6. Mencarimu

164 34 27
                                    

Hari demi hari berlalu, seringkali Taehyun merasa dirundung pilu dan juga rindu. Sudah lima tahun lamanya dirinya setia menjaga perasaan yang tumbuh dengan murni ini. Bukannya Taehyun tidak ingin melupakannya, hanya saja perasaan ini tidak bisa dihempaskan begitu saja. 

Saat ini dirinya seorang mahasiswa. Dirinya tidak lagi merasakan naik bus atau menunggu di halte bersama sang pujaan hati, karena semenjak dirinya pindah keluar kota, ia selalu dijemput pulang oleh Kakaknya. Sejujurnya, Taehyun sangat rindu masa SMA-nya dan seseorang yang biasa duduk bersamanya di halte bus.

"Ibu, aku boleh 'kan kembali ke sana?"

Pada hari ini, Taehyun sedang berusaha ingin melepas rasa rindunya, yaitu dengan kembali ke rumahnya dulu. Ibunya tentu saja tidak langsung mengizinkan anak kesayangannya pergi keluar rumah seorang diri.

"Untuk apa? Apa kau tidak betah diam di rumah? Lagipula rumah itu sudah dijual," balas Ibunya yang membuat Taehyun langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku ... Aku hanya ingin bertemu dengan sahabat lamaku, Hueningkai. Aku sudah janji ingin datang ke rumahnya," dusta Taehyun dengan rencana, yang pastinya ia sudah memikirkan alasan-alasan ini dengan matang.

"Aku mohon Ibu, biarkan aku pergi sebentar. Lagipula, aku bosan menghabiskan masa liburku di rumah," lanjut Taehyun dengan wajah memelas. Sang Ibu terdiam sejenak, menimang-nimang keputusan yang akan ditetapkannya.

"Sampai berapa lama?" 

"Hanya dua minggu."

Taehyun menggigit bibir dalamnya, menahan rasa gugup. Jantungnya juga tidak tenang sedari tadi, ia takut rencananya tidak berjalan dengan baik. Namun, tak disangka sang Ibu menganggukkan kepalanya dan mengizinkan Taehyun pergi.

Hueningkai

Jemput aku sekarang|

Yang namanya berbohong tentu saja harus totalitas. Taehyun sudah berdiskusi dengan sahabatnya itu lebih dulu, tetapi dirinya tetap berkata jujur. Jika dirinya hanya ingin bertemu dengan Beomgyu jika kembali ke sana.

"Ingin langsung kesana atau ke rumahku dulu?" tawar Hueningkai saat sudah menyadari kalau Taehyun sudah memasuki mobilnya. Bukannya menjawab, Taehyun malah terdiam dan kembali bertanya, "memangnya dia ada di sana?"

Hueningkai memasang ekspresi datar. "Aku sudah bilang dari beberapa hari lalu. Kau harus benar-benar memikirkan hal ini, masalahnya dunia itu luas, manusianya juga banyak. Kau ingin mencari dia juga belum tentu dirinya terus-menerus di halte sampai tua. Lagipula, banyak lelaki lain yang jauh lebih tampan dibanding penjaga halte itu."

Taehyun menggigit bibirnya saat mendengar omelan dari sahabatnya. Hueningkai memang seringkali memperingati Taehyun untuk melupakan Beomgyu, tetapi dirinya tidak bisa. Rasa debaran jantung yang tidak biasa, saat mengingat wajah Beomgyu. Rasa gelisah yang tak tertahankan, karena rasa rindu yang bertahun-tahun melanda. Taehyun tau itu melelahkan dan membuat dirinya hampir gila, tetapi ia tetap setia dengan perasaan itu.

"Pulang saja ke rumahmu dulu, biar aku ke halte bus sendiri," ucap Taehyun. Hueningkai menghela napasnya, ia sudah pasrah dengan sifat keras kepala yang dimiliki sahabatnya.

❃°•—•°❃

Taehyun sempat frustasi untuk beberapa hari, dirinya sempat menyerah untuk berharap jika dirinya bisa bertemu dengan Beomgyu lagi. Namun, hatinya yang masih menolak untuk pasrah membuat Taehyun sedikit tersiksa. Sudah tiga belas hari Taehyun bolak-balik ke halte bus hanya menunggu seseorang yang tidak pasti datang. 

Pikirannya sempar terlintas jika Beomgyu memang tidak tinggal di daerah sekitar halte, tetapi ia juga bingung jika ingin mencari rumahnya. Ia tidak pernah tahu Beomgyu tinggal dimana, dan ia juga tidak pernah melihatnya menaiki bus yang berjurusan apa.

Taehyun memijat pangkal hidungnya, kepalanya ia sandarkan di tiang halte. Sudah berjam-jam Taehyun menunggu di sini, sayangnya yang ia tunggu tidak kunjung tampak. Setelah beberapa menit kemudian, Taehyun melihat seseorang yang turun dari bus. Lelaki itu mengenakan kemeja putih dan juga jas hitam. Sangat terlihat rapih, penampilannya seperti orang kantor. Lelaki itu duduk di halte, berjarak dengan Taehyun.

Dirinya merasa familiar saat melihat lelaki itu, apalagi kacamata yang bertengger di hidung lelaki itu dan juga matanya yang terlihat sipit. Taehyun menghampiri lelaki itu dan kemudian langsung membuka suara.

"Kau temannya Beomgyu, kan?" Lelaki itu menoleh ke arahnya, menatap Taehyun dengan bingung.

"Maaf, kau siapa?"

"Kau tidak ingat aku? Aku anak seberang."

Lelaki itu sempat bingung, tetapi setelah Taehyun menunjuk sekolah SMA-nya dulu, lelaki itu langsung mengangguk-anggukkan kepalanya. Bersyukur, sekolah itu masih ada.

"Oh iya, aku ingat! Bagaimana kabarmu? Astaga, kau sudah besar." Taehyun tersenyum dan kemudian menjawab, "baik. Kau juga, sepertinya kau sudah sukses."

Lelaki itu terkekeh pelan dan kemudian membalas, "biasa saja." 
Taehyun tersenyum, kemudian kembali menatap lelaki di sampingnya.

"Kau tau Beomgyu dimana?"

Lelaki itu menatap Taehyun dengan tatapan penuh makna. Seketika lelaki itu tampak was-was sambil menatap sekeliling, lalu lelaki di sampingnya langsung mendekat ke arah Taehyun.

"Kenapa kau bertanya tentang dia?" tanya dengan nada berbisik. Taehyun sempat curiga dengan gerak-gerik lelaki itu, tetapi dengan santai dirinya menjawab, "hanya ingin tau."

Lelaki itu menghembuskan napasnya, kemudian ia mengeluarkan ponselnya, mengetik sesuatu di sana, lalu menunjukkan berita lama kepada Taehyun.

"Aku rasa kau harus tau. Pada tahun 2017 lalu ada kasus korban berdarah di halte ini."

Taehyun terdiam, tangannya menggulir laman berita di ponsel lelaki itu sambil mendengarkan cerita darinya.

"Saat itu ada seorang pelajar pulang malam, karena dirinya mengambil jam pelajaran tambahan. Saat itu halte sepi tak ada seorang pun. Seketika kumpulan para pria kekar menghampiri pelajar itu dan kemudian memaksanya untuk menyerahkan uang. Awalnya pelajar itu sempat memberontak, lalu membela diri, tetapi naasnya dia malah disiksa oleh sekumpulan pria itu. Mulutnya dirobek dengan pisau, matanya dicongkel dengan sadis, terakhir jantungnya ditusuk hingga mati. Dan seorang pelajar itu, bernama Beomgyu."

Taehyun membulatkan matanya, dirinya sungguh tidak percaya dengan apa yang diceritakan lelaki di sampingnya. Setelahnya, lelaki itu kembali melanjutkan ucapannya.

"Awalnya aku tidak tau tentang kasus ini, tetapi semenjak aku ditolong olehnya, karena aku sempat di begal malam itu. Dan aku tidak sengaja melihat wajah asli Beomgyu ... Saat aku tau kalau dia bukan manusia, aku langsung menjauhinya."

Taehyun terpaku, dirinya tidak bisa berkata-kata. Hatinya seakan terbelah, perasaan cintanya yang ia pertahankan nyatanya sia-sia. Kejadian tragis yang dialami Beomgyu membuat dirinya mengerti, saat waktu itu Beomgyu menolongnya yang hampir dipalak preman. Wajah pria itu yang tiba-tiba ketakutan, kematiannya yang tragis, serta luka Beomgyu yang tak berbekas, wajahnya yang pucat, dan genggaman tangannya yang dingin.

Taehyun mengerti, dirinya mulai patah hati. Setelah itu, Taehyun menatap lelaki di sampingnya, memberikan ponselnya.

"Kau tau dimana dia dimakamkan?"

❃°•—•°❃
"Aku hanya ingin bertemu denganmu, walau hanya untuk yang terakhir kali."
❃°•—•°❃

Halte BusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang