Bab 3

1K 188 38
                                    

Setelah sekian lama, akhirnya update juga nggak, sih? Wkwk

Seneng nggak ketemu Kavi & Sheva lagi?

***

Yang Kavi lihat pertama kali saat membuka mata adalah wajah Shevana yang masih terlelap dengan mulut terbuka. Laki-laki itu menggeleng pelan, sebelum tangannya terulur ke dagu Sheva dan mendorongnya untuk naik.

Namun usahanya justru sia-sia, karena Sheva malah menepis tangannya. Hingga akhirnya Kavi menepuk keningnya pelan, sebelum bangun dan pergi ke kamar mandi.

Usai melakukan panggilan video bersama Stela semalam di balkon, begitu masuk kamar kembali ia sudah mendapati Shevana yang terlelap. Ponsel perempuan itu bahkan terus berkedip semalam karena ada yang menelepon.

Semua itu berlangsung selama beberapa kali, menampakkan identitas si pemanggil, yang membuat Kavi mendengkus saat melihatnya. Tertulis My Bara di sana, yang artinya adalah si kampret Bara pacar Sheva.

"Ya ampun She, doyan tidur banget, sih," gumam Kavi, kala melihat Sheva yang masih tertidur, usai ia berkutat di kamar mandi. Ketika ia balik lagi ke kamar mandi untuk berpakaian pun, perempuan itu masih dalam dunia mimpinya.

"She," panggil Kavi seraya menepuk lengan Sheva, berusaha membangunkan.

"Lo ada kelas nggak hari ini?" ujarnya, ketika mendapati Sheva membuka mata, meski tak lama kemudian mata itu kembali terpejam.

"Shevana." Kavi kembali memanggil dengan sabar. Tangannya menepuk lengan Sheva kembali.

"Hmmmm. Apaan sih, berisik!" Sheva bergumam parau, masih dengan mata yang terpejam.

"Lo ada kelas nggak? Udah jam tujuh. Bentar lagi gue berangkat, nih."

"Hm, ada," jawab Sheva pelan seraya menarik selimut sampai menutupi pundak. Sepertinya nyawa perempuan itu belum terkumpul sepenuhnya.

"Kelasnya jam berapa?" tanya Kavi kemudian.

"Delapan? Apa sembilan ya? Lupa," tanggap Sheva, membuat Kavi melotot saat mendengarnya.

Kavi memang bukan mahasiswa teladan, tetapi dia tak pernah sampai lupa jadwal mata kuliahnya. Laki-laki itu kemudian menarik napasnya dengan kuat, sebelum menarik selimut hingga tak lagi menutupi tubuh Sheva, yang hanya memakai celana pendek dan kaus miliknya itu. Kaki putihnya terlihat begitu kontras dengan celana lilac yang dipakainya. Apalagi kaus yang dipakainya itu tersingkap karena cukup longgar, sampai menampakkan sedikit punggung perempuan itu.

Kavi berdecak saat otak kotornya mulai berkeliaran ke sana kemari sepagi ini.

Dia laki-laki normal, dan dia bahkan pernah menghabiskan malam bersama Sheva. Jadi, jangan salahkan dirinya ketika melihat tubuh Sheva, ia langsung terbayang-bayang malam itu.

"She," geramnya, karena Sheva masih saja meringkuk di kasur dengan kaki ditekuk. Posisinya berbaring miring, layaknya sebuah janin yang meringkuk di perut sang ibu.

"Shevana!"

"Bentar, Kavi Sayang...."

Entah sadar atau tidak, tetapi kalimat itulah yang keluar dari mulut Sheva, membuat Kavi tertegun selama beberapa saat, sebelum memutuskan untuk menyeret kakinya, yang sontak saja membuat perempuan itu menjerit.

"Kavi sialaaaaaan! Kaki gue aduh, jangan ditarik-tarik woy! Kavi nyebeliiiiiiiin! Iya gue bangun! Nggak ada akhlak lo ya!"

Karena merasa terganggu dengan kelakuan tidak beradab Kavi, akhirnya Sheva pun bangun sambil misuh-misuh dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Sambil sesekali menguap dan sama sekali tak berniat untuk menutup mulutnya itu, membuat Kavi menggeleng heran.

Accidental Romance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang