Bab 1

3.2K 465 117
                                    

Aaaak finally aku keluarin Bab 1 nya! Semoga temen-temen suka ya🥰😍

Selamat kenalan sama Sheva & Kavi! Selalu aku tunggu vote dan komennya🥰😍😘😚

Respons temen-temen tentu sangat berpengaruh sama update-nya hehe

Btw, kamu tahu cerita ini dari mana?

***

“Udah gue bilang, kalo gue nggak hamil. Makan tuh testpack sialan!” Shevana melempar asal benda seperti stik berwarna putih itu kepada lawan bicaranya yang hanya memungut benda itu dan mengedik. Meski diam-diam si lelaki mengembus napas lega.

“Baguslah, jadi lo beneran mag kalo gitu. Gue anterin ke dokter.”

Sheva berdecak. Melirik sosok Kaviandra dengan sebal sebelum memutus pandangannya. “Ogah, gue udah nggak selera! Mag nggak bakal bikin gue mati sekarang juga, kali!”

“She….”

“Apa?! Mau sok jadi pahlawan kesiangannya gue, heh? Udah gue bilang buat beliin obat mag, kenapa lo malah bawa testpack!” Sheva benar-benar merasa kesal pada Kavi. Kenapa laki-laki itu bodoh banget, coba?

“Gue mengantisipasi, Shevana! Lo bikin gue takut karena bilang mual-mual. Apalagi ya … you know what I mean.”

“Jangan kegeeran, deh. Gue juga nggak mau, punya anak di usia gue yang masih dua puluh tahun!”

“Gue juga,” balas Kavi tak ingin kalah. Usianya masih dua puluh satu dan dia tentu tidak siap untuk menanggung beban sebagai seorang ayah di umurnya saat ini. Apalagi dia belum memiliki pekerjaan, dan masih berjuang untuk mendapatkan gelar S.AB.

“Ya udahlah, lo balik gih, sebelum orang rumah pada pulang.”

Kavi menyorot tajam sosok perempuan yang duduk di depannya itu.

Keduanya baru kenal satu bulan yang lalu, di sebuah pesta ulang tahun teman Sheva, yakni Tami. Berkenalan singkat, sebelum berlanjut ke pengenalan dalam bentuk lain. Dan sebulan belakangan ini mereka masih menjalin komunikasi yang baik, meski tidak ada hubungan apa pun di antara keduanya.

Siang ini Kavi menelepon Sheva. Saat mendengar suara Sheva yang tampak tak biasa, Kavi lantas bertanya dengan heran, hingga akhirnya Sheva mengatakan bahwa dia sedang sedikit tidak enak badan. Kemudian meminta Kavi untuk membelikannya obat, di saat lelaki itu ngotot ingin menemuinya. Namun, alih-alih membawa obat sesuai permintaannya, Kavi justru malah memberinya sebuah test kehamilan.

Sheva tentu langsung marah. Tamu bulanannya memang belum berkunjung, tetapi ayolah … semuanya nggak mungkin jadi saat mereka melakukannya satu kali, kan? Apalagi dia pun baru melakukannya pertama kali malam itu.

“Oke, kan? Balik Kav. Gue juga ada janji sama Bara, pacar gue,” tegas Sheva seraya tersenyum manis.

“Nggak usah sebut-sebut nama dia di depan gue! Menjijikkan tahu nggak?! Lagian muka lo pucet gitu, nggak usah keganjenan dulu bisa, kali.”

Sheva memutar bola mata seraya mendengkus keras, tentu dengan sengaja. Tak peduli dengan ekpresi tajam dari lawan bicaranya. 

“Gue nggak ikut-ikutan dengan masalah kalian, oke? Mendingan lo balik sekarang. Apa perlu gue ingetin, kalo gue beneran nggak hamil? Nggak ada anak lo di perut gue, sehingga lo bisa balik sekarang. Sekalipun ada, lo tahu akhirnya bakal kayak gimana. Gue nggak mau menghancurkan masa depan gue, gue belum siap jadi ibu.”

Tak mengatakan apa-apa, Kavi hanya langsung berbalik usai menjatuhkan testpack bergaris satu itu ke lantai. Laki-laki itu baru saja menyentuh handle pintu dan hendak menariknya. Namun pintu di depannya lebih dulu terbuka, menciptakan pelototan dan juga raut kaget dari orang di depan mereka.

Accidental Romance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang