SEGALANYA

78 15 7
                                    

SEGALANYA.

Karya: Cahaya Aurora 02.

***

Mentari, sangat bersemangat di atas sana, cahaya terangnya, begitu menyengat kulit di siang hari seperti ini.

Di sebuah taman kanak-kanak, seorang gadis kecil tampak berjalan lesu, di antara teman-temannya yang malah berlarian.

Gadis kecil itu menghampiri mamanya, dengan sorot mata yang tak lepas dari teman-temannya, gadis itu merasa iri melihat sebagian besar temannya yang dijemput papanya.

"Kenapa Revi, kok lesu gitu?" tanya sang mama lembut.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, membuat mata gadis itu berkaca-kaca.

"Ma, papa gak sayang lagi ya sama aku?"

Sang mama terkesiap, buru-buru ia mendekap Putri kecilnya itu, dan mengusap punggungnya.

"Enggak gitu sayang."

Isakan lolos begitu saja dari bibir Revi.

"Tapi ma, kok papa jarang pulang? gak kaya temen-temen aku yang papanya tiap hari pulang."

Sejenak Revi terdiam.

"Kata temen-temen aku, papa pasti gak sayang aku."

"Sssst, jangan ngomong gitu sayang,papa sayang kamu dan bakal selalu sayang kamu, nanti udah gede kamu pasti ngerti."

Revi tak menjawab, hanya isakkannya saja yang semakin menjadi.

***

Sesampainya di rumah, Revi langsung mengganti baju, dan meminta izin mamanya untuk bermain.

Revi tersenyum, ia berjalan-jalan sendiri menikmati suasana sore yang tampak damai, sepanjang perjalanan ia kerap kali melihat anak-anak sebayanya bermain bersama.

Revi merasa iri, tapi ia tak tahu, bagaimana caranya memiliki teman.

Sebuah bola menggelinding ke arah Revi dan berhenti di dekat kakinya, gadis itu terpaku menatapnya.

"Hei, kamu lenpar bolanya ke sini!"

Revi menoleh saat merasa ada yang memanggilnya.

Tak jauh darinya, Seorang anak lelaki yang tampak seumuran dengannya, tengah menatapnya garang.

"Siniin bolanya!" Jari lelaki itu terangkat, menunjuk bola di dekat kaki Revi.

Karena merasa takut, Revi malah membeku, dan memasang raut bingung, seolah tak mengerti dengan apa yang dikatakan lelaki itu.

"Heh, kamu budeg ya!" cibir lelaki itu, mulai hilang kesabaran.

Revi menegang, iya semakin merasa takut, apa lagi saat teman-teman lelaki itu, ikut mengoloknya.

Merasa tak tahan lagi, lelaki itu menghampiri Revi dengan tangan terkepal.

"Gimana sih, gitu aja gak bisa!"

Lelaki itu mengamati Revi dengan serius, ia melebarkan matanya saat teringat sesuatu.

"Kamu, aku tahu siapa kamu, banyak yang ngomong, kamu anak yang sering ditinggal papa kamu, kasihan banget, papa kamu pasti gak sayang sama kamu!"

Deg!

Mendengar itu, rasa takut Revi langsung menghilang entah ke mana, iya tak terima dikatai seperti itu, dengan amarahnya yang berkobar Revi membalas tatapan lelaki itu.

"Kamu salah, mama bilang papa sayang aku dan bakal selalu kaya gitu!" pekiknya, mendorong lelaki itu.

Dorongan Revi tak kuat, tapi cukup membuat lelaki itu semakin marah, dengan sekuat tenaga lelaki itu mendorong balik Revi, hingga gadis itu kehilangan keseimbangan.

Aksara BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang