3. Berpisah

158 35 23
                                    

Taehyun sedang mengayun-ayunkan kakinya yang tak sampai ke tanah. Dirinya sedang duduk di halte sambil menunggu bus datang untuk mengantarnya pulang. Beruntungnya hari ini tidak seterik kemarin, cuacanya tidak terlalu panas, karena sempat hujan sebelum bel pulang.

Jalanan yang becek membuat para pengendara menjalankan kendaraannya dengan hati-hati dan tidak seramai biasanya. Entah kenapa, dirinya merasa mual, dan ingin memakan sesuatu yang manis untuk menghilangkan mual.

"Mau permen?"

Taehyun mendongakkan kepalanya, menatap Beomgyu yang sedang menyodorkannya permen batang. Taehyun menerima permen tersebut dan langsung memakannya. Dirinya baru sadar, kalau sedari pagi ia tidak makan sama sekali.

Dirinya tidak sempat sarapan, karena ia terlambat bangun dan saat jam istirahat, dirinya hanya sempat memakan biskuit, sisa waktunya ia pergunakan untuk membantu gurunya merekap tugas teman-temannya.

"Wajahmu terlihat pucat. Kau tidak apa-apa, Taehyun?" tanya Beomgyu. Taehyun menggelengkan kepalanya, kemudian menjawab, "hanya sedikit mual, tapi aku tidak apa-apa."

Beomgyu hanya bisa diam dan hanya bisa menemaninya, dengan duduk tepat di samping Taehyun. Saat keheningan melanda, tiba-tiba seorang pria besar dan juga berotot berdiri dihadapan Taehyun.

"Serahkan uangmu."

Taehyun menaikkan alisnya sebelah, kemudian ia mencoba mengangkat wajahnya, melihat wajah pria itu dengan jelas.

"Maaf?" Taehyun masih tidak mengerti apa yang dimaksud pria dihadapannya ini. Penampilan mereka terlihat seperti preman pasar, tingkahnya pun sama. Taehyun terkejut saat tiba-tiba dirinya ditarik paksa sampai terjatuh.

BUGH

Dengan cepat Beomgyu langsung memberi bogem mentah kepada pria itu. Pria itu jelas tidak terima dan kemudian menarik kerah almamater milik Beomgyu, menatapnya dengan tajam. Taehyun sempat bingung saat di situasi seperti ini, akhirnya ia merogoh tasnya mengambil sesuatu untuk menolong Beomgyu. Tidak ada alat lain selain gunting, sebab Taehyun sempat ada materi kerajinan tangan pagi tadi.

Saat Taehyun ingin menyerang pria itu, seketika kaki pria itu gemetar, menatap Beomgyu dengan kaku, terlihat jelas sekali wajahnya menyiratkan ketakutan. Dengan begitu, cengkeraman pada kerah Beomgyu langsung di lepas, kemudian Pria itu berlari pontang-panting.

"Hyung, tidak apa-apa?" Taehyun menghampiri Beomgyu, lalu membantunya bangun dan kemudian menuntut yang lebih tua agar duduk di bangku halte.

Taehyun melirik ke arah jalanan sebentar, tahu-tahu pria tadi tertabrak truk hingga kepalanya bocor yang membuat jalanan tampak banjir darah. Taehyun mendesis pelan, kemudian mengalihkan pandangannya saat melihat kejadian tragis itu.

"Wajahmu terlihat pucat," komentar Taehyun sambil memberikan Beomgyu tisu. Taehyun menghela napas lega saat melihat wajah yang lebih tua tidak terluka.

"Bukannya wajahmu yang pucat?" ucap Beomgyu yang membuat Taehyun terdiam sejenak. Beomgyu menerima tisu dari Taehyun, lalu menggenggamnya.

"Aku tidak apa-apa, hanya pusing sedikit," balas Taehyun berusaha meyakinkan Beomgyu.

Tidak lama kemudian, bus datang. Saat Taehyun bangkit ingin menaiki bus, tubuhnya seketika oleng dan dengan cepat, Beomgyu menahan tubuh yang lebih muda agar tidak jatuh.

"Aku temani pulang, ya?" tawar Beomgyu, karena merasa iba dengannya. Taehyun menggelengkan kepalanya dan berusaha berdiri tegak, walau akhirnya tumbang juga.

"Tidak, aku tidak apa-apa," tolak Taehyun. Kemudian Beomgyu mengangkat satu tangan yang lebih muda ke bahunya, Beomgyu merangkul Taehyun dan membawanya masuk ke dalam bus.

"Aku antar kau sampai rumah," ucapnya sambil mengedarkan pandangan di dalam bus.

Beomgyu menghela napasnya kasar, saat tidak melihat ada yang ingin merelakan tempat duduk untuk Taehyun. Padahal, sudah jelas sekali wajahnya pucat. Para orang tua hanya memikirkan kalau para anak sekolah masih cukup kuat untuk berdiri. Begitupula yang para remaja, entah tidak tahu, pura-pura tidak melihat, atau lebih parahnya pura-pura sedang tidur.

Beomgyu mengangkat tangannya, memegang pegangan pada bus. Kemudian tangan yang satunya memeluk bahu Taehyun dengan erat, lalu dirinya mendekat ke arah Taehyun ingin berbicara sesuatu.

"Peluk saja aku, biar kau tidak jatuh," bisiknya yang membuat Taehyun terdiam sejenak, pipinya terasa panas dan jantungnya pun berdetak dengan cepat. Beomgyu tidak menyadari itu, karena yang ia tahu dirinya sedang sakit.

Awalnya Taehyun tidak ingin memeluk Beomgyu, dan masih ingin kekeh berdiri tegak. Namun, karena pusing yang tak tertahankan, akhirnya Taehyun memeluk yang lebih tua dari samping, wajahnya sengaja ia tenggelamkan di almamater Beomgyu. Setelah sampai, mereka turun dan duduk di halte.

"Rumahmu masih jauh dari sini?" tanya Beomgyu. Taehyun menggelengkan kepalanya, kemudian membalas, "tidak, aku bisa meminta kakakku jemput. Terima kasih sudah mau mengantarkan ku."

Beomgyu terdiam sejenak sambil menatap Taehyun, yang lebih muda menatapnya lagi. Melayangkan tatapan yang meyakinkan agar Beomgyu bisa percaya dengannya, kalau dirinya sudah baik-baik saja.

"Baiklah," Beomgyu bangkit dari duduknya, kemudian tersenyun ke arah Taehyun.

"Sampai nanti!" Beomgyu melambaikan tangannya sekilas, Taehyun tersenyum dan membalas lambaian tangan dari yang lebih tua. Lama kelamaan Beomgyu menghilang dan menyisakan Taehyun sendirian di halte.

❃°•—•°❃
"Sejujurnya, aku merasa sedih saat aku berpisah dengannya."
❃°•—•°❃

Halte BusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang