Hazzie dan Senja.

192 7 0
                                    

”Kamu kelihatannya sangat suka sunset, baru kemarin kita lihat. Hari ini sudah mau lihat lagi.” Aku menggenggam jemarinya lebih erat. Ia sontak tertawa mendengar penuturan ku.

Dengan cepat, dia membalas, ”Nopee. Sunset or sunrise, there's nothing special for me.” Jawabnya enteng. Aku lantas menatapnya saat mengatakan itu. Wajah itu sekarang di terpa sinar orange senja. Sungguh, ribuan kali lebih cantik. Aku tak pernah merasa bosan memandangnya.

”Aku udah banyak lihat sunset dan sunrise selama 25 tahun,” Dia memberi jeda, lalu beralih menatap kedua netraku. Pandangan kami bertemu, dia mengulas senyuman lembut diwajahnya. Cantik.

”Tapi sunset belakangan terasa lebih indah karena ada Bli sekarang, disini, disampingku, sampai nanti. Jadi aku suka. Lebih tepatnya, suka dekat-dekat dengan Bli. Sunset hanya nilai plus.” Pipinya besemu merah lantas tertawa lagi. Padahal dia yang tengah merayu, tetapi merasa malu dengan rayuannya sendiri.

Aku balas gelengan kepala sembari ikut menyeringai. Menatap indah senja dan tawanya beralun seiringan. Deburan ombak menggelitik betis kami. Aku menarik pelan lengannya untuk perlahan menepi. Membawanya duduk di hamparan pasir. Kaki kami bisa keriput bila terus direndam dalam air.

Kami tengah menunggu matahari yang beberapa detik lagi akan tenggelam. Langit kota Argheta akan segera diselimuti gelapnya malam. Hingga saat itu tiba, si merah senja—

50 detik yang indah..

Aku merangkul bahunya lebih dekat. Lengannya mulai ikut tergerak memeluk di pinggangku, aku membalas pelukan itu. Mencium pucuk kepalanya lembut sembari memejamkan mata. Merasakan sensasi rasa tentram dan tenang setiap kali setiap kali melakukannya. Kedengaran aneh bukan? Tapi, itulah kenyataannya. Rasa nyaman saat berada di dekat gadis bernama—Hazello Alora.

Tanganku beralih mengelus lembut surai rambut milik Hazel. Mencium wangi rambut yang begitu khas di indra penciumanku. Samar-samar, aku mendengarnya menggumamkan kata ‘Terimakasih’ di dekapanku. Tubuhku menghangat, meski di tusuk dinginnya angin laut. Aku mempererat dekapan itu, tak memberikan dia kesempatan untuk menatapku.

Aku cinta kamu, Hazel.”

















Shinta ; Bagian pertama.

Note ; Argheta—  hanya sebuah nama daerah             di Bali yang dikarang penulis (fiksi),            tidak ada di kehidupan nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note ; Argheta—  hanya sebuah nama daerah
            di Bali yang dikarang penulis (fiksi),
            tidak ada di kehidupan nyata.

shintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang