mereka kembali melanjutkan ekspedisi. 

Jika sebelumnya pertambangan maka sekarang adalah perkebunan, sama seperti perkebunan Shee setempat, hanya saja kebun ini sudah tidak terurus karena kasus pertambangan sebelumnya. Tidak ada jalan pintas untuk menuju ke kebun ini, selain pertambangan tadi. Oleh sebab itu, kebun ini menjadi tidak terurus. 

22 Seconds Time ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang