Bab 1 JEMBATAN

300 24 2
                                    

Seorang pemuda manis sedang memegangi pagar jembatan disuatu daerah chongqing, tempat itu dikenal sebagai tempat orang-orang yang ingin mengakhiri hidup dan ingin cepat-cepat bertemu dengan sang Pencipta.

Ia meratapi hidupnya yang dianggap sudah tidak berarti, orang tuanya meninggal disaat umurnya masih 7 tahun dan harus hidup dipanti asuhan hingga umurnya hampir menginjak 20 tahun kenapa disebut hampir karna ketika dihari ulang tahunnya yang ke-20 yaitu hari ini dia harus mengalami kehilangan untuk yang kedua kalinya karna rumah panti tempatnya tinggal hangus terbakar dan yang selamat hanyalah dirinya karna pasca kebakaran ia berada diluar panti sedang bekerja paruh waktu.
Setiba dirumah panti ia mendapati kerumunan dan mobil pemadam yang mencoba memadamkan api namun naas tidak ada yang bisa diselamatkan.

Ia memandangi aliran laut yang tenang, dihiasi dengan pantulan bulan yang sangat indah. Banyak kendaraan berlalu lalang tidak mengalihkan pandangannya dan terus menatap ke laut. Setelah 1 jam memandangi laut ia mencoba menaiki pagar jembatan, namun terhenti karna melihat bayangan seorang remaja yang mencoba menaiki pagar seperti dirinya dalam jarak 5 meter. Melihat itu dia mengurungkan niatnya dan turun mencoba mendekati remaja tersebut.

"Sedang apa?"
Anak remaja yang merasa ditanya hanya menoleh dengan posisi yang tetap terduduk diatas pagar.

Sang pemuda sedikit mendekat "Mau melompat?"

.............

"Wah kau tampan, sayang sekali kalau kau harus KOID diusia muda, bibit unggul jaman sekarang jarang loh!!" goda sang pemuda, bukan tidak mengerti keadaan Ia hanya mencoba mengalihkan pandangan dengan pembicaraan agar sang remaja menunda keinginan untuk loncat dari jembatan.

"Kau terlihat sedih, apa hidupmu sama sulitnya sepertiku? Kau Tidak mempunyai orangtua?" Sang remaja terdiam beberapa detik lalu mengangguk.
"Kau Tidak punya saudara?" Sang remaja menggeleng .
"Kau tidak mempunyai uang?" Sang remaja menggeleng untuk kedua kalinya.
Sebenarnya sang pemuda sedikit bingung dengan gelengan dari anak remaja tersebut karna jawabannya bisa ya atau tidak jadi dia mencoba bertanya sekali lagi.
"Berarti kau punya saudara dan uang?" Sang remaja mengangguk.

Sang pemuda tersenyum dan menampilkan senyuman manisnya serta gigi kelinci yang membuatnya menggemaskan dan berkata "setidaknya kau masih punya saudara dan uang, sedangkan aku...." Senyumnya luntur "Aku tidak memiliki keduanya" dengan wajah sedikit menunduk ia mencoba menarik nafas lalu membuang pelan dan mengangkat kepalanya "bersyukurlah selagi kau masih memiliki semua itu"

Sang remaja masih memperhatikan sang pemuda dengan wajah datarnya dan tetap tidak mengeluarkan suara.

Terbesit suatu ide di kepala pemuda manis itu "Mau buat taruhan?"

Sang remaja tetap diam untuk beberapa detik lalu untuk pertama kali ia bersuara "apa?" Suara yang berat tidak seperti orang dewasa namun tetap terdengar deep. pemuda manis itu tersenyum "10 tahun!"

Sang remaja bingung  "10 tahun? Apa maksudmu?"
"10 tahun, dalam kurung waktu 10 tahun kedepan aku ingin kau tetap hidup dan menjalani hidup sesuai keinginanmu, lakukan apapun, gapai mimpimu dan dalam kurung waktu tersebut cobalah untuk mencariku" ucap sang pemuda manis.

"Untuk apa aku mengikuti taruhanmu?"

"Agar aku punya alasan untuk hidup di 10 tahun kedepan!"
Sang remaja terkejut namun tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Setidaknya aku punya alasan untuk hidup dan berharap bertemu lagi denganmu sebelum aku benar-benar tidak punya alasan yang tersisa untuk hidup, dan kuharap saat sebelum taruhan kita berakhir kita bisa benar-benar bertemu" sang pria manis tersenyum.
Sang remaja walau dengan wajah datar tetapi didalam sana hatinya tersipu dan menghangat serta merasa orang yang didekatnya ini tidaklah jahat.

The BEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang